Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - random

putriwulandari22022000@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

WFH, Kondisi Penyelamat Mahasiswa yang Juga Bekerja

18 Januari 2023   18:00 Diperbarui: 19 Januari 2023   09:06 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi work from home (sumber: BCA)

Pada Jum'at (30/12/2022), pemerintah secara resmi mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terkait pandemi Covid-19 setelah Presiden Joko Widodo mengumumkannya melalui konferensi pers di Istana Negara, Jakarta. 

Situasi ini kemudian membuat sistem yang digunakan sebelumnya, WFH (Work From Home), sudah tidak lagi relevan. Para pekerja, murid, mahasiswa, dan banyak profesi lain diharuskan untuk kembali ke sistem konvensional seperti sebelum pandemi yaitu WFO (Work From Office). 

Perubahan sistem ini kemudian menimbulkan banyak protes dari berbagai kalangan. Entah karena sudah terlalu nyaman WFH, pekerjaan yang bisa dibawa ke mana pun, atau karena berbagai 'keribetan' WFO yang kembali dirasakan setelah sekian lama.

Kalau diingat-ingat lagi, WFH sangat nyaman dilakukan, apalagi untuk mahasiswa yang 'nyambi' kerja seperti saya. Saya pribadi sudah pernah menyicip sistem kuliah sekaligus kerja dengan WFH.

Pada tahun 2020, saya bekerja WFH sebagai admin sosial media dan marketplace di salah satu toko online di kota saya sekaligus menjadi mahasiswa aktif di salah satu perguruan tinggi negeri di kota sebelah. Alasannya sangat sederhana. 

Pertama, sistem pembelajaran dari kampus menjadi super membosankan. Salah satu hal yang pasti dirasakan oleh semua mahasiswa saat pandemi pasti pembelajaran semakin membosankan. 

Mahasiswa hanya diwajibkan mengisi presensi tiap mata kuliah, sesekali melakukan zoom meeting, dan mengerjakan kuis serta tugas secara online. 

Kedua, uang saku yang makin menipis dari orangtua. Karena mobilitas yang makin terbatas, tentunya uang saku yang diberikan orang tua juga makin tipis. Padahal kebutuhan internet rasanya makin bengkak. 

Ketiga, banyak sekali waktu luang dan di rumah aja.

Bekerja menjadi admin sekaligus menjadi mahasiswa bukan hal yang mudah. Karena pekerjaan dimulai pukul 9 pagi sampai 5 sore, pastinya harus ada waktu bekerja yang dicuri untuk paling tidak mengisi presensi tiap mata kuliah. 

Sebelum mulai bekerja, saya sudah harus stand by untuk zoom meeting kelas pertama di beberapa mata kuliah tertentu. 

Selama bekerja, saya juga harus selalu siap jika ada pengumuman di grup kelas atau mata kuliah. Sepulang bekerja, saya segera beristirahat sejenak hingga jam 7 malam. Setelah itu saya biasa mengerjakan tugas hingga larut. Jika masih belum selesai, tugas dikerjakan di pagi buta sampai sebelum kelas pertama.

Walaupun terlihat padat dan ribet, saya menikmati proses ini selama masih bisa. Apalagi pada saat itu, semangat produktif menjadi life style yang sangat diagung-agungkan.

ilustrasi work from home (sumber: BCA)
ilustrasi work from home (sumber: BCA)

Saya termasuk orang yang beruntung. Sebagai admin sosial media, jobdesk saya memang kebanyakan berurusan dengan sosial media. Membuat video untuk konten, mengedit foto dan video, membaca trend sosial media, membuat rencana postingan, dan lain-lain. 

Jadi memang kebanyakan bisa dilakukan di rumah. Secara garis besar, kuliah sekaligus bekerja menjadi kegiatan harian yang padat tetapi masih bisa dinikmati.

Plus Minus Mahasiswa Sekaligus Pekerja Saat Work From Home

Plus-nya pasti sudah bisa ditebak. Kuliah dapat ilmu, kerja dapat penghasilan. Saya bisa mendapatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan pribadi tanpa membebani orang tua. Disaat yang sama, saya juga masih bisa berkuliah seperti biasanya. 

Minus-nya ini yang harus diperhatikan. Pertama, harus pandai membagi waktu. Ini menjadi hal wajib yang harus dilakukan. Ada waktu wajib untuk sekolah, ada juga waktu wajib untuk bekerja. 

Sebisa mungkin harus bisa sesuai porsinya. Walaupun sebagian waktu bisa dibagi sesuai porsinya. Pasti akan ada waktu bentrok antara keduanya. Walaupun hal ini biasa terjadi, usahakan agar tidak sering terjadi agar kita tidak kerepotan. 

Kedua, manajemen stres. Kuliah dan bekerja sama-sama mempunyai tekanan saat dikerjakan. Kuliah pasti se-paket dengan banyak tanggung jawab kuis, tugas, dan ujian yang tidak mudah. 

Bekerja juga se-paket dengan tanggung jawab pada jobdesk, target, dan tetek bengek dunia kerja lain. Bayangkan, kalian mendapatkan dateline pekerjaan disaat yang sama dengan ujian. 

Jadi, jika memilih keduanya secara bersamaan, harus siap-siap untuk menghadapi semua tekanan yang didapat. Apalagi semua hal dilakukan di tempat yang sama yaitu rumah.

Ketiga, pasti akan ada yang dikorbankan. Saat memilih untuk melakukan keduanya, pasti akan ada yang dikorbankan. Entah waktu, tenaga, nilai, atau pekerjaan. Pasti akan ada waktu untuk kuliah, bekerja, keluarga, atau waktu untuk diri sendiri yang harus dipangkas.

Tenaga yang pastinya terkuras untuk banyak kegiatan. Nilai yang mungkin tidak bisa maksimal karena waktu pemahaman yang terbatas. Uang yang harus banyak dikeluarkan untuk kuota internet. Dan pekerjaan yang tidak bisa maksimal karena fokus yang terbagi.

Walaupun sekarang sudah tidak bekerja sebagai admin, pengalaman WFH menjadi hal yang menyenangkan sekaligus produktif yang pernah saya rasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun