Tidak ada orang yang tahu. Akan tetapi hal itu tidak dilakukan karena orang-orang yang berpuasa sadar akan kebersamaan Allah dalam hidupnya (ma'iyatullah). Meskipun orang lain tidak melihat, tetapi ia sadar bahwa Allah melihatnya.Â
Berbagai penyelewengan yang terjadi dalam masyarakat, termasuk korupsi dan kolusi, dikarenakan tidak adanya kesadaran pelakunya bahwa Allah melihat perbuatan dan tingkah lakunya.
Sifat ini telah banyak disebutkan dalam Al-Quran. Di antaranya, firman Allah:
"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan dia bersama kamu di mana saja kamu berada, dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Hadid: 4)
Dimensi kejujuran dalam puasa sangat ditekankan, karena kejujuran merupakan bukti paling niscaya bahwa seseorang dalam suasana taqwa. Kejujuran juga gerbang menuju segala kebaikan, sedangkan ketidakjujuran akan membawa kepada pelbagai penyimpangan dan kejahatan.Â
Orang harus berlatih untuk jujur, sekali dua kali tiga kali dan seterusnya, sehingga ia dicatat oleh Allah sebagai pribadi yang jujur AL SHIDDIEQ. Kemudian telah ada jaminan dari Allah, bahwa orang jujur akan mujur, sedang yang tidak jujur cepat atau lambat akan hancur. Bukti empirik telah begitu banyak membenarkan korelasi ini.
Bulan Ramadan adalah bulan suci, dan bagi yang menjalankannya dengan baik akan membersihkan dirinya dari segala noda dan dosa, sebab sebulan penuh orang yang puasa menjalani proses pembersihan yang menyeluruh. Hanya dengan cara demikian puasa seseorang diterima, dan do'anya dikabulkan.
Dalam keadaan lapar dan dahaga shiyamu  Ramadan memacu insan beriman untuk lebih giat lagi melakukan aktifitas taqarrub ilallah seperti salat,  membaca Quran dan kegiatan yang bemanfaat bagi kehidupan sosial, seperti shilaturahim, infaq shadaqah, mengajarkan ilmu, memberi makanan berbuka bagi yang puasa, bahkan berjihad di jalan Allah.Â
Wajarlah sejarah mencatat di antara hasil mujahadah ramadhan berupa kemenangan gemilang di perang badar pada tahun ke-2 Hijriyah, pembebasan Makkah (fathu Makkah) pada tahun ke-6 Hijriyah, dan kemenangan perang Amoria yang meluluh lantahkan pasukan Romawi di Byzantium pada tahun 214 H pada masa Al Mu'tashim Billah. Memang semangat ramadhan adalah semangat juang untuk meraih pelbagai kemenangan.
Shiyamu ramadhan mendidik surplus spiritual dan moral, menjaga diri agar tidak terjebak pada kekerdilan jiwa dan kenihilan moral. Mendidik para shaimin untuk mengokohkan jiwanya serta melapangkan dadanya. Dengan menegaskan pada dirinya "inni shaimun" aku ini sedang puasa, ia mampu menggagalkan setiap provokasi negatif yang akan merusak hubungan sosial menjadi konflik yang menghancurkan semua pihak. Bahkan semakin surplus jiwanya insan puasa yang telah memantapkan statusnya sebagai "'ibadurrahman/hamba Allah yang Rahman" sanggup membalas hal-hal yang buruk dengan kebaikan, tarikan negatif dengan ajakan yang positif.
Jadi dari beberapa uraian di  atas, penulis menyimpulkan bahwa, nilai positif dari puasa Ramadan mencakup semua lini kehidupan manusia, baik dari aspek sosial maupun dari aspek religius (kesalhean sosial-religius), namun semua dampak positif dari  puasa dapat diperoleh, jika puasa dilakukan dengan penuh keikhlasan. Wallahua'lam