Jika melihat kondisi saat ini, rokok dan vape sudah menjadi bagian hidup dari kebanyakan orang. Secara sederhana, rokok adalah tembakau yang telah dikeringkan yang kemudian digulung dengan kertas. Selain rokok, ada juga vape yang merupakan sejenis rokok elektrik. Vape berbentuk kotak pipih atau lonjong yang berisi baterai, cartridge yang berisi cairan, dan elemen pemanas yang menghangatkan sekaligus menguapkan cairan sehingga berbentuk asap di udara.
Walaupun jelas-jelas memberikan efek negatif kepada penggunanya, rokok dan vape tetap menjadi barang yang ‘biasa’ dikonsumsi. Vape sama mematikannya dengan rokok. Mulai dari resiko kecanduan, iritasi saluran pernafasan, kanker, dan bahkan resiko penyakit jantung. Bahkan, tiap kemasan rokok menuliskan dengan jelas segala resiko beserta gambarnya.
Lantas, kenapa masih banyak masyarakat yang masih merokok dan menggunakan vape?
Promosi rokok yang dulunya menggandeng maskulinitas
Salah satu hal paling berpengaruh di dunia adalah media. Media juga menjadi salah satu jalur promosi bagi berbagai merek rokok. Jika diruntut, rokok dipromosikan menggunakan segala elemen maskulinitas sejak dahulu. Maskulin merupakan bentuk konstruksi kelelakian terhadap laki-laki yang dibentuk oleh kebudayaan. (Barker, dalam Nasir, 2007: 1)
Misalnya salah satu brand rokok menggunakan sosok cowboy/koboi bertopi yang menunggang kuda sambil menghisap rokok. Ada juga merek rokok yang mengiklankan produk rokok dengan sosok eksekutif muda yang menggunakan jas lalu mengendarai mobil sport. Atau juga ada berbagai iklan rokok dengan sosok laki-laki yang melakukan berbagai olahraga ekstrim. Intinya, sesuatu yang ‘LAKIK’ selalu dijadikan standar iklan rokok.
Namun, saat ini bentuk promosi dengan mengusung sisi maskulin semakin ditinggalkan. Selain karena ada gerakan feminisme yang semakin universal, segala bentuk maskulinitas tersebut semakin tidak relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. Oleh karena itu, bentuk promosi ini semakin ditinggalkan, atau mulai merambah ke berbagai sektor lain, salah satunya adalah  fashion.
Menggandeng Berbagai Event Streetwear
Dilansir dari laman Kompas.com, streetwear adalah gaya berpakaian yang mengusung konsep kasual. Streetwear sempat menjadi trend di era 90-an seiring dengan trend Hip Hop ala New York. Tren pakaian ‘jalanan’ ini mulai naik kelas dengan penambahan kesan sporty dan punk.