Mohon tunggu...
Ni Putu Novita Yani
Ni Putu Novita Yani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobby : Menari, main catur, membaca, dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pentingnya Kesehatan Mental, untuk Meminimalisir Penurunan Kualitas Belajar

11 April 2024   13:56 Diperbarui: 11 April 2024   14:02 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Essai Ilmiah dengan tema: Kesehatan Mental

PENTINGNYA KESEHATAN MENTAL, UNTUK MEMINIMALISIR PENURUNAN KUALITAS BELAJAR


Oleh: Ni Putu Novita Yani (Mahasiswa Prodi PGSD)


Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

 

Gangguan kesehatan mental ialah akar dari menurunnya kualitas belajar, maka dari itulah seorang pelajar harus tau betapa pentingnya menjaga kesehatan mental. Sebelum membahas lebih dalam lagi mengenai pentingnya kesehatan mental, alangkah lebih baik jika kita mengetahui terlebih dahulu apa itu kesehatan mental dan gangguan kesehatan mental. 

Kesehatan mental adalah suatu kondisi dimana seseorang yang memungkinkan pada semua aspek perkembangannya, baik jasmani, rohani, intelektual, dan emosional yang optimal serta selaras dengan perkembangan orang lain, sehingga selanjutnya mampu berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Gejala jiwa atau fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, kemauan, sikap, persepsi, pandangan dan keyakinan hidup harus saling berkoordinasi satu sama lain, sehingga muncul keharmonisan yang terhindar dari perasaan ragu, gelisah, cemas, gundah dan konflik batin (pertentangan pada diri individu itu sendiri). Kesehatan merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan dan di jaga, baik kesehatan fisik,mental maupun sosial untuk mencapai kondisi yang harmonis. 

Menurut WHO (The World Health Organization), sehat adalah suatu kondisi yang lengkap secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial, disamping itu tidak ada penyakit atau kelemahan yang dimiliki. Definisi sehat tidak hanya berkaitan dengan fisik semata, namun juga berkaitan dengan sehat secara rohani atau psikis dan mencapai kesejahteraan sosial. 

WHO juga mendefinisikan tentang kesehatan mental sebagai kondisi kesejahteraan individu yang menyadari potensinya sendiri, dari cara mengatasi masalahnya sendiri, mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif dan berbuah, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya ("WHO Mental Health: a state of well-being"t.t). Kesehatan mental merujuk pada bagaimana individu mampu berinteraksi serta menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan sekitarnya, sehingga individu terhindar dari gangguan mental. Kesehatan mental bisa dikatakan sehat apabila seseorang terhindar dari gangguan jiwa, mampu menyesuaikan diri, mampu memanfaatkan potensi secara maksimal, mampu mencapai kebahagiaan pribadi dan orang lain.

Gangguan mental pada anak dan remaja menjadi fokus kesehatan global karena ada hubungannya dengan terganggunya kualitas serta proses pembelajaran, rasa penderitaan, cacat fungsi, paparan stigma, diskriminasi, hingga potensi kematian. Gangguan kesehatan mental merupakan kondisi dimana seorang individu mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya dengan kondisi di sekitarnya. Ketidakmampuan dalam memecahkan masalah sehingga menimbulkan setres yang berlebih menjadikan kesehatan mental individu tersebut menjadi lebih rentan dan akhirnya dinyatakan terkena sebuah gangguan kesehatan mental. Gangguan mental dapat terjadi pada siapa saja, baik yang berusia muda, dewasa, maupun lansia. Gangguan mental juga dapat terjadi pada orang yang tinggal di perkotaan ataupun dipedesaan. Faktor penyebab seseorang terkena gangguan mental yaitu faktor genetik atau terdapat riwayat pengidap gangguan kesehatan jiwa dalam keluarga, memiliki trauma yang mendalam sejak kecil, mengalami diskriminasi atau stigma, setres berat yang terjadi dalam waktu yang panjang, dan terisolasi secara sosial atau merasa kesepian. Gejala gangguan kesehatan mental bisa berbeda tergantung pada jenisnya, kendati demikian gejala yang sering di alami oleh penderita gangguan mental yang bisa dikenali yaitu penderita kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi, mengalami perasaan takut, gelisah, cemas, kemudian penderita juga mengalami ketidakmampuan untuk mengatasi setres atau masalah sehari-hari, penderita juga lebih suka menyendiri, murung, dan tidak ada rasa semangat untuk hidup.

Dari pengalaman saya sendiri, gangguan kesehatan mental itu sangat berpengaruh pada proses pembelajaran di sekolah. Gangguan mental menyebabkan gagal fokus, tidak konsentrasi, bahkan tidak ada semangat untuk belajar. Gangguan mental membuat si penderita merasa tidak percaya diri, sering membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain atau sekarang sering dikenal atau disebut dengan insecure, bahkan ia akan selalu menuntut diri mereka agar lebih baik dan terus lebih baik tanpa memperdulikan kebahagiaan mereka sendiri. Begitu banyak perasaan bahkan pikiran yang mengganggu bagi penderita gangguan mental, mungkin hal tersebut terkesan seperti drama queen atau berkesan melebih-lebihkan atau anak muda sekarang menyebutnya dengan alay, tapi apa daya mereka? mereka juga tidak menginginkan hal tersebut, mereka tertekan dan lelah dengan pikiran dan perasaan mereka sendiri, yang sebenarnya tidak ingin mereka rasakan apalagi mereka pikirkan. Perasaan dan pemikiran itulah yang membuat terpecah belahnya konsentrasi dan fokusnya dalam mengikuti proses pembelajaran yang akan berdampak pada kualitas dan prestasi belajarnya di sekolah. Seperti pengalaman saya sendiri, saya merupakan salah satu seorang yang memiliki gangguan terhadap kesehatan mental. Selama saya mengikuti proses belajar, jujur saya merasa kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran karena fokus saya terganggu dengan pemikiran-pemikiran yang tidak ingin saya pikirkan, memikirkan pikiran yang negatif memicu perasaan takut, cemas, tidak percaya diri, panik, semua hal tersebut lah yang akan menyebabkan menurunnya nafsu makan, semangat belajar, kualitas belajar bahkan hal tersebut dapat membuat kita tidak ada semangat untuk hidup, tidak memiliki gambaran masa depan yang bagus bahkan bisa saja mengambil keputusan yang singkat yaitu bunuh diri.

Dari pengalaman saya sendiri itulah, saya bahkan kita semua harus tau apa pentingnya kesehatan mental untuk meminimalisir penurunan kualitas belajar. Sebelum itu perlu kita ketahui bahwa di Negara Indonesia rata-rata masyarakatnya masih kurang paham dan kurang mengerti apa itu kesehatan mental, seperti contohnya masih banyak adanya stigma, diskriminasi, menyalahkan atau ngejust, bahkan penderita gangguan mental dianggap alay atau melebih-lebihkan. Adapun contoh nyatanya masih banyak kasus-kasus bunuh diri, kemudian netizen mengomentari kasus atau berita itu dengan menyalahkan serta menghakimi orang yang sudah meninggal dengan cara bunuh diri itu. Padahal kita tidak tau apa yang dirasakan, seperti apa tingkat rasa tertekannya sampai berani mengambil keputusan untuk bunuh diri. Bunuh diri memang hal yang salah tapi kita tidak bisa langsung menyalahkan, cukup kita doa kan saja dan berdoa untuk diri kita sendiri agar kita tidak terkena gangguan kesehatan apalagi mengambil keputusan yang salah itu. Karena pada dasarnya, jika manusia masih dalam kesadaran yang penuh, mental yang kuat, logika serta pemikiran masih normal, sejatinya manusia tidak akan berani untuk menyakiti diri mereka sendiri atau bahkan mengakhiri hidup mereka ditangan mereka sendiri. Oleh sebab itu, Kesehatan mental yang baik dapat berkontribusi pada kemampuan kita dalam menghadapi tekanan, mengatasi masalah, dan menjalin hubungan sosial yang sehat. Maka dari itu kita harus belajar sejak dini bagaimana caranya menjaga kesehatan mental, guna bermanfaat untuk diri sendiri dan kita dapat memberi edukasi kepada orang-orang disekitar kita, atau bahkan kepada penderita gangguan kesehatan mental.

Dampak buruk siswa terkena gangguan kesehatan mental, anak akan merasa murung serta mudah lelah karena jika anak mengalami gangguan mental, anak akan mengalami sulit tidur. Alhasil, dirinya bangun tidur dalam kondisi tidak segar dan kelelahan. Kondisi tersebut tentu bisa memengaruhi produktivitas di sekolah. Masalah kesehatan mental seperti stres berlebihan, kecemasan, atau depresi dapat mengganggu konsentrasi, mengurangi produktivitas, dan menyebabkan ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Jika gangguan kesehatan tidak segera ditangani di lingkungan keluarga, masyarakat, bahkan di lingkungan sekolah, maka hal tersebut dapat menyebabkan komplikasi serius, baik pada fisik, emosi, maupun perilaku, serta menurunnya sumber daya manusia di negara Indonesia.

Cara menangani gangguan mental selain bantuan psikiater, saya dapat anjurkan untuk menerapkan program 3P, Program 3P adalah suatu program menjaga pola pikir, pola makan, dan pola hidup. Program 3P adalah cara saya menangani gangguan mental yang saya miliki mulai dari melakukan 1). Terapi psikologis merupakan langkah efektif untuk mengatasi masalah kesehatan mental. Dalam terapi psikologis, Anda bisa berbicara tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman kepada terapis profesional. Terapis akan membantu mengidentifikasi dan mengatasi penyebab masalah mental serta strategi untuk menghadapinya lebih baik. 2). Meditasi bisa membantu mengurangi stres, kecemasan, dan depresi yang merupakan bagian dari masalah kesehatan mental. Melalui meditasi, Anda akan lebih fokus pada pernapasan, mengurangi pikiran yang mengganggu, dan meningkatkan kesadaran diri. Lakukan meditasi secara rutin sebagai bagian dari kebiasaan untuk membantu mengelola emosi dan meningkatkan kesejahteraan mental. 3). Olahraga bisa menghasilkan endorfin, yakni senyawa kimia dalam otak yang dapat meningkatkan mood dan mengurangi stres. Selain itu, olahraga bisa mengurangi gejala depresi dan kecemasan, serta meningkatkan kualitas tidur maupun      kualitas hidup secara keseluruhan. Mulailah berolahraga dengan langkah ringan tetapi tetap konsisten untuk kesejahteraan mental yang lebih baik.4). Mengatur pola makan, dengan mengonsumsi makanan yang berqizi seperti buah-buahan buahan, sayuran, ikan dan biji-bijian. Kurangi mengonsumsi alkohol agar emosi tetap stabil dan risiko gangguan mental bisa diatasi. 5). Menghindari kebiasaan buruk, mulai dari tidak merokok, penggunaan obat-obatan terlarang, dan kecanduan main gadget dapat memperburuk dan mempengaruhi keseimbangan kimia di otak yang bisa berdampak pada kesehatan mental. Kemudian tidur yang cukup, mengurangi setres, sering bersosialisasi, atau mengikuti kegiatan traveling, ubah mindset mu karena “kamu adalah kesuksesan sejati jika kamu dapat mempercayai diri sendiri, mencintai diri sendiri, dan menjadi diri sendiri”. Keberhasilan menjaga kesehatan mental tidak lain dari dukungan diri kita sendiri untuk menjaga kesehatan mental, kemudian dukungan dari keluarga, teman dan juga psikiater.

Kesimpulan:

Kita patut memahami apa itu kesehatan mental dan juga gangguan kesehatan mental, guna kita dapat menjalankan hidup yang sejahtera. Kesehatan mental sangat mempengaruhi kualitas belajar siswa, jika mental sehat maka proses belajar menjadi produktif sehingga kualitas dan prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Dengan meningkatnya prestasi belajar siswa maka akan meningkatkan sumber daya manusia.

Saran:

Disadari bahwa penulissan esai ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan referensi yang dirujuk, serta penulisan ini saya ambil dari pengalaman saya sendiri. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca sangat diapresiasi demi kesempurnaannya esai ini. Adapun saran saya guna menjaga kesehatan mental yaitu cobalah kelola stres dengan cara berolahraga setiap hari, menyisihkan waktu untuk diri sendiri, menjaga pola makan, tidur yang cukup, serta hindari alkohol dan obat-obatan serta bisa untuk lebih banyak bersosialisasi, khususnya dengan orang-orang yang anda percayai.

DAFTAR PUSTAKA

Fakhriyani, D. V. (2019). Kesehatan mental. Pamekasan: duta media publishing,

11-13.

Prihatiningsih, E., & Wijayanti, Y. (2019). Gangguan mental emosional siswa

sekolah dasar. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 3(2), 252-262.

Putri, A. W., Wibhawa, B., & Gutama, A. S. (2015). Kesehatan mental masyarakat

Indonesia (pengetahuan, dan keterbukaan masyarakat terhadap gangguan kesehatan mental). Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2).

Rinawati, F., & Alimansur, M. (2016). Analisa faktor-faktor penyebab gangguan

jiwa menggunakan pendekatan model adaptasi stres stuart. Jurnal ilmu kesehatan, 5(1), 34-38.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun