Sisi ketidaksetaraan gender yang lumayan kental ini berasal dari keluarga sang suami, Dae Hyun. Saat mereka berkunjung ke rumah keluarga sang suami di Busan, ibu Daehyun memang tipe ibu dengan pola pikir yang agak kolot. Sang mertua masih berpikiran bahwa anak laki-laki tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah harus dilakukan oleh anak perempuan, yang notabene menantunya.Â
Saat tahun baru, ibu Daehyun secara tidak langsung membuat sang menantu, Jiyoung, terus-terusan bekerja. Memasak dan bersih-bersih sudah menjadi rutinitas yang sangat melelahkan di rumah mertua. Jiyoung harus bangun di pagi buta untuk memasak, beres-beres, bahkan menyiapkan makanan suguhan sendiri saat anggota keluarga yang lain makan dan berbincang-bincang tanpa dirinya.
Bayangkan, di rumah sudah banyak kerjaan, eh di rumah mertua makin banyak kerjaan.
Selain dari sisi mertua, keluarga ayahnya pun juga begitu. Sang nenek hanya memberikan hadiah terbaik kepada saudara laki-laki bungsunya, Kim Jiseok. Ayahnya juga sering sekali memberikan obat herbal dan berbagai hal untuk adiknya saja, tanpa ada inisiatif untuk membelikan Jiyoung dan kakak perempuan sulungnya yang bernama Kim Eunyoung.
Ketidaksetaraan gender juga kembali disentil di dunia kerja Jiyoung dahulu dan sang suami. Di perusahaan tempatnya bekerja, Jiyoung melihat hanya laki-laki yang bisa mendapatkan hak promosi lebih dahulu. Laki-laki juga bisa dengan mudah berkembang dengan banyak program kantor. Sedangkan pegawai wanita tidak terpenuhi hak-hak nya. Di perusahaan tempat Daehyun bekerja juga terjadi hal yang sama. Jika ada pegawai laki-laki yang mengambil cuti melahirkan untuk membantu istri mengurus anak, mereka akan terancam batal dipromosikan, bahkan dipecat.
- Menahan emosi
Berbeda dari kakak sulungnya yang lebih blak-blakan, Jiyoung adalah tipe wanita yang penurut, lembut, dan tidak begitu banyak bicara. Ia terbiasa menahan emosinya. Ia juga jarang mengungkapkan apa yang ada di pikirannya dengan gamblang. Jiyoung seringkali menghindar, hanya diam, melamun, dan berakhir menangis sendirian.
Contohnya, saat ia sedang membawa anaknya bermain di taman setelah dari penitipan anak. Ia mendengar beberapa pekerja yang secara tidak langsung mengejek ibu rumah tangga. Mereka berkata bahwa, sangat enak bagi ibu rumah tangga untuk tinggal di rumah dan menggunakan uang hasil kerja suami. Jiyoung yang mendengar hal itu sebenarnya merasa tersinggung, tetapi ia memilih untuk langsung pergi.Â
Segala kelelahan fisik, mental, dan kecenderungan untuk menahan emosi ini membuat diri Jiyoung semakin tidak karuan. Dia menjadi sering flashback ke masa ia kecil. Dalam ingatan-ingatannya ini, ia selalu bertemu dengan nenek dan ibunya. Lambat laun, ia sering kehilangan dirinya dan berbicara seperti seolah-olah ia adalah sang nenek. Saat terjadi hal ini, Jiyoung tidak sadar akan kondisinya dan lupa dengan apa yang sudah ia katakan sebagai si nenek.
Support dari Pasangan dan Keluarga
Salah satu hal yang penonton syukuri setelah melihat film ini adalah sosok sang suami, Daehyun, yang sangat pengertian dan perasa.Â