Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - English Tutor | Freelance Content Writer

Random Thought About Lifestyle, Movies, K-drama, Beauty, Health, Education and Social Phenomena | Best Student Nominee Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Abstinence, Pendidikan Seks yang Masih Perlu Dipertahankan?

15 Desember 2021   19:00 Diperbarui: 20 Desember 2021   14:30 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
picture source: sonora.id

Beberapa penelitian yang dirangkum oleh Keystone Coalition for Advancing Sex Education, menunjukkan fakta bahwa tidak ada hubungan antara program abstinence dalam mencegah aktivitas seksual, mengurangi partner seksual, ataupun menghindarkan siswa terhadap aktivitas seks secara menyeluruh. Kemudian, kebanyakan siswa atau anak-anak kekurangan informasi dalam Pendidikan seksual yang seharusnya diketahui.

Alternatif lain dalam pendidikan seksual 

picture source: sonora.id
picture source: sonora.id

Selain jenis abstinence, ada juga jenis comprehensive sex education. Comprehensive sex education adalah metode pengajaran Pendidikan seksual berdasarkan kurikulum yang bertujuan untuk memberikan siswa pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai untuk membuat pilihan yang tepat dan sehat dalam kehidupan seksual mereka. 

Pendidikan seksual jenis ini sudah diterapkan di beberapa negara seperti Belanda dan California. Jadi siswa benar-benar diberikan penjabaran materi Pendidikan seksual yang sejelas-jelasnya disertai pendampingan guru dan keluarga.

Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi mengenai dua jenis Pendidikan seksual ini. Pertama, tidak ada penelitian yang valid tentang program abstinence dapat mengurangi tingkat kehamilan pada remaja. 

Dari organisasi tersebut, juga disebutkan apabila Pendidikan seks comprehensive dapat menurunkan tingkat kehamilan pada remaja hingga 50% dibandingkan dengan hanya program abstinence saja.

Kedua, kurangnya informasi ataupun informasi yang salah dalam Pendidikan seksual memberikan citra dan pandangan yang buruk terhadap minoritas seperti LGBTQ+. Hal ini tentunya melahirkan stigma dan penilaian yang buruk, hingga terjadi diskriminasi. 

Ketiga, kurangnya informasi dalam Pendidikan seksual berpengaruh pada naiknya angka pelecehan seksual kepada laki-laki dan perempuan. 

Dilansir dari Detik.com, Komnas Perempuan telah menerima lebih dari 4500 kasus pelecehan seksual selama periode Januari hingga Oktober tahun 2021. 

Padahal, fenomena pelecehan seksual ini seperti gunung es. Kita hanya mengetahui sebagian kecil kasus saja melalui media dan masih banyak korban yang enggan melapor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun