Udang merupakan salah satu komoditas sektor perikanan Indonesia yang unggul dan bernilai ekonomi tinggi. Pemasaran udang Indonesia meluas hingga mencakup beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, dan beberapa negara lainnya. Pada tahun 1980-an, udang menjadi pemasok devisa negara keempat dari sektor nonmigas setelah kayu, tekstil dan karet. Komoditas udang yang biasa dipasarkan di pasar internasional berupa udang segar diawetkan, beku, dan dalam bentuk olahan.
Sistem Budidaya Udang
Penerapan sistem budidaya udang di tambak dapat dilakukan dengan tiga jenis berdasarkan padat penebaran dan pemberian pelet, yaitu budidaya konvensional, semi intensif, dan intensif. Dalam rangka meningkatkan produktivitas udang vaname, saat ini sistem intensif banyak diterapkan di tambak Indonesia. Sistem intensif menggunakan pakan tambahan dalam dosis yang tinggi. Namun, keterbatasan udang dalam mengkonsummi pakan tersebut memunculkan limbah baru. Pakan yang tidak dimakan oleh udang akan mengendap di dasar kolam.
Air Limbah Budidaya Udang dan Bahayanya
Air limbah dari kegiatan budidaya udang mengandung amonia tinggi yang berasal dari sisa pakan, kotoran udang, dan proses metabolisme dalam tambak. Konsentrasi amonia yang berlebihan dalam air limbah akan berdampak buruk terhadap organisme air, manusia, dan lingkungan sekitar. Bahaya amonia pada udang dapat menghambat pertumbuhan, metamorfosis, proses osmotik, menurunnya imunitas, reproduksi, metabolisme, kelangsungan hidup, ekskresi, stres, nafsu makan berkurang, hingga kematian. Amonia menimbulkan bau tidak sedap dan menyengat, jika terhirup dalam konsentrasi tinggi akan meracuni manusia. Amonia juga dapat mengakibatkan eutrofikasi pada lingkungan, yakni sumber nutrien bagi pertumbuhan alga. Apabila alga yang berada di perairan tumbuh dalam jumlah berlebihan akan mengurangi kadar oksigen terlarut dalam air sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem dan mengakibatkan kematian organisme air lainnya.
Pengolahan Air Limbah Budidaya Udang
Beberapa cara untuk melakukan pengolahan air limbah budidaya adalah sebagai berikut.
1. Kolam sedimentasi
Mengurangi beban organik dengan memanfaatkan prinsip gravitasi. Partikel padat yang lebih berat akan mengendap di dasar kolam, kemudian air yang telah melewati proses pengendapan akan mengalir keluar dari bagian atas. Perlu pengolahan air tersebut lebih lanjut sebelum dibuang ke lingkungan.
2. Aerasi
Penggunaan aerator dapat membantu untuk meningkatkan oksigen terlarut pada air tambak sehingga bakteri aerobik dapat secara optimal menguraikan bahan organik.
3. Biofilter
Sistem biofilter memanfaatkan mikroorganisme untuk menguraikan amonia yang mengandung bahan organik. Air limbah yang telah mengalami sedimentasi akan diuraikan oleh mikroorganisme melalui proses nitrifikasi yang terdiri dari oksidasi amonia (mengubah amonia menjadi nitrit) menggunakan bakteri nitrifikasi dan oksidasi nitrit (mengubah nitrit menjadi nitrat) menggunakan bakteri Nitrobacter. Kemudian, dekomposisi bahan organik kompleks menjadi senyawa sederhana. Air bersih yang keluar dari biofilter mengandung amonia yang lebih rendah dan aman untuk dibuang ke lingkungan atau digunakan kembali dalam tambak.
4.Koagulasi flokulasi
Penambahan koagulan untuk mengikat partikel tersuspensi agar mudah diendapkan, dilanjutkan dengan pembentukan flok (gumpalan partikel) yang mudah dipisahkan dari air.
5. Adsorpsi
Adsorben merupakan bahan yang dapat menyerap zat tertentu dari larutan melalui proses adsorpsi. Beberapa adsorben yang dapat digunakan untuk pengolahan air limbah yaitu biochar, arang aktif, zeolit, silika, nanokomposit, dan lain-lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H