Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer

putriwulandari22022000@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film

Mengenal Isu Distorsi Sejarah dalam Beberapa Drama Korea

21 Desember 2021   19:00 Diperbarui: 21 Desember 2021   19:03 1831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster drama Snowdrop (Kompas)

Drama korea dikenal memiliki beragam genre, mulai dari horror, aksi, roman, hingga sejarah. Akhir-akhir ini, distorsi sejarah menjadi salah satu topik yang hangat dibicarakan oleh pecinta drama korea. Pasalnya, ada beberapa drama korea berlatar belakang sejarah yang dituding melakukan distorsi sejarah korea selatan.

Apa itu distorsi sejarah?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), distorsi adalah pemutarbalikan suatu fakta, aturan, dan sebagainya. Distorsi juga berarti penyimpangan. Jadi, distorsi sejarah adalah adanya pemutarbalikan atau penyimpangan terhadap fakta sejarah. 

Isu mengenai distorsi sejarah ini merupakan hal yang sensitif bagi masyarakat Korea Selatan. Hal ini dikarenakan, masyarakat sangat concern atau menghargai budaya dan sejarah mereka. 

Oleh karena itu, masyarakat benar-benar memperhatikan jalan cerita drama korea yang berkaitan dengan sejarah dan drama korea saeguk atau sejarah Korea menjadi salah satu drama yang diminati karena kental akan sejarah dan budaya Korea.

Distorsi Sejarah dalam Drama Korea

Ada beberapa drama korea yang dituding melakukan distorsi sejarah, salah satunya adalah Snowdrop. Pada Minggu (19/12), sudah ada 200.000 orang menandatangani petisi untuk menghentikan penayangan drama ini. 

Drama ini bercerita tentang Im Soo Ho (Jung Hae In), mahasiswa pascasarjana universitas bergengsi yang berasal dari Jerman dan memiliki banyak rahasia. Soo-ho yang bersimbah darah tiba-tiba berlari ke arah asrama perempuan. Di sana, ia bertemu dengan Eun Young-ro (Jisoo Blackpink), mahasiswi sastra Inggris di Universitas Perempuan Hosu. 

Drama ini mendapatkan kecaman salah satunya karena dalam episode pertama menampilkan pemeran utama wanita yang menyelamatkan mata-mata dari Gerakan pro-demokrasi dan menggunakan lagu yang melambangkan Gerakan pro-demokrasi saat adegan Badan Prencanaan Keamanan Nasional mengejar mata-mata tersebut.

Menurut pernyataannya (21/12), JTBC selaku stasiun TV yang menayangkan drama tersebut mengungkapkan bahwa tidak ada maksud akan adanya distorsi sejarah dalam drama tersebut. Juga diungkapkan bahwa drama ini akan tetap ditayangkan sesuai jadwal. 

Selain itu, JTBC juga berencana membuka layanan obrolan waktu nyata di situs portal resmi untuk mendengarkan berbagai pendapat dan suara dari pemirsa drama.

Selain drama snowdrop, salah satu drama korea yang dituding melakukan distorsi sejarah adalah Joseon Exorcist. Drama tersebut mendapat kecaman saat mereka menggambarkan Raja Taejong sebagai pembunuh orang yang tak bersalah dan menggunakan banyak property serta unsur budaya China dalam berbagai adegan. Banyak warganet yang mengkritik drama tersebut karena mendistorsi sejarah. 

Alhasil banyak perusahaan yang menarik sponsor mereka dari drama tersebut. Akibat dari kontroversi tersebut, SBS selaku stasiun tv yang menayangkan drama tersebut akhirnya memutuskan untuk membatalkan penayangan drama 'Joseon Exorcist'.

Penulisan Cerita Fiksi Sejarah

Fiksi itu tidak harus mendidik. Kebanyakan, orang-orang membaca cerita fiksi memang untuk melepas stress dan memvisualisasikan fantasi. Jadi, apabila seseorang membaca cerita fiksi dalam berbagai genre itu sah-sah saja karena yang terpenting adalah rasa penat yang berkurang. Walaupun fiksi tidak harus mendidik, penulis atau kreator itu wajib mempertanggungjawabkan tulisan atau karyanya.

Memang benar bahwa kisah yang ditulis itu fiktif dan tidak nyata, tetapi kebanykan topik atau tema besar dalam hal fiksi adalah hal nyata. Misalnya, saat kreator ingin membuat karya tentang mental illness, mungkin cerita tentang tokoh tersebut adalah fiktif, tetapi hal-hal mengenai mental illness itu adalah nyata. Oleh karena itu, kreator wajib bertanggungjawab dalam menggambarkan mental illness yang sesuai dengan kenyataan.

Atau misalnya dalam cerita tema sejarah. Betul bahwa kisah fiktif tokoh yang dibuat itu fiktif, tapi sejarah itu nyata. Oleh karena itu, perlu diperhatikan lagi mengenai pertanggungjawaban pada topik atau tema yang nyata tersebut. 

Banyak alternatif lain yang bisa diambil oleh kreator, salah satunya adalah meminjam 'universe' atau latar belakang sejarahnya saja dan tidak menggunakan nama tokoh asli yang ada dalam sejarah. Misalnya dalam film Enola Holmes. Film ini berlatar belakang kehidupan di Inggris pada tahun 1800an.

 Dalam hal ini, kisah tokoh dalam film ini adalah fiktif. Namun, penulis berhasil membawa latar belakang sejarah Inggris pada tahun 1800an dengan apik, seperti gerakan feminisme, kehidupan bangsawan, cara berpakaian, cara berbicara, dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun