Salah satu ide menarik untuk diperbincangkan kembali adalah pemikiran Tan Malaka yang tertuang dalam Madilog: Materialisme Dialektika Logika. Madilog merupakan karya pemikiran yang mencerminkan konsep Tan Malaka yang kaya dengan ide modernis dalam kerangka Marxisme, terlihat dari sudut pandangnya yang kontemporer sebagai seorang Minangkabau. Meskipun ideologinya berakar pada paham modern, hal inilah yang memberikan daya tarik pada pemikirannya karena ia adalah seorang Minangkabau yang mengusung gagasan modern sekaligus nasionalis (Kusumo, 2010).
Karya seorang intelektual tersirat dalam Madilog, di mana pemikiran Tan Malaka berkontribusi pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dalam konteks ini, Tan Malaka menunjukkan bahwa dirinya bukanlah seorang intelektual yang hanya mencari solusi berdasarkan teori di dalam kenyamanan ruang kerja yang megah. Identitas budaya Minangkabau tergambar dalam cara pikirnya yang selalu mempertimbangkan proses sesuai dengan tempat dan sesuai dengan logika. Hal ini membawanya untuk menemukan kesamaan budaya dalam cara berpikir meski pada bidang yang berbeda (Hutabarat, 2010).
Â
METODE PENELITIAN
  Penelitian yang berfokus pada kajian literatur adalah analisis terhadap berbagai informasi konseptual serta data kualitatif dan kuantitatif yang terdapat dalam artikel ilmiah yang telah dipublikasikan sebelumnya. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah studi literatur yang berfungsi sebagai panduan untuk menganalisis suatu permasalahan penelitian (tinjauan penelitian) (Mulyadi, 2012). Dalam kajian literatur ini, digunakan jurnal internasional dan nasional yang sudah diringkas dan dianalisis. Penelitian kajian literatur ini berlangsung dari September sampai Mei 2023. Tipe penelitian ini adalah studi literatur. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui studi literatur, yang berarti penulis mengumpulkan buku, dokumen, artikel, naskah, dan sejenisnya. Dengan pendekatan: studi tekstual, studi konteks, dan studi sejarah.
PEMBAHASAN
- Konsep Negara, Hakikat Negara, Tujuan Negara Dan Upaya Tan Malaka Dalam Merealisasikannya Menurut Idealnya Serta Kritikannya  Terhadap Trias Politika Montesquieu
Pemikiran dan usaha yang dilakukan oleh Tan Malaka terfokus pada satu tujuan utama. Yaitu bagaimana melepaskan bangsanya sambil melakukan perubahan total terhadap seluruh sistem ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Jauh sebelum Soekarno menerbitkan "Indonesia Menggugat" pada tahun 1932 yang mengungkapkan makna penting kemerdekaan bagi bangsa Indonesia atau Mohammad Hatta yang mengarah ke kemerdekaan Indonesia pada tahun 1930. Sementara itu, Tan Malaka menulis pamflet berjudul "Naar de Republik Indonesia" yang merupakan pandangan pertama menuju kemerdekaan Indonesia yang dirilis di Kowloon, China, pada April 1925, saat ia berada dalam pengasingan. Dalam pamflet tersebut, semua gagasan, program, dan konsep mengenai negara Indonesia dituangkannya (Zulhelmi, 2015).
Keinginannya yang kuat untuk berkontribusi dalam gerakan kemerdekaan membawanya bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang merupakan partai komunis pertama di Asia yang didirikan di luar Uni Soviet pada masa itu. Tan Malaka, sebagaimana diuraikan oleh Alfian (1981: 157), adalah seorang intelektual dari Minangkabau yang menerima visi dan idealisme adat serta filsafat hidup masyarakat Minangkabau. Cara berpikir yang diperkenalkannya selaras dengan visi rantau: tesis-antitesis-sintesis. Dalam konteks ini, Tan Malaka berperan sebagai antitesis yang berkonflik dengan tesis. Dari sini lahir sintesis yang menjadi hasil pemikiran atau idealisme baru yang mendorong setiap orang untuk melakukan perubahan dan memperbaiki nasib mereka. Tan Malaka telah memeriksa gambaran tentang negara ideal. Dalam karyanya, "Naar de Republik" (Menuju Republik Indonesia), ia adalah pelopor pemikiran Indonesia. Ia berjuang tanpa kenal lelah melawan kolonialisme. Sebagian besar hidupnya dihabiskan dalam pengasingan dan pengusiran. Tidak dapat disangkal bahwa Tan Malaka adalah salah satu tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui pemikirannya sendiri. Selain itu, ia juga memperluas cara berpikir dalam bukunya "Madilog" (Materialisme, Dialektika, dan Logika). Dalam "Madilog", Malaka (2017: 123) mengajak pembaca untuk menggunakan pemikiran "rasional" karena pengetahuan dan cara berpikir seperti itu merupakan puncak peradaban manusia dan langkah awal menuju masa depan. "Madilog" adalah suatu pendekatan baru yang bisa digunakan untuk melawan cara berpikir lama yang sangat dipengaruhi oleh dunia mistis, yang membuat orang menyerah pada alam.
Tan Malaka mengungkapkan bahwa negara sosialis muncul akibat adanya konflik kelas. Pertentangan ini terjadi sebagai akibat dari pertikaian antar kelas. Konflik ini timbul seiring dengan perkembangan suatu negara yang dipengaruhi oleh hukum dialektika, yaitu tesis, antitesis, dan sintesis. Tesis yang dimaksud Tan Malaka adalah masyarakat yang dibentuk atas dasar kepemilikan bersama terhadap alat dan hasil produksi. Antitesisnya adalah masyarakat kapitalis yang mulai terfragmentasi karena kepemilikan yang hanya dimiliki oleh segelintir orang. Syntesisnya, ia merujuk kepada masyarakat di seluruh dunia yang berjuang untuk menuju masyarakat komunis modern.
Dengan kata lain, negara Indonesia lahir dari hasil revolusi nasional yang mengusir penjajahan ekonomi dan politik oleh negara asing yang berkuasa di Indonesia pada saat itu. Oleh karena itu, revolusi nasional menjadi penting untuk membentuk sebuah sistem kehidupan yang bebas dari penindasan dan mendukung keadilan, serta pengaturan atas kepemilikan alat produksi; rencana pembangunan nasional perlu disusun agar imperialisme tidak muncul kembali, meskipun hanya dalam bentuk penguasaan ekonomi.
Republik menurut Tan Malaka berarti semua keputusan ada di tangan rakyat, bahkan jika itu adalah keputusan terakhir. Suara rakyat mencerminkan sejauh mana kemerdekaan masyarakat dalam suatu negara. Ketika membahas bentuk negara yang merdeka, Tan Malaka menyatakan bahwa ada beberapa jenis republik. Tidak semua yang berstatus republik memberikan semua hak kepada semua golongan. Dengan demikian, terdapat berbagai jenis negara yang berbentuk republik. Misalnya, ada republik aristokratik yang dikuasai oleh kaum bangsawan seperti Republik Sparta di masa lalu, republik plutokratis yang dikuasai oleh orang kaya, dan republik demokratis, di mana rakyat memiliki kekuasaan. Di dalam republik demokratis, rakyat memiliki kendali penuh. Inilah sebenarnya karakter negara modern yang signifikan saat ini. Di sini, rakyat yang berdaulat menentukan mana yang dianggap baik atau buruk dalam undang-undang, yang mencakup pemilihan dan pengunduran presiden, para menteri, dan wakil dewan negara. Dalam pandangan Tan Malaka, di sinilah hak-hak fundamental hampir semua lapisan masyarakat dilindungi.