Umat Hindu tengah merayakan hari suci Galungan dan Kuningan. Hari raya yang datang setiap enam bulan sekali ini merupakan hari kemenangan kebaikan (Dharma) melawan keburukan (adharma).Â
Pada hari raya inilah umat Hindu di Indonesia, terutama di Bali membuat salah satu makanan khas yang tidak pernah absen setiap hari raya yaitu lawar.Â
Makanan khas Bali ini memang jika dipandang oleh masyarakat luar akan terlihat seperti makanan ekstrim, karena tidak dimasak dan diberi tambahan darah binatang segar seperti darah ayam dan babi. Namun, jika dicicipi rasa dari lawar sangat enak dan gurih.Â
Tradisi membuat lawar inilah yang lazim di Bali dikenal dengan istilah "ngelawar" atau "mebat". Setiap upacara Yadnya termasuk pernikahan tradisi ini tidak pernah absen dilakukan. Baik dilakukan di rumah, tempat suci, maupun dusun (banjar).Â
Membuat lawar cukup rumit dan perlu keahlian dalam pembuatannya. Pertama-tama bumbu lawar yaitu bumbu dasar (bawang merah , putih, dan cabai) dipotong dan bumbu halus (bumbu dasar dan umbi) di haluskan dan semua bumbu digoreng.Â
Setelah itu, bahan-bahan lawar yang terdiri dari sayuran (nangka muda, kacang panjang, dan pisang batu), kelapa parut, dan daging (ayam dan babi) direbus dahulu dan potong kecil (ditektek). Setelah itu bahan dicampur dengan bumbu, terasi, penyedap, gula, garam,dan jeruk nipis kemudian diadon (diaduk menggunakan tangan).Â
Jika ingin lawar warna merah ditambah darah ayam atau babi, setelah itu lawar siap dinikmati. Lawar bukan hanya sekedar makanan khas Bali, namun memiliki arti yaitu:
1. Simbol Kelengkapan Kekayaan Alam
Lawar adalah simbol kelengkapan alam semesta. Hal ini karena setiap unsur kekayaan alam yang lengkap terdapat dalam lawar. Mulai dari unsur tumbuhan seperti adanya nangka muda, pisang batu muda, dan kacang panjang serta unsur hewani seperti daging ayam maupun babi.Â
Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan telah menganugerahkan kita kekayaan alam yang lengkap. Anugerah Tuhan itulah yang membuat kita sadar bahwa pentingnya hidup bersama dan berdampingan.
2. Simbol Rasa Syukur
Berkaitan dengan yang pertama, makanan lawar merupakan simbol rasa syukur. Untuk itulah, setiap hari raya dan upacara Yadnya umat Hindu akan melakukan tradisi ngelawar sebagai bentuk ucapan rasa syukur bahwa Tuhan menciptakan segalanya.Â
Tanpa makhluk lain, manusia tidak akan bisa hidup. Untuk itulah, rasa syukur perlu dilakukan dan salah satunya dengan membuat lawar. Makanan ini juga dihaturkan kepada Tuhan sebagai rasa cinta kasih dan berharap Tuhan dapat selalu memberikan anugerahnya.
3. Simbol Kebersamaan
Lawar merupakan simbol kebersamaan, mengapa? Hal ini karena dengan membuat lawar atau ngelawar akan dilakukan secara bersama-sama atau banyak orang, bukan hanya satu orang.Â
Masyarakat atau keluarga akan melakukan gotong royong bersama dalam ngelawar karena membuat makanan ini susah atau tidak akan bisa bila dilakukan sendiri. Disinilah momen kebersamaan muncul dari kerja sama membuat lawar. Persatuan dan kerukunan pasti akan tercipta.
4. Simbol Kekeluargaan
Berkaitan dengan yang ketiga, dengan ngelawar maka akan tercipta kekeluargaan. Hal ini sangat penting untuk mencegah masyarakat atau keluarga pecah dan saling tidak akur.Â
Saat membuat lawar inilah merupakan momen yang paling penting untuk menciptakan kekeluargaan itu disertai dengan makan bersama dan metuakan. Untuk itulah masyarakat Bali biasanya akan akur karena ngelawar.
Dari semua arti penting tentang lawar tujuannya yang paling utama tidak lain adalah menciptakan persatuan, kerukunan, dan kerjasama serta belajar mensyukuri anugerah Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu perlu terus dilestarikan tradisi ini bila perlu dapat ditiru oleh masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H