Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - English Tutor | Freelance Content Writer

Random Thought About Lifestyle, Movies, K-drama, Beauty, Health, Education and Social Phenomena | Best Student Nominee Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Saat Murid Les Mendapatkan Nilai Rendah

13 Februari 2023   19:00 Diperbarui: 15 Februari 2023   09:16 1332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa dengan nilai jelek (sumber: EduCenter BSD)

Setelah lebih dari satu bulan para siswa mendapatkan pelajaran, para guru pun biasanya bersiap memberikan kuis atau penilaian harian. Penilaian harian ini juga dialami oleh siswa yang saya ajari secara privat. 

Si A yang saat ini duduk di kelas 3 SD, berkata bahwa akan ada penilaian harian matematika dan memperlihatkan kisi-kisi materi dari guru. Saya pun berusaha memberikan pembelajaran dan latihan soal sesuai dengan kisi-kisi yang diberikan.

Seminggu berselang, saya mendapatkan kabar yang kurang enak. Si A berkata bahwa dia tidak bisa mengerjakan soal hampir setengah dari seluruh jumlah soal. Saya terkejut, sangat.

Kok bisa?

Apa saya salah strategi belajar?

Apa saya salah memberikan materi?

Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di kepala saya.

Kemudian, tibalah saat pembagian lembar jawaban penilaian harian. Dan benar, tertulis angka 50 yang lumayan besar di pojok bagian atas lembar jawaban. Sembari menghela nafas, saya mulai menelaah, di mana letak kesalahan siswa. 

Ilustrasi siswa dengan nilai jelek (sumber: EduCenter BSD)
Ilustrasi siswa dengan nilai jelek (sumber: EduCenter BSD)

Mungkin bagi sebagian besar guru privat pernah mengalami hal ini. Walaupun jarang terjadi, saya pun pernah mengalami hal ini juga. Apalagi saat awal les privat dimulai, saat di mana saya masih meraba-raba bagaimana metode belajar yang tepat untuk siswa sesuai dengan setiap mata pelajaran. 

Saat pembelajaran sudah berjalan, nilai yang rendah ini bisa menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang salah dalam pembelajaran. Oleh karena itu, perlu diadakannya evaluasi. Yang saya maksud di sini, bukan evaluasi dalam bentuk pengerjaan soal, tetapi dalam hal refleksi pembelajaran.

Berikut adalah beberapa hal yang saya lakukan saat nilai siswa rendah.

Comforting

ilustrasi les privat (sumber: Zenius Education)
ilustrasi les privat (sumber: Zenius Education)

Comforting yang saya maksud di sini adalah memberikan pengertian dan kenyamanan dengan cara membesarkan hati. Saya pribadi berkata kepada murid bahwa tidak apa-apa sesekali nilai turun. Sebisa mungkin, saya membesarkan hati siswa tanpa menghilangkan kesalahan yang telah dilakukannya. 

Saya tidak ingin siswa menjadi patah semangat dan berakhir dengan rasa anti, rasa sedih berlebihan, atau rasa benci terhadap suatu mata pelajaran hanya karena nilai yang tiba-tiba anjlok.

Ya, intinya kita (saya dan siswa) harus bekerja lebih keras kedepannya agar pembelajaran bisa berjalan lebih optimal dan berhasil. 

Mencari letak kesalahan

Setelah melihat nilai di lembar jawaban, mata saya secara otomatis langsung melakukan scanning. Tentunya scanning ini bertujuan untuk mengetahui di mana letak kesalahan yang telah dibuat. 

Saya juga menanyakan beberapa hal tentang bagian mana yang menurut siswa saya kesulitan mengerjakan dan menandai bagian tersebut.

Setelah melakukan beberapa hal tersebut, saya langsung paham bagian mana yang bermasalah. Rupanya, kesalahan ini berkaitan dengan bentuk soal. 

Refleksi

Dalam kisi-kisi yang diberikan, tertulis beberapa petunjuk seperti:

1. Menggambar pecahan

2. Penjumlahan dan pengurangan pecahan

Setelah membaca kisi-kisi di atas, saya langsung me-review pembelajaran dan memberikan latihan soal berbentuk isian singkat. Kesalahan saya di sini adalah hanya memberikan satu jenis bentuk soal saja, yaitu bentuk isian singkat. 

Sedangkan, bentuk soal cerita lah yang ternyata keluar dalam penilaian harian. Hal ini membuat anak tidak familiar dengan bentuk soal yang keluar dan berakhir memberikan jawaban yang salah. 

Saya kemudian menyadari bahwa saya memang kurang memberikan latihan soal berbentuk cerita kepada siswa-siswa saya. Bahkan, saya cenderung memberikan latihan soal isian singkat tanpa narasi. 

Oleh karena itu, hal-hal seperti ini menjadi kesempatan saya untuk refleksi diri. Kedepannya, saya bisa memberikan lebih banyak variasi soal kepada siswa dan metode pembelajaran yang variatif agar pemahaman siswa lebih optimal.

Setelah menemukan kesalahan dan refleksi diri, saya pun menjelaskan kepada orangtua terkait masalah ini. Saya pribadi berpendapat bahwa orangtua perlu tahu tentang perkembangan siswa sekecil apapun, hal ini juga berlaku apabila siswa memiliki masalah dalam belajar. 

Ya, tentu saja karena tentor tidak akan cukup. Orangtua juga harus mengetahui perkembangan siswa dan mendukung secara penuh proses belajar.

Bagaimana menurut Kompasianer? Apakah mungkin ada trik lain yang bisa dilakukan saat nilai siswa merosot?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun