Mohon tunggu...
Putri Yulianingsih
Putri Yulianingsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan Sosiologi UNJ 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adaptasi Gaya Hidup Masyarakat di Masa Pandemi

16 Juni 2023   05:45 Diperbarui: 16 Juni 2023   05:50 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Untuk menghadapi masalah ekonomi, pemerintah dan berbagai lembaga terkait telah mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikannya, seperti stimulus ekonomi, bantuan sosial dan program stimulus ekonomi ekonomi. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat penting untuk mengatasi dampak ekonomi dari pandemi. Untuk hidup efektif di tengah pandemi, penting untuk terus meningkatkan kesadaran, edukasi, dan pemahaman masyarakat akan pentingnya beradaptasi dengan kebiasaan baru. Dengan mengikuti protokol kesehatan dan beradaptasi dengan perubahan, masyarakat dapat melindungi diri sendiri, orang lain, dan menjalankan aktivitas sehari-hari dengan aman.

Pandemi COVID-19 menjadi ujian bagi bangsa Indonesia. Namun melalui rasa kebersamaan, kekompakan dan kerjasama yang kuat diharapkan masyarakat mampu melewati masa sulit ini dengan lebih baik dan membangun masa depan yang lebih baik.

Di masa pandemi COVID-19, kebiasaan baru untuk hidup lebih sehat sangat penting untuk memutus mata rantai penularan virus. Kebiasaan ini harus diterapkan secara konsisten oleh masyarakat dan setiap individu sehingga menjadi standar sosial dan pribadi yang baru dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya disiplin atau adanya sekelompok orang yang tidak mengikuti kebiasaan baru tersebut bisa menjadi ancaman memperpanjang durasi wabah virus corona.

Kebiasaan lama yang sering dilakukan seperti bersalaman, berpelukan, berkumpul, serta kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik harus segera ditinggalkan karena dapat mendorong penularan COVID-19. Masyarakat harus mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru dalam situasi yang berbeda, baik di rumah, di kantor, di sekolah, di tempat ibadah, maupun di tempat umum seperti stasiun kereta api, pasar, dan mal.

Dalam hal ini, penting untuk secara aktif menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak fisik, sering mencuci tangan, dan menghindari kerumunan. Edukasi dan sosialisasi tentang kebiasaan baru ini juga harus terus dilakukan agar semakin banyak orang yang menyadari pentingnya menerapkannya.

Diharapkan dengan mengadopsi kebiasaan baru secara teratur dalam situasi yang berbeda, kebiasaan tersebut akan lebih mudah dan cepat menjadi norma pribadi dan sosial. Ini akan membantu melindungi diri sendiri, orang lain, dan mencegah penyebaran virus corona. Karena sifat menular dari virus ini, kesadaran dan komitmen kolektif untuk mengadopsi kebiasaan baru sangat penting dalam memerangi pandemi ini.

Masyarakat juga harus terlibat aktif dalam mendukung kebijakan pemerintah terkait adaptasi kebiasaan baru. Selain itu, dukungan pemerintah dan instansi terkait dalam menyediakan infrastruktur dan sumber daya untuk mendukung penerapan kebiasaan baru juga menjadi faktor penting dalam mendorong masyarakat untuk mengubah perilakunya.

Dengan kesadaran dan komitmen bersama, diharapkan kebiasaan baru ini dapat terus dipraktekkan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Hanya dengan begitu, upaya pemutusan rantai penularan virus dan penanggulangan pandemi COVID-19 dapat lebih efektif dan berkelanjutan. 

Dalam hal ini,  adaptasi gaya hidup masyarakat pada masa pandemi dapat dianalisis menggunakan teori adaptasi yang dikemukakan oleh Robert K. Merton, yang menyatakan bahwa perubahan perilaku masyarakat merupakan respon terhadap tekanan sosial dan situasional situasi baru yang mereka hadapi. Teori adaptasi Merton menjelaskan bagaimana individu dan masyarakat berinteraksi dengan lingkungannya dan beradaptasi dengan perubahan kondisi.

Dalam konteks pandemi COVID-19, masyarakat menghadapi tekanan sosial untuk mengubah kebiasaan dan perilaku sehari-hari. Misalnya, penggunaan masker, menjaga jarak fisik, dan sering mencuci tangan adalah standar baru yang diadaptasi oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan konsep "konformitas" dalam teori Merton, dimana individu mengikuti aturan dan norma yang diterapkan untuk mencapai keseimbangan sosial.

Namun, teori adaptasi Merton juga menyoroti ketegangan antara ekspektasi masyarakat dan kemampuan individu atau kelompok untuk beradaptasi. Tantangan yang dihadapi masyarakat dalam menerapkan kebiasaan baru tersebut, seperti perubahan kebiasaan, dampak ekonomi, dan ketidakpastian, dapat menyebabkan konflik adaptasi. Beberapa individu atau kelompok akan merasa sulit untuk mengubah kebiasaan lama atau sepenuhnya menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru bila diperlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun