Mohon tunggu...
Putu Fahrudin
Putu Fahrudin Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar dan bekerja dalam harmoni

Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Saatnya Budaya Indonesia Mendunia

3 November 2020   17:55 Diperbarui: 3 November 2020   18:29 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via greatnesia.id

Pertanyaan itu sebenarnya dapat dijawab dengan mudah. Namun, ada beberapa poin yang harus diperhatikan, antara lain :

Pertama, dibutuhkan pemerataan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK), terutama di daerah-daerah Indonesia yang terluar dan tertinggal. Pembangunan infrastruktur TIK yang berbasis lingkungan perlu didukung guna tetap memperhatikan keberlangsungan antara budaya dan ekosistem sekitar.

Kedua, pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 175,4 juta dengan penetrasi mencapai 64 persen (tekno.kompas.com). Itu artinya, dari total 272,1 juta populasi di Indonesia, sebesar 64 persennya telah terkoneksi internet. Denga banyaknya pengguna internet, ini dapat dimanfaatkan sebagai agen "pembawa pesan budaya" Indonesia kepada masyarakat global melalui internet. Jika selama ini kita hanya terfokus pada kekaguman masyarakat terhadap budaya barat, kini saatnya untuk memperknalkan budaya Indonesia yang unik dan beragam.

Ketiga, agenda konkrit dari pemerintah sebagai penentu kebijakan untuk dapat mempertahankan budaya lokal dengan membuat grand desain yang bisa menangkal kolonialisme elektronik. 

Selain itu, membuat kebijakan yanga mampu mendorong masyarakat umum dalam memanfaatkan 175,4 juta pengguna internet untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat global tentang keberagaman dan keunikan budaya indonesia, dengan memperhatikan ECT sebagai landasan pemikirannya.

Dengan memperhatikan 3 poin tersebut, bukan tidak mungkin Indonesia akan terbebas dari kolonialisme elektronik, bahkan menjadi negara yang mampu memberikan warna kepada masyarakat global dengan berbagai keunikan budayanya. Ditambah lagi dengan perkembangan media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, dan yang terbaru Tiktok yang semakin dinamis, membuat peluang Indonesia untuk dapat mempertahankan dan memperkenalkan budaya kepada masyarakat global menjadi semakin terbuka lebar.

Jadi, jika Ibu Megawati Soekarnoputri kembali mempertanyakan sumbangsih milenial dan menantang kita di hadapan media, kita bisa dengan lantang menjawab "sebagai pahlawan yang mempertahankan budaya lokal melalui internet, Bu".

Sumber Referensi :

McPhail, Thomas L. (2014). Global Communication Theories, Stakeholders and Trends Fourth Edition. UK : John Wiley & Sons, Inc.

Oberoi, Roopinder, & Halsall, P. (2018). Revisiting Globalization : From A Borderless to A Gate Global. Switzerland: Springer International Publishing AD

Replubika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun