Dewasa ini gadget dan social media merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dunia terasa hampa jika kedua hal tersebut tak kita sentuh walau hanya beberapa jam saja.Â
Hal tersebut menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat di dunia. Indonesia juga merupakan Negara dengan peringkat terbesar ke 4 di dunia sebagai pengguna gadget dalam kesehariannya.Â
Kebutuhan kerja, sekolah, hiburan, informasi, semua bisa didapatkan dari media elektronik tersebut. Bahkan banyak orang yang sudah kecanduan terhadap gadget juga media social sehingga akan merasa ada yang hilang dari kehidupan mereka jika tidak ada 2 hal tersebut.
Media Sosial menjadi salah satu media untuk berinteraksi jarak jauh serta memperoleh informasi dalam waktu yang singkat, cepat dan dalam skala yang luas.Â
Media social juga dapat digunakan sebagai wadah untuk mengekspresikan diri si pengguna jadi netizen bisa membaca karakter si pengguna media sosial dengan melihat ataupun membaca setiap unggahan orang tersebut.Â
Setiap hal yang dilakukan atau dialami seringkali dengan cepat akan diunggah ke media social, saat sedih, saat marah, saat senang, bahkan saat sedang melakukan hal- hal kecil lainnya seperti makan dan berjalan akan menjadi bahan unggahan di media social mereka.Â
Dan ada juga yang hampir setiap hari hanya mengunggah foto selfie mereka yang terlihat bahagia di berbagai tempat yang berbeda, entah itu saat liburan, bekerja, bahkan saat dia hanya berdiam diri di rumah tanpa ada kegiatanpun akan selalu menampilkan berbagai pose dengan senyum merekah penuh rasa bahagia.Â
Hal ini seolah-olah dimana orang tersebut ingin menunjukkan tentang dirinya. Kita bahkan tidak sadar kalau sebenarnya ini merupakan sejenis syndrome.
Motif pengguna media social juga berbeda-beda. Menurut hasil riset selompok professor dari Universitas Bringham Young, seperti yang dilansir oleh Tribun.Jogja.com mengungkap bahwa motivasi para pengguna facebook sebagai salah satu platform media social terbesar terbagi menjadi empat tipe, yang pertama adalah untuk mempererat tali silaturahmi di dunia maya dengan mengunggah dan merespon postingan orang lain.Â
Yang kedua adalah tipe individu cuek dimana pengguna kurang peduli dengan unggahan foto ataupun status dari pengguna lain. Mereka lebih tertarik untuk memposting berita terbaru dalam kehidupan mereka. Ketiga yaitu pencari perhatian dimana unggahan tersebut untuk promosi diri entah lewat foto atau video.Â
Dan yang keempat yaitu pemerhati dimana pengguna hanya senang mengikuti aktivitas dan kabar terbaru dari orang lain tanpa sering mengunggah dirinya di media social. Dari hasil riset tersebut, seseorang bisa kita identifikasi lebih condong ke salah satu tipe atau bisa jadi merangkum dari beberapa tipe.
Dan yang akan kita bahas kali ini adalah pengguna social media dengan tipe ketiga yaitu pencari perhatian. Selain motif promosi diri tahukah anda bahwa berdasarkan beberapa penelitian dikatakan bahwa jika orang yang sering memposting dirinya terlihat bahagia di dunia maya dan rajin update status di social media adalah sebenarnya orang yang menderita di dunia nyata? Kenapa bisa dikatakan demikian?Â
Memang benar tidak semuanya seperti itu namun melalui pengalaman saya dimana saya mengetahui dan kenal beberapa orang dengan perilaku seperti itu, jika ditelisik lebih dalam bisa jadi hal itu benar adanya.Â
Disaat orang yang benar -- benar disibukkan dengan berbagai kegiatan dan pekerjaan di dunia nyata tidak akan memiliki banyak waktu untuk berselfie ria ataupun mengunggah status setiap saat, bahkan untuk mengecek media sosialnyapun akan memiliki waktu yang sangat terbatas.Â
Berbeda dengan orang yang setiap saat mengunggah foto dirinya ataupun meng-update status di media social. Bisa jadi orang -- orang tersebut adalah orang yang minim dengan kesibukan ataupun dia kesepian serta butuh perhatian.Â
Di dunia nyata dia memiliki sedikit teman untuk diajak bergaul, bercerita ataupun berkeluh kesah sehingga dia mencari teman dan penghiburan diri lewat media social.Â
Dengan berfoto dan penuh senyum didunia maya seolah -- olah dia ingin mengatakan kepada dunia bahwa dia baik-baik saja walaupun sendiri, dia baik-baik saja walaupun tanpa teman, walaupun sebenarnya didalam hatinya menangis dan dengan kata lain merasa kesepian. Melampiaskan segala perasaan dan kegalauan yang dialaminya di media social adalah obat tersendiri bagi keterpurukannya di dunia nyata.Â
Di balik senyum yang selalu ditampilkan di depan kamera yang kemudian akan diunggah di social media, dibalik kata -- kata bahagia yang dia tulis sebagai update statusnya tersimpan rasa yang mungkin hanya dia sendiri yang tahu.Â
Walaupun sebenarnya butuh orang lain sebagai tempat berkeluh kesah namun merasa kurang nyaman jika berinteraksi secara langsung.Â
Saat pengguna penuh dengan masalah dan kegalauan hati akan banyak kata-kata bijak dan memotivasi yang akan diunggah demi menyemangati diri sendiri yang sedang tidak baik-baik saja. Bisa juga karena dia hanya ingin berbagi kebahagiaan saja dengan orang lain ataupun tidak ingin ada yang mengetahui ataupun menertawakan saat dia sedang tidak baik-baik saja.
Tidak ada yang salah dengan kita mengunggah sesuatu di social media. Ada kebebasan namun masih dalam koridor UU ITE. Tanpa adanya menyinggung orang lain ataupun suatu lembaga, tanpa berbau SARA sehingga tidak akan menimbulkan kekacauan dalam masyarakat.Â
Namun, bijak dalam bersosial media sangatlah diperlukan. Kita mesti berhati -- hati dalam setiap unggahan yang kita buat, baik itu berupa foto, gambar, ataupun kata-kata. Terkadang saat kita mengunggah kebahagiaan kita di social media, namun tidak semua orang akan ikut merasakan kebahagiaan tersebut.Â
Akan ada beberapa orang yang nyinyir ataupun iri dan bahkan secara terang -- terangan mengkritik apapun yang menjadi unggahan kita. Begitupun sebaliknya, saat kita mengunggah kesedihan ataupun kegalauan kita disosial media, tidak semua orang akan turut merasakan kesedihan kita.
Akan ada beberapa orang yang justru turut bahagia dengan keterpurukan kita karena mereka tidak menyukai kita karena satu dan lain hal. Bahkan terkadang akan ada banyak hujatan dan nyinyiran dalam kolom komentar postingan kita.Â
Karena hal inilah kenapa media social juga disebut sebagai dunia maya, tidak sungguh -- sungguh benar adanya alias palsu. Yang terlihat bahagia di dunia maya belum tentu bahagia di dunia nyata, begitupun sebaliknya. Media social merupakan tempat mempunyai banyak teman dan banyak musuh, semua tergantung cara kita menggunakan dan menyikapi setiap hal yang kita lihat di media social.Â
Ada baiknya jika apa yang terlihat dari luar adalah apa yang sebenarnya kita rasakan di dalam karena jujur dalam bersosial media juga diperlukan dalam kita berinteraksi di medial social.Â
Biasanya orang-orang yang berkomentar di social media kita adalah cerminan diri kita. Baik dan jujur kita maka akan lebih banyak juga orang baik dan jujur yang akan mengomentari segala unggahan kita, yang akan selalu memberikan semangat pada kita saat terpuruk sehingga tidak perlu lagi membuat postingan yang sebenarnya bertentangan dengan keadaan kita yang sebenarnya. Walaupun didunia maya namun menjadi diri sendiri maka akan menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H