"Sstttt.... Jul ada di rumah. Jangan lakukan ini!" Isteri Jul meronta.
"Ah, jangan bergurau! Aku yang mengatur jadwal kerja Jul. Sudahlah, aku sudah tidak tahan, aku sangat merindukanmu." Pria di luar mendekap erat tubuh isteri Jul. Ia tampak kalap oleh birahi.
Jantung Jul terasa ingin meloncat. Ia sama sekali tidak menduga bahwa selama ini dia terbuai oleh muslihat. Kenyataan di depan matanya adalah alasan kenapa ia  diperkerjakan di malam hari. Jul kalut. Tubuhnya terserang demam seketika. Aliran darahnya seperti tersumbat tembaga. Setan-setan melolong kuat di lembah amarah. Membuat giginya gemeretak menahan darah yang berarak bak tsunami. Jul....
***
Jul tidak juga menemukan apa yang dia cari. Suara itu memang terdengar sangat nyata, tapi pemiliknya tiada juga ia temukan wujudnya. Jul kembali menggigil. Tubuhnya basah oleh keringat dan percikan darah. Matanya nanar. Hatinya menjerit-jerit kesakitan. Ia merintih ketakutan. Bayang ayahnya timbul-tenggelam di pelupuk matanya. Ia berusaha menyembunyikan pandangan, mencoba menghindari dua onggok manusia yang tergeletak bersimbah darah di depannya. Dua mayat yang sangat dia kenal, isterinya dan pria yang telah mengangkatnya sebagai anak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI