Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - English Tutor | Freelance Content Writer

Random Thought About Lifestyle, Movies, K-drama, Beauty, Health, Education and Social Phenomena | Best Student Nominee Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Megengan, Tradisi Menyambut Tibanya Bulan Ramadhan

12 Maret 2023   18:00 Diperbarui: 12 Maret 2023   17:57 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tradisi megengan (sumber: halopacitan.com)

Saya masih ingat sekali, mulai dari dua minggu sebelum bulan Ramadhan tiba, akan banyak sekali undangan atau atur-atur datang ke rumah sederhana kami. Undangan untuk bapak itu datang hampir tiap hari. 

Biasanya undangan tersebut datang di siang atau sore hari. Dan di malam harinya, bapak kami akan pergi menghadiri undangan tersebut. Lalu, saya dan adik akan dengan hikmat menunggu kepulangan bapak membawa berbagai makanan ringan. Tertulis dengan rapi hajat yang akan dilakukan empunya rumah, yaitu Megengan.

Megengan adalah tradisi suku Jawa untuk menyambut bulan Ramadhan. Dalam Bahasa Jawa, megengan berarti menahan atau ngempet. Dengan datangnya bulan puasa, megengan berperan sebagai pengingat bahwa kita perlu menahan segala sesuatu yang dapat merusak ibadah puasa. 

Tradisi ini juga menjadi ajang memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan. Rasa syukur ini terwujud dalam sedekah berupa makanan yang diberikan kepada saudara dan tetangga sekitar.

Dilansir dari Kompas, megengan merupakan penggabungan budaya Jawa dan budaya Islam yang dilakukan Walisongso saat menyebarkan ajaran Islam di Jawa. Akulturasi ini bertujuan agar Islam dapat diterima oleh masyarakat. Pada masa itu, di Jawa terdapat budaya menghantarkan sesajen, kemudian para Wali mengganti kegiatan tersebut dengan mengantarkan makanan.

Tradisi megengan biasanya diawali dengan ziarah kubur. Dalam bahasa Jawa, hal ini bernama nyekar. Masyarakat akan datang untuk membersihkan dan menaburkan bunga ke kuburan para leluhur yang sudah berpulang terlebih dahulu. Tak lupa, masyarakat juga akan berdoa agar mereka diberikan tempat yang terbaik.

nyekar atau ziarah kubur (sumber: Kompas)
nyekar atau ziarah kubur (sumber: Kompas)

Di malam harinya, tetangga dan masyarakat sekitar akan diundang untuk memanjatkan doa di rumah. 

Megengan ini tidak hanya dilakukan oleh masing-masing rumah, tetapi juga dilakukan secara bersamaan di mushola, masjid, ataupun lapangan. Biasanya, masyarakat akan membawa sejumlah makanan ke masjid dan dikumpulkan sebelum acara. Acara dilanjutkan dengan doa bersama dan membagikan makanan secara random.

Kue Apem, Si Sajian Wajib

kue apem (sumber: detik.com)
kue apem (sumber: detik.com)

Ada satu sajian yang selalu ada di acara megengan.  Kue ini bernama kue apem. 

Kue ini cukup mudah untuk dibuat. Dengan bermodalkan tepung beras, tepung terigu, gula, santan, dan sedikit ragi, kue apem bisa langsung di kukus dan disajikan dalam bentuk bunga yang cantik. Kue dengan aroma manis gurih ini biasanya disajikan sekaligus diberikan langsung kepada para undangan untuk dibawa pulang.

Dilansir dari laman Kominfo Magetan, kue apem diambil dari kata “ngafwan” atau ‘ngafwun’ yang berarti permohonan maaf. Dengan adanya makanan ini, megengan dapat diartikan sebagai ajang permintaa maaf kepada sesama.

Adakah tradisi semacam ini di daerah kalian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun