Mohon tunggu...
Dinda Prahesti
Dinda Prahesti Mohon Tunggu... Lainnya - Dinda Prahesti

Nama : Putu Oki Dinda Prahesti NIM : 2012061027 Prodi : Ilmu Komunikasi A

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Simulasi dan Hiperealitas Pengunggahan Story serta Penggunaan Filter Instagram oleh Wanita

5 Januari 2022   11:51 Diperbarui: 5 Januari 2022   11:59 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kondisi nyata pelaku bukanlah mereka yang berasal dari golongan atas, pelaku berasal dari kelas bawah maupun menengah yang mencoba menunjukan kelas yang sebenarnya bukan bagian dari dirinya. Seseorang pengguna sosial media untuk memposting foto maupun video kesehariannya di instagram serta menggunakan filter tentu melakukan beberapa simulasi dalam bentuk realitas yang akan dibangun. 

Pengguna harus memilah filter dan angel semenarik mungkin. Karena ada anggapan bahwa mereka yang menggunakan filter dan menentukan angel dalam berfoto atau video untuk kebutuhan story akan terlihat lebih cantik. Sehingga pengguna harus bisa menunjukan aksen kecantikan filternya. Tentu, simulasi ini dibalut dengan penggunaan pakaian yang menyesuaikan untuk diposting agar terlihat berkelas. Simulasi yang dihadirkan di sosial media yang bertujuan untuk menampilkan kelas tidak hanya dilakukan dalam satu waktu. 

Namun harus dilakukan berulang-ulang agar orang lain menganggap hal tersebut merupakan bagian dari gaya hidup pelaku. Hal tersebut tidak terlepas karena memposting keseharian atau story di sosial media serta menggunakan filter dianggap sebagai gaya hidup masyarakat kelas atas. Simulasi yang dilakukan berulang-ulang dapat memunculkan reealitas yang bukan realitas.

Lambat laun, tanpa disadari, fungsi ini akhirnya membentuk kebiasaan baru di masyarakat, yakni kebiasaan merekam setiap menit atau bahkan setiap detik momen penting yang dialami pengguna, lalu mengunggahnya ke fungsi ini. Seperti pertemuan teman lama yang bertemu kembali di kafe ternama. Namun dulu, proses ini masih sangat rumit, mulai dari kamera yang masih menggunakan film, harus diproses lagi di ruangan yang gelap, hingga munculnya kamera digital. 

Namun sekarang, dengan internet dan kamera ponsel, setiap orang dapat dengan mudah mengabadikan setiap momen dan mengunggahnya ke cerita Instagram mereka kapan saja, di mana saja. Hal ini menyebabkan terjadinya hiperealitas pada penggunaan story serta filter di instagram. Mengunggah cerita dan menggunakan filter Instagram adalah semacam surealis, dimulai dari gejala realitas buatan, ternyata lebih nyata daripada kenyataan. 

Kegiatan ini membuat orang merasa bahwa orang yang melakukannya adalah orang-orang dengan wajah cantik, sosial ekonomi kelas atas, dan sebagainya. Padahal, untuk melakukan ini, pelaku harus berusaha terlebih dahulu. Media sosial memudahkan orang untuk membuat simbol bersama tanpa harus bertemu atau berinteraksi, meski tidak saling mengenal. Namun, jika orang tersebut tidak mengambil foto aktivitasnya dan kemudian mengunggahnya ke media sosial, simulasi ini tidak bisa dilakukan.

Hal seperti ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat baik kota maupun desa. Dalam melakukan hal tersebut, memberitahukan kepada masyarakat secara luas sangat perlu untuk dilakukan. Seseorang menggunakan social media untuk membagi-bagikan kegiatannya. Karena mengunggah story serta menggunakan filter pada instagram dan social media merupakan satu kesatuan yang utuh. 

Hal ini dianggap karena social media merupakan ruang terbaik terbentuknya hiperrealitas. Hiperrealitas dalam social media dapat terwujud karena sosial media dapat merepresentasikan hiperrealitas menjadi realitas palsu. Dalam penggunaan filter dianggap dapat merepresentasikan kelas atas sebagai pembentuk identitas, entah itu cantik, tampak dan sejenisnya. Penggunaan filter instagram atau mengunggah story menjadi sebuah gambaran atau citra yang melambangkan eksistensi dan kelas sosial masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun