Sekuat apapun idealis guru akan luluh terhadap faktor eksternal diatas.
Pembinaan karier guru sangat jarang dilakukan oleh atasan langsung apalagi guru yang tidak sehaluan dengan kepala sekolah dengan kebijakannya mengorbitkan orang-orang terdekatnya( keberhasilan pendidikan bukan oleh peran orang terdekat melainkan oleh warga sekolah) melalui guru teladan semu dengan segala aturan penuh kelicikan.
Guru teladan semu tidak punya kemampuan mendidik yang baik karena jarang masuk kelas dalam arti yang sesungguhnya secara administratif OK (guru administrasi)yang berambisi mengejar pencitraan bukan mengajar dengan hati yang ihklas, asal namanya pencitraan pribadi nomor satu.
Jabatan Politik dalam Pendidikan
Pengembangan karir guru dari tahun ketahun kreterianya tergantung penguasa yang penulis tahu sejak titerapkannya otonimi daerah. Secara politis kepentingan golongan dan hubungan kedekatan dengan kepala daerah(bupati jabatan politis) yang sarat dengan nepotisme sangat menentukan jalannya pendidikan yang tidak sesuai dengn undang undang pendidikan nasional. Pengangkatan kepala sekolah yang cenderung tidak transparan dan hanya bersifat politis adalah faktor penyumbang rendahnya mutu dan prestasi kepala sekolah terkait hubungan kedekatan terkait dengan pencitraan pendongkrak citra bupati
Masih banyak guru guru yang mendidik dengan hati ditenggelamkan oleh pejabat tingkat satuan pendidikan kabupaten dengan peran medianya yang cenderung ter-upload sisi negatifnya guru belakangan ini
Bersambung!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H