Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - English Tutor | Freelance Content Writer

Random Thought About Lifestyle, Movies, K-drama, Beauty, Health, Education and Social Phenomena | Best Student Nominee Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kidult, Orang Dewasa dengan Jiwa Anak-Anak?

29 Desember 2022   18:00 Diperbarui: 5 Januari 2023   13:15 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang dewasa yang bermain lego (Sumber: ezeen.com via kompas.com)

Itu didasari oleh perilaku konsumtif menggambarkan keadaan masyarakat Korea yang sedang mencari makna hidup dan identitas diri di tengah kesulitan dan beban hidup yang dialaminya. 

Kidult mencari penghiburan atau pelarian dari tekanan, tuntutan, dan stres dengan mengkonsumsi permainan yang memunculkan perasaan nostalgia ke masa kanak-kanak. 

Hal ini terasa masuk akal mengingat kehidupan sosial di Korea Selatan sangat kompetitif dengan tingkat stress yang tinggi.

Bagaimana dampaknya?

Orang dewasa yang bermain boneka barbie (Sumber: Merah Putih)
Orang dewasa yang bermain boneka barbie (Sumber: Merah Putih)

Nah, fenomena Kidult ini bisa menimbulkan sisi kekanakan dalam diri orang dewasa. Well, tidak semua sisi kekanakan itu sangat buruk, tapi kemungkinan besar akan mengganggu kehidupan dewasa. 

Ada dua sifat yang kemungkinan besar muncul, tidak bertanggungjawab dan ketergantungan.

Sifat tidak bertanggungjawab yang muncul dikarenakan rasa aman dari back-up dari orang tua. Hal ini tentunya berbahaya bila berlarut-larut, apalagi jika sudah membina rumah tangga sendiri. 

Figur ayah atau ibu yang nantinya harus mereka emban bisa berantakan karena rasa kurang bertanggungjawab dan lebih mementingkan diri mereka sendiri.

Ketergantungan ini tentunya bisa menjadi masalah di kemudian hari. Misalnya, ada seseorang yang bergantung pada benda dari masa kecilnya. 

Ia bisa merasa sakit dan tidak berdaya bila benda itu tidak ada. Atau bisa juga seseorang yang ketergantungan dalam membeli satu jenis mainan. 

Secara tidak langsung, ia menempatkan mainan itu menjadi prioritas daripada barang-barang primer yang seharusnya ia beli. Alhasil, boros dan boncos, deh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun