Sendy Saga
Kemudian beliau mengirimi saya link berisi penjelasan mengenai masalah saya, kira-kira kesimpulannya seperti ini :
"Otak para introvert memandang wajah manusia seolah tidak ada artinya. Mereka nampaknya tidak bisa membedakan wajah manusia dari benda mati. Ini membuktikan respon otak introvert yang relatif datar dan secara penilaian seimbang ketika disajikan sejumlah gambar yang berbeda.
"Otak para pemilik kepribadian introvert cenderung acuh tak acuh terhadap sekelilingnya. Otak introvert juga berpotensi memperlakukan atau menanggapi mahluk hidup dan benda mati dengan cara yang sama. Untuknya makna manusia seimbang dengan benda mati," ungkap Inna Fishman, salah seorang peneliti asal Salk Institute for Biological Science di La Jolla, California, kepada Live Science, mengutip Selasa (30/8/2016).Ini menjelaskan alasan kenapa banyak dari mereka memilih baca buku menyendiri dibandingkan terlibat dalam sebuah interaksi. Menurut mereka, benda mati berisikan informasi seperti buku contohnya sudah cukup untuk dijadikan sumber ilmu.
Ketika dirinya mengandalkan cara merespon yang sama terhadap manusia dan benda mati, secara tidak langsung ia telah membangun karakter yang tertutup dan tidak terbiasa dengan masukan orang lain. Benda mati tentunya tidak pernah menentangnya, dan membiasakan diri seperti itu berarti ia juga berharap yang sama soal respon manusia lain padanyaÂ
Artikel tersebut menjelaskan mengenai penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari Salk Institute for Biological Science di La Jolla, California, AS mengenai respon gambar terhadap ekspresi seorang introvert dan ekstrovert. Jadi? Alhamdulillah saya masih normal, karena bukan saya sendiri yang mengalaminya, hehehe.Â
Oleh karena itu, jika pembaca sekalian punya pengalaman hidup seperti saya, tak perlu khawatir, bukannya kita tidak normal atau tak suka dengan anak-anak, hanya saja kita tak pandai mengekspresikannya karena tahu sendirilah, berhadapan dengan manusia itu sangat kompleks, banyak kekhawatiran dan resiko yang terjadi. Hehehe. Kita masih punya empati dengan anak-anak kok, bahkan mungkin lebih dalam dari mereka yang senang berinteraksi dengan anak-anak.Â
Baiklah, sekian pembahasan sederhana dari saya. Semoga Bermanfaat! Jauhi cemas berlebihan
*Umamehikari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H