Secara sederhana, kidult terlihat seperti orang dewasa yang masih hidup dimasa remaja atau anak-anak. Mereka menikmati berbagai printilan anak-anak dan juga remaja. Namun, apa hanya itu saja?
Tentu saja tidak
Menurut Fimela.com, fenomena kidult lebih rumit lagi dari sekedar orang dewasa dengan selera anak-anak. Istilah ini dipopulerkan oleh psikolog  Jim Ward Nicholas, dan merupakan sebutan untuk mereka yang berusia dewasa (20 tahun ke atas) dan masih menikmati budaya anak-anak atau remaja, baik dari penampilan fisik, gaya hidup, maupun pemikiran yang sebenarnya tidak sesuai dengan usia mereka sesungguhnya.Â
Ciri kidult yang terlihat biasanya masih tinggal serta ditanggung oleh orangtua, tidak memiliki pekerjaan tetap, tidak memiliki hubungan serius, tidak mandiri secara finansial, dan kurang bertanggung jawab atau memiliki komitmen penuh atas apa yang mereka kerjakan.Â
Jangan salah, fenomena Kidult ini banyak terjadi di negara-negara maju dan kota-kota besar.Â
Pertama, kondisi perekonomian orangtua yang mapan membuat mereka merasa nyaman dan aman untuk bergantung.Â
Kedua, lapangan kerja yang kompetitif bagi laki-laki dan perempuan muda serta harga-harga barang yang mahal membuat banyak dari mereka menunda untuk membeli aset seperti orang dewasa lain.Â
Hal ini juga didukung dengan gaya hidup mewah yang banyak dikampanyekan lewat sosial media.
Menurut Bernard Salt, fenomena Kidult juga dilakukan oleh orang-orang berusia 25 tahun ke atas di Australia.Â
Mereka memilih menunda menikah, menunda memiliki anak, menunda membeli rumah, lebih memilih berkeliling dunia daripada hidup mapan, dan membelanjakan uang tanpa rencana.
Agak berbeda dengan fenomena di Australia, Elisa Louisiane dalam penelitian yang dipublikasikan oleh Universitas Indonesia, menyebutkan bahwa bahwa fenomena kidult di Korea Selatan.