Mohon tunggu...
Dinda Prahesti
Dinda Prahesti Mohon Tunggu... Lainnya - Dinda Prahesti

Nama : Putu Oki Dinda Prahesti NIM : 2012061027 Prodi : Ilmu Komunikasi A

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Simulasi dan Hiperealitas Pengunggahan Story serta Penggunaan Filter Instagram oleh Wanita

5 Januari 2022   11:51 Diperbarui: 5 Januari 2022   11:59 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Singaraja, Bali - Saat ini merupakan zaman digitalisasi atau era digitalisasi, era digitalisasi ini merupakan era yang dimana masyarakatnya lebih banyak berkutik pada teknologi salah satunya adalah handphone yang memiliki bawaan sosial media. Media sosial dewasa sudah sangat familiar digunakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya pada kalangan generasi milenial. Media sosial yang berbasis internet ini mengalami revolusi. Media sosial juga sangat sering digunakan sebagai bahan untuk memudahkan interaksi antar individu dan kelompok secara efisien. 

Media sosial tumbuh pesat menjadi media public relation (kehumasan) baru dalam kehidupan masyarakat dan mengubah berbagai hal dalam kehidupannya. Media sosial menjadi salah satu medium persuasi yang dapat mengubah persepsi, perspektif ataupun perilaku publik. Komunikasi melalui medsos atau internet dapat menambah reputasi dan kepercayaan, misalnya untuk individu maupun untuk sebuah instansi. 

Karena itu, pemahaman terhadap penggunaan media sosial ini secara efektif menjadi tuntutan zaman karena sudah memasuki zaman yang dimana perkembangan teknologinya berkembang sangat pesat untuk dapat bekerja secara efektif. Banyak penggunanya yang berlomba-lomba mengunggah foto untuk mengikuti tren. 

Contoh sederhananya adalah untuk menarik perhatian pengguna lain dengan menambahkan filter atau menggunakan editor foto untuk mengomentari foto yang diunggah. Pada saat yang sama, mengunggah foto tempat atau tempat populer seperti pusat perbelanjaan, kafe, taman hiburan, tempat wisata alam, dan lain-lain mengakibatkan wisatawan sibuk berfoto selfie di beberapa tempat, mengabaikan kondisi alam yang harus dijaga dan bersikeras bahwa Kasus tersebut terjadi dalam kerusakan parah oleh turis yang sibuk berfoto selfie di Amaryllis Park.

Tujuan penggunaan media sosial seperti yang kita ketahui dilapangan adalah media sosial banyak digunakan untuk mencari informasi, memberikan informasi, media pembelajaran dan juga lebih sering digunakan untuk membagikan cerita -- cerita atau gaya hidup seseorang yang memiliki media sosial. Biasanya juga media sosial digunakan untuk mengais rejeki, dalam hal ini lebih banyak digunakan oleh para selebriti dan akan berdampak pada bisnis -- bisnis yang menggunakan jasa selebriti tersebu. 

Contohnya adalah digunakan sebagai ladang bisnis untuk mempromosikan produk -- produk dari toko maupun pebisnis melalui sosial media seperti instagram, whatsapp, dan lain sebagainya. Namun yang lebih banyak ditemukan adalah pada instagram dan youtube, dimana para selebgram mempromosikan suatu produk pada akun instagram baik berupa story maupun postingan dan pada youtube pada selang videonya.

Simulasi dalam penggunaan fitur story serta filter pada media sosial khususnya instagram ini yaitu dapat digambarkan misalnya seseorang khususnya wanita yang menggunakan instagram untuk memposting kesehariannya diinstagram, kebanyakan wanita tersebut melakukan simulasi sebelum meposting story tersebut. Kasus yang sering kita jumpai yaitu seperti mencoba filter -- filter yang tersedia, mencari filter yang memang menurutnya bagus yang membuat dirinya cantik. Penggunaan story instagram serta filter ini lama kelamaan akan menyebabkan terjadinya hiperealitas pada orang tersebut. 

Simulasi yang dimaksud disini juga adalah mencari tempat yang tepat untuk membuat story instagram tersebut, misalnya melihat design interior yang bagus agar postingan story orang tersebut terlihat bagus, estetik dan jika orang melihat akan suka melihatnya. Sosial media dalam hal ini merupakan tempat terjadinya proses simulasi berlangsung. 

Manusia didalam era digitalisasi ini menjadikan sosial media sebagai acuan dari kehidupan nyata.  Kadang seseorang rela pergi ke tempat yang memiliki design interior yang bagus waluapun memiliki harga yang cukup mahal. Kadang jika memiliki harga mahal, seseorang hanya mengambil foto dari luarnya saja , agar dikira berada dilokasi tersebut. Terkadang pula penggunaan filter juga mengalami simulasi seperti yan dijelaskan sebelumnya, seseorag akan memilih filter terlebih dahulu agar terlihat cocok pada dirinya.

Sehingga apa yang ada pada social media dianggap sebagai hal yang nyata. Namun sebenarnya yang diunggah di dalam social media merupakan suatu hal yang berbeda dari fakta yang ada. Terdapat perbedaan kondisi pelaku pada apa yang diunggah dengan kondisi yang nyata. 

Dalam kondisi nyata pelaku bukanlah mereka yang berasal dari golongan atas, pelaku berasal dari kelas bawah maupun menengah yang mencoba menunjukan kelas yang sebenarnya bukan bagian dari dirinya. Seseorang pengguna sosial media untuk memposting foto maupun video kesehariannya di instagram serta menggunakan filter tentu melakukan beberapa simulasi dalam bentuk realitas yang akan dibangun. 

Pengguna harus memilah filter dan angel semenarik mungkin. Karena ada anggapan bahwa mereka yang menggunakan filter dan menentukan angel dalam berfoto atau video untuk kebutuhan story akan terlihat lebih cantik. Sehingga pengguna harus bisa menunjukan aksen kecantikan filternya. Tentu, simulasi ini dibalut dengan penggunaan pakaian yang menyesuaikan untuk diposting agar terlihat berkelas. Simulasi yang dihadirkan di sosial media yang bertujuan untuk menampilkan kelas tidak hanya dilakukan dalam satu waktu. 

Namun harus dilakukan berulang-ulang agar orang lain menganggap hal tersebut merupakan bagian dari gaya hidup pelaku. Hal tersebut tidak terlepas karena memposting keseharian atau story di sosial media serta menggunakan filter dianggap sebagai gaya hidup masyarakat kelas atas. Simulasi yang dilakukan berulang-ulang dapat memunculkan reealitas yang bukan realitas.

Lambat laun, tanpa disadari, fungsi ini akhirnya membentuk kebiasaan baru di masyarakat, yakni kebiasaan merekam setiap menit atau bahkan setiap detik momen penting yang dialami pengguna, lalu mengunggahnya ke fungsi ini. Seperti pertemuan teman lama yang bertemu kembali di kafe ternama. Namun dulu, proses ini masih sangat rumit, mulai dari kamera yang masih menggunakan film, harus diproses lagi di ruangan yang gelap, hingga munculnya kamera digital. 

Namun sekarang, dengan internet dan kamera ponsel, setiap orang dapat dengan mudah mengabadikan setiap momen dan mengunggahnya ke cerita Instagram mereka kapan saja, di mana saja. Hal ini menyebabkan terjadinya hiperealitas pada penggunaan story serta filter di instagram. Mengunggah cerita dan menggunakan filter Instagram adalah semacam surealis, dimulai dari gejala realitas buatan, ternyata lebih nyata daripada kenyataan. 

Kegiatan ini membuat orang merasa bahwa orang yang melakukannya adalah orang-orang dengan wajah cantik, sosial ekonomi kelas atas, dan sebagainya. Padahal, untuk melakukan ini, pelaku harus berusaha terlebih dahulu. Media sosial memudahkan orang untuk membuat simbol bersama tanpa harus bertemu atau berinteraksi, meski tidak saling mengenal. Namun, jika orang tersebut tidak mengambil foto aktivitasnya dan kemudian mengunggahnya ke media sosial, simulasi ini tidak bisa dilakukan.

Hal seperti ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat baik kota maupun desa. Dalam melakukan hal tersebut, memberitahukan kepada masyarakat secara luas sangat perlu untuk dilakukan. Seseorang menggunakan social media untuk membagi-bagikan kegiatannya. Karena mengunggah story serta menggunakan filter pada instagram dan social media merupakan satu kesatuan yang utuh. 

Hal ini dianggap karena social media merupakan ruang terbaik terbentuknya hiperrealitas. Hiperrealitas dalam social media dapat terwujud karena sosial media dapat merepresentasikan hiperrealitas menjadi realitas palsu. Dalam penggunaan filter dianggap dapat merepresentasikan kelas atas sebagai pembentuk identitas, entah itu cantik, tampak dan sejenisnya. Penggunaan filter instagram atau mengunggah story menjadi sebuah gambaran atau citra yang melambangkan eksistensi dan kelas sosial masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun