Nah, berikut adalah beberapa hal yang saya lakukan saat si A mulai bercerita tentang orang yang dia suka.
Mendengarkan dengan seksama tetapi tidak memberikan reaksi yang berlebihan
Awalnya, saya lebih banyak diam dan tersenyum saat si A bercerita. Saya fokus pada bagaimana ekspresi dan isi cerita dia.Â
Memberikan perhatian penuh pada saat dia bercerita menandakan kita menghargai cerita itu. Saya menghargai kepercayaan yang sudah diberikan kepada saya.Â
Namun ada satu hal, saya tidak bereaksi berlebihan. Walaupun saya menempatkan diri sebagai seorang teman yang bisa dipercaya, saya juga seorang tentor yang punya kewajiban membimbing.Â
Saat anak-anak bercerita kepada orang lain dan mendapatkan respon yang berlebihan, mereka cenderung takut dan semakin ragu dengan apa yang mereka lakukan.Â
Jadi, saya merasa bereaksi 'lempeng' tapi mendengarkan dengan seksama adalah respon terbaik.
Memberitahukan batasan
Hal ini adalah poin utama. Rasa suka itu lumrah adanya. Namun, ada batasan yang harus dibuat supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Kita sebagai orang dewasa memberitahukan batasan norma agama dan sosial tentang interaksi dia dengan si crush. Pelan tapi pasti, anak mulai diberitahu batasan norma secara umum.Â
Kemudian ditambahkan penjelasan dari sisi agama dan juga etika sosial. Walaupun agak panjang, saya berusaha menjelaskan segamblang mungkin.
Sesekali berkomunikasi
Walaupun tanpa bertanya, si A ini tetap bercerita tentang crush-nya beberapa kali kepada saya. Sesi 'curhat' ini tentunya juga disertai berbagai pertanyaan tentang mana yang salah dan mana yang benar. Lumrahnya anak-anak kan memang bertanya dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.Â