Keterkaitan Modul 3.1 dengan modul 3.3
Salah satu tugas guru sebagai pemimpin pembelajaran adalah bagaimana menciptakan murid yang mampu menjadi pemimpin pembelajaran. Murid yang mampu menyuarakan kepentingannya secara baik dan bertanggung jawab. Keputusan-keputusan yang diambil akan oleh berdampak positif bagi dirinya, teman-teman, dan lingkungan sekitar.
Keterkaitan Modul 3.2 dengan modul 3.3
Murid adalah salah satu aset yang dimiliki oleh sekolah. Salah satu tujuan pendidikan adalah menciptakan  murid yang memiliki karakter baik dan mampu berpikir kritis. Sekolah harus mampu memetakan aset apa saja yang dikuasai oleh masing-masing murid. Sekolah harus melangkah berbasis kekuatan aset yang dimilikinya. Dengan demikian, program-program yang bersifat positif akan mampu dikembangkan secara optimal di sekolah.
Setelah melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya jelaskanlah perspektif Anda tentang program yang berdampak positif pada murid. Bagaimana seharusnya program-program atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar program-program tersebut dapat berdampak positif pada murid?
Setelah mempelajari modul ini, saya melihat bahwa saat membuat program yang berdampak pada murid harus memperhatikan beberapa hal yaitu kebutuhan murid, karakter, bakat, serta minta. Pertama, guru dapat memetakan aset yang dimiliki oleh masing-masing murid yang diajarnya. Berpijak dari hal terbut, guru dapat meminta murid menjadi pemimpin pembelajaran di dalam kelas. Menggunakan pendekatan berbasis aset, guru harus mampu untuk mengembangkan beragam kegiatan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, yang sekiranya akan melibatkan seluruh warga sekolah dan berdampak positif.
Kedua, guru dapat mengembangkan kemampuan murid melalui pembelajaran berdiferensiasi dengan KSE. Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan murid akan berbicara sesuai dengan minat dan profil belajar yang dimilikinya. Dengan demikian, murid akan merasa dihargai suaranya.
Mampu bekerja sama dengan berbagai pihak demi kemajuan pihak sekolah. Dengan demikian, program yang dihasilkan menjadi lebih bermakna dan bermanfaat secara positif untuk siswa. Dalam penyusunan program sekolah yang berdampak positif pada murid, guru dapat menggunakan paradigma inkuiri apresiasi tahapan BAGJA. Guru dapat melakukan pemetaan dengan beragam aset yang dimilikinya.
Secara berkala, guru dapat melakukan evaluasi keberhasilan program yang dijalankan. Hal ini untuk mengukur apakah program sekolah tersebut dapat memberikan dampak positif secara berkelanjutan atau hanya sementara waktu. Hasil evaluasi ini diharapkan menjadi dasar pengembangan rencana selanjutnya di masa yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H