Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - English Tutor | Freelance Content Writer

Random Thought About Lifestyle, Movies, K-drama, Beauty, Health, Education and Social Phenomena | Best Student Nominee Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menilik Penyebab Depresi pada Ibu Rumah Tangga di Film "Kim Jiyoung, Born 1982"

6 Januari 2023   18:00 Diperbarui: 6 Januari 2023   18:12 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kim Jiyoung menyiapkan makan malam sembari menggendong anaknya (sumber: Cultura Magazine)

Kata siapa ibu rumah tangga itu enak terus? 

Kata siapa ibu rumah tangga tidak bisa sakit? 

Kata siapa ibu rumah tangga tidak bisa kewalahan? 

Kata siapa ibu rumah tangga 'cuman' ngurus rumah doang?

Pertanyaan-pertanyaan dia atas sangat sesuai dengan film Kim Jiyoung, Born 1982. Film Korea Selatan ini bercerita tentang seorang ibu rumah tangga bernama Kim Jiyoung yang mengalami depresi. Iya, ibu rumah tangga juga bisa depresi. 

Film ini merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama. Novel karangan Cho Nam Joo ini mengungkap bagaimana ketidaksetaraan gender berada bahkan di akar kehidupan sosial, yaitu keluarga. Novel yang terbit tahun 2016 ini kemudian diadaptasi menjadi sebuah film dengan nilai moral yang sangat membekas.

Novel Kim Jiyoung, born 1982 (sumber: Amazon)
Novel Kim Jiyoung, born 1982 (sumber: Amazon)

Kim Jiyoung (diperankan oleh Jung Yumi) adalah ibu rumah tangga yang dulunya seorang karyawan swasta. Jiyoung memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga setelah dikaruniai anak perempuan cantik bernama Ah Young atas pernikahannya dengan Jung Daehyun (diperankan oleh Gong Yoo). Setelah hampir dua tahun menjadi ibu rumah tangga, Jiyoung merasa dirinya lelah, hilang semangat, sensitif, dan menjadi pelupa. Tanpa Jiyoung sadari, ia mengalami depresi. 

Penyebab Depresi pada Ibu Rumah Tangga

Banyak penyebab terjadinya depresi pada ibu rumah tangga. Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya depresi yang ada di film ini. 

  • Kelelahan fisik.

Menjadi ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Pekerjaan sukarela seumur hidup ini lumayan melelahkan secara fisik dan juga mental. Sejak scene pertama, penonton sudah diajak untuk melihat berbagai kegiatan ibu rumah tangga yang Jiyoung lakukan. Mulai dari membersihkan rumah, memasak, hingga mengasuh anaknya, Ah Young. Kita pun bisa melihat dengan jelas bahwa fisik Jiyoung lumayan kurus. Jiyoung juga terlihat pucat dan lesu. 

Sisi ketidaksetaraan gender yang lumayan kental ini berasal dari keluarga sang suami, Dae Hyun. Saat mereka berkunjung ke rumah keluarga sang suami di Busan, ibu Daehyun memang tipe ibu dengan pola pikir yang agak kolot. Sang mertua masih berpikiran bahwa anak laki-laki tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah harus dilakukan oleh anak perempuan, yang notabene menantunya. 

Jiyoung yang harus mengerjakan pekerjaan rumah sendirian (sumber: The cat that watches TV)
Jiyoung yang harus mengerjakan pekerjaan rumah sendirian (sumber: The cat that watches TV)

Saat tahun baru, ibu Daehyun secara tidak langsung membuat sang menantu, Jiyoung, terus-terusan bekerja. Memasak dan bersih-bersih sudah menjadi rutinitas yang sangat melelahkan di rumah mertua. Jiyoung harus bangun di pagi buta untuk memasak, beres-beres, bahkan menyiapkan makanan suguhan sendiri saat anggota keluarga yang lain makan dan berbincang-bincang tanpa dirinya.

Bayangkan, di rumah sudah banyak kerjaan, eh di rumah mertua makin banyak kerjaan.

Selain dari sisi mertua, keluarga ayahnya pun juga begitu. Sang nenek hanya memberikan hadiah terbaik kepada saudara laki-laki bungsunya, Kim Jiseok. Ayahnya juga sering sekali memberikan obat herbal dan berbagai hal untuk adiknya saja, tanpa ada inisiatif untuk membelikan Jiyoung dan kakak perempuan sulungnya yang bernama Kim Eunyoung.

Ketidaksetaraan gender juga kembali disentil di dunia kerja Jiyoung dahulu dan sang suami. Di perusahaan tempatnya bekerja, Jiyoung melihat hanya laki-laki yang bisa mendapatkan hak promosi lebih dahulu. Laki-laki juga bisa dengan mudah berkembang dengan banyak program kantor. Sedangkan pegawai wanita tidak terpenuhi hak-hak nya. Di perusahaan tempat Daehyun bekerja juga terjadi hal yang sama. Jika ada pegawai laki-laki yang mengambil cuti melahirkan untuk membantu istri mengurus anak, mereka akan terancam batal dipromosikan, bahkan dipecat.

  • Menahan emosi

Berbeda dari kakak sulungnya yang lebih blak-blakan, Jiyoung adalah tipe wanita yang penurut, lembut, dan tidak begitu banyak bicara. Ia terbiasa menahan emosinya. Ia juga jarang mengungkapkan apa yang ada di pikirannya dengan gamblang. Jiyoung seringkali menghindar, hanya diam, melamun, dan berakhir menangis sendirian.

Jiyoung menangis sambil menggendong anaknya (sumber: IMDb)
Jiyoung menangis sambil menggendong anaknya (sumber: IMDb)

Contohnya, saat ia sedang membawa anaknya bermain di taman setelah dari penitipan anak. Ia mendengar beberapa pekerja yang secara tidak langsung mengejek ibu rumah tangga. Mereka berkata bahwa, sangat enak bagi ibu rumah tangga untuk tinggal di rumah dan menggunakan uang hasil kerja suami. Jiyoung yang mendengar hal itu sebenarnya merasa tersinggung, tetapi ia memilih untuk langsung pergi. 

Segala kelelahan fisik, mental, dan kecenderungan untuk menahan emosi ini membuat diri Jiyoung semakin tidak karuan. Dia menjadi sering flashback ke masa ia kecil. Dalam ingatan-ingatannya ini, ia selalu bertemu dengan nenek dan ibunya. Lambat laun, ia sering kehilangan dirinya dan berbicara seperti seolah-olah ia adalah sang nenek. Saat terjadi hal ini, Jiyoung tidak sadar akan kondisinya dan lupa dengan apa yang sudah ia katakan sebagai si nenek.

Support dari Pasangan dan Keluarga

Salah satu hal yang penonton syukuri setelah melihat film ini adalah sosok sang suami, Daehyun, yang sangat pengertian dan perasa. 

Daehyun sedang mengurus Ah Young
Daehyun sedang mengurus Ah Young

Daehyun adalah tipe suami yang tidak ragu untuk membantu Jinyoung mengurus rumah dan mengasuh anak mereka. Mereka saling membantu dan kompak dalam mengurus rumah. Misalnya, saat Daehyun mengurus Ah young, Jiyoung akan menyiapkan makan malam. Saat Jiyoung sedang mengurus sang anak, Daehyun akan membersihkan rumah dan mengurus dirinya sendiri.

Daehyun juga lah yang menyadari pertama kali bahwa ada yang salah dengan Jiyoung. Lelaki itu bahkan menangkap momen saat Jinyoung berbicara seakan-akan ia adalah sang nenek. Ia juga menyadari istrinya menjadi pelupa, kewalahan, dan bahkan sakit. Ia jugalah akhirnya yang selalu mengajak Jiyoung untuk pergi ke psikiater untuk konsultasi. 

Selain sang suami, keluarga Jiyoung juga mendukungnya secara penuh. Apalagi sosok ibu dan kakak perempuan sulungnya. Benar-benar cerminan ibu dan kakak yang sangat perhatian.

Jiyoung dan sang ibu (sumber: IMDb)
Jiyoung dan sang ibu (sumber: IMDb)

Jujur, scene favorit saya adalah saat sang ibu mengetahui penyakit Jiyoung. Scene dimana sang ibu menangis memeluk Jiyoung yang tidak sadar, menjadi titik puncak tangisan saya melihat film ini. Ibunya juga membela Jiyoung sepenuhnya di depan sang ayah dalam keadaan apapun. Saya bisa melihat bahwa sang ibu benar-benar sedih dan merasa bersalah dengan apa yang dialami Jiyoung. Rasanya seperti benar-benar cerminan kasih ibu sepanjang masa. 

Solusi Terakhir, Konsultasi dengan Psikiater 

Jiyoung menjadi orang terakhir yang tahu bahwa dirinya sakit. Ia tidak menyadari bahwa ada yang salah dengan dirinya. Setelah melalui convo yang melelahkan dengan Daehyun, Jiyoung memutuskan untuk pergi ke psikiater. 

Dari film ini, kita bisa melihat bahwa pergi ke psikiater bukanlah hal yang mudah. Pertama, perkara biaya. Sebelum menyadari bahwa dirinya sakit, Jiyoung yang memang sering diminta Daehyun untuk pergi ke psikiater. Saat percobaan pertama, ia mengurungkan niat karena biaya yang lumayan mahal. Kedua, pergi ke psikiater berarti harus berkomitmen untuk mau sembuh. Ketiga, kesembuhan tidak datang dalam satu malam. 

Akan ada banyak langkah yang ditempuh. Dan demi kesembuhan, kita harus melalui berbagai langkah tersebut. Seperti halnya Jiyoung yang selalu berusaha untuk berubah dan pelan-pelan menjadi orang yang bisa mengelola emosi dengan baik. Jadi, perlu adanya komitmen dan dukungan agar proses kesembuhan bisa optimal. 

Salah satu film yang membuat saya nangis bombay karena langsung kangen dengan ibu dan sangat worth to watch.

Tertarik menonton?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun