Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - English Tutor | Freelance Content Writer

Random Thought About Lifestyle, Movies, K-drama, Beauty, Health, Education and Social Phenomena | Best Student Nominee Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Wisuda Itu Lebih Baik Hanya untuk Jenjang Sarjana, Ini Alasannya

19 Juni 2023   15:00 Diperbarui: 23 Juni 2023   09:15 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi wisuda (sumber: Pexels/Gül Işık)

Awal Juni 2023 diawali dengan banyaknya unggahan teman-teman di sosial media yang merayakan wisuda. Mulai dari jenjang TK, SD, SMP, SMA hingga sarjana. Semuanya menggunakan template yang sama. Acara formal menggunakan kebaya, berdandan,berjas dan dilakukan secara mewah. 

Karena adanya fenomena ini banyak masyarakat yang mengeluarkan cuitan di berbagai sosial media yang berisi keluhan tentang adanya wisuda bagi jenjang pendidikan wajib. Ada orang tua yang mengeluarkan uang ratusan bahkan hingga jutaan hanya untuk upacara wisuda anak SMP. 

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal ini. Namun rasanya aneh sekali dan tidak cocok bila anak-anak yang lulus TK, SD, SMP dan SMA untuk melaksanakan wisuda yang notabene digunakan untuk istilah kelulusan jenjang sarjana dan magister dan doktoral.

Menurut KBBI, wisuda adalah peresmian atau pelantikan yang dilakukan dengan upacara khidmat. Wisuda biasanya identik dengan perayaan kelulusan jenjang sarjana, magister dan doktoral. Mahasiswa lulusan biasanya datang dengan menggunakan kebaya cantik jas formal mendatangi acara dengan balutan toga dan disahkan gelarnya melalui pemindahan tali yang ada pada topi toga oleh kepala satuan pendidikan.

Hal-hal yang penting dan sakral ini sekarang terasa tidak begitu bermakna karena adanya banyak selebrasi semacam ini pada tingkat pendidikan sebelumnya. Ada beberapa hal yang menjadikan wisuda dianggap cocok hanya untuk gelar sarjana.

Menelan biaya yang tidak sedikit

Wisuda membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Mulai dari make-up, baju, belum lagi orang yang harus dibayarkan siswa ke sekolah untuk konsumsi. Apalagi jika wisuda dilakukan di luar lingkungan sekolah dengan cara menyewa gedung misalnya. Kemudian belum lagi printilan-printilan seperti selempang, toga, buket bunga atau jajan, dan masih banyak lagi. Pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Bayangkan jika wisuda dilaksanakan di setiap jenjang pendidikan. Ibaratnya setiap 3 tahun sekali harus ada perayaan besar karena lulusnya seseorang dari suatu jenjang pendidikan formal. Pasti membutuhkan biaya yang sangat banyak. 

Mungkin ada orang tua yang sudah menabung sejak lama terkait wisuda di jenjang pendidikan. Namun, pasti ada keluarga yang memiliki kebutuhan yang lain yang harus didahulukan daripada perayaan wisuda. 

Memudarnya filosofi wisuda 

Wisuda memiliki filosofi yang lumayan mendalam. Wisuda bisa di-ibaratkan sebagai suatu ajang seremonial sebagai apresiasi dari kerja keras yang dilakukan mahasiswa berbulan-bulan dan bertahun-tahun. 

Sebelum melakukan wisuda, mahasiswa harus mengalami banyak hal. Mulai dari melakukan tugas akhir atau pun skripsi, melakukan pembelajaran tiap harinya, melakukan penelitian, ujian semester yang sangat berat, hingga pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu, wisuda dianggap sebagai ajang seremoni yang sangat bermakna setelah mahasiswa berhasil melewati banyak hal besar dan berat selama berkuliah.

Filosofi ini tentunya semakin berubah dan memudar karena adanya wisuda pada tiap jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan formal yaitu SD sampai dengan SMA kita diwajibkan untuk menyelesaikan pendidikan. SMA sebagai jenjang pendidikan paling terakhir untuk wajib belajar. Apalagi sekarang kelulusan sudah tidak bisa di takar melalui suatu ujian karena semua penilaian didasarkan pada rapor siswa. Jadi, kelulusan adalah sesuatu yang wajib sesuatu yang memang harusnya bisa dicapai. Ibaratnya nih, sekarang semua siswa pasti bisa lulus apabila tidak memiliki perilaku yang menyimpang. 

Jadi, rasa-rasanya kok agak berlebihan jika wisuda dilakukan pada tiap jenjang pendidikan formal.

Bagaimana jalan keluarnya?

Mungkin, tidak semua orang bisa merasakan momen wisuda sarjana. Mungkin terkendala biaya untuk lanjut ke jenjang selanjutnya atau memiliki hal lain yang harus diperhatikan. Sah-sah saja, jika sekolah mau mengadakan prosesi seperti ini. Namun, lebih baik untuk SMA aja. Selain kewajiban belajar sudah gugur, setelah SMA tidak ada kewajiban untuk kuliah. 

Selain itu lebih baik istilah wisuda kembali ke istilah awal yaitu pelepasan dan kelulusan untuk jenjang pendidikan TK sampai dengan SMA. Hal ini bertujuan agar tidak ada miskonsepsi. Juga, lebih baik acara kelulusan dilakukan dengan acara yang lebih sederhana ataupun bermakna. Daripada mengadakan acara yang mewah dan foya-foya atau di mirip-miripkan dengan wisuda sarjana. 

Yang penting, momen kelulusan bisa dimaknai dengan baik tanpa adanya keluhan dari wali murid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun