Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Plus Minus Psikologi Populer dan Psikologi Ilmiah

1 April 2023   16:18 Diperbarui: 2 April 2023   01:08 1270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari semua bidang studi, psikologi adalah salah satu yang banyak dipengaruhi oleh opini publik dan budaya populer. 

Sebagai individu, kita cenderung mengandalkan berbagai sumber untuk memahami diri sendiri dan orang lain, termasuk buku, majalah, media sosial, dan pengalaman pribadi. Namun, tidak semua sumber ini sama-sama kredibel atau akurat, dan ini terutama berlaku untuk memahami masalah psikologis.

Saya mempelajari psikologi di jenjang sarjana dan magister. Oleh karena itu, saya banyak terdoktrin dari sisi psikologi yang ilmiah. 

Saya menghabiskan waktu bertahun-tahun mempelajari penelitian empiris dan terapi atau treatment berbasis bukti empiris, dan saya sangat yakin akan pentingnya bukti ilmiah untuk mendukung klaim atau intervensi psikologis apa pun.

Namun, saya juga tidak bisa menyangkal daya tarik psikologi populer. Ada sesuatu yang menarik tentang buku dan artikel self-help yang menjanjikan solusi yang relatif mudah dan terkesan instan untuk masalah kesehatan mental yang kompleks. Mau bagaimana lagi, terkadang yang kita inginkan hanyalah jawaban sederhana atau cerita yang bisa kita terapkan dalam kehidupan kita sendiri.

Berikut adalah beberapa istilah yang mengalami kesenjangan dalam psikologi ilmiah dan psikologi populer:

1. Toxic. Istilah toxic sering digunakan dalam psikologi populer untuk menggambarkan hubungan atau perilaku yang berbahaya atau negatif. Namun, dalam psikologi ilmiah, istilah toxic biasanya tidak digunakan untuk menggambarkan orang atau perilaku. 

Sebaliknya, psikolog mungkin menggunakan istilah seperti "tidak sehat", "disfungsional", atau "maladaptif" untuk menggambarkan perilaku atau hubungan yang bermasalah. (Baca tulisan saya tentang manusia toxic)

2. Self-love: Istilah self-love sering digunakan dalam psikologi populer untuk merujuk pada pandangan positif tentang diri sendiri atau harga diri. Namun, dalam psikologi ilmiah, istilah self-love tidak umum digunakan. 

Sebaliknya, psikolog mungkin menggunakan istilah seperti self-compassion atau self-worth untuk menggambarkan berbagai aspek tentang cara orang memandang diri mereka sendiri. (Baca tulisan saya tentang self-love)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun