Mohon tunggu...
Putri Umami Siagian
Putri Umami Siagian Mohon Tunggu... Administrasi - Alumni Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan, Domisili Medan

Alumni Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan, peminat sejarah sastra dan perkebunan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menafsir Kecemasan Introvert

23 Agustus 2019   12:38 Diperbarui: 23 Agustus 2019   12:41 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

42988306-1858138994285385-8306788085665963506-n-5d5f77430d8230165d6a3042.jpg
42988306-1858138994285385-8306788085665963506-n-5d5f77430d8230165d6a3042.jpg

Sendy Saga


Kemudian beliau mengirimi saya link berisi penjelasan mengenai masalah saya, kira-kira kesimpulannya seperti ini :


"Otak para introvert memandang wajah manusia seolah tidak ada artinya. Mereka nampaknya tidak bisa membedakan wajah manusia dari benda mati. Ini membuktikan respon otak introvert yang relatif datar dan secara penilaian seimbang ketika disajikan sejumlah gambar yang berbeda.
"Otak para pemilik kepribadian introvert cenderung acuh tak acuh terhadap sekelilingnya. Otak introvert juga berpotensi memperlakukan atau menanggapi mahluk hidup dan benda mati dengan cara yang sama. Untuknya makna manusia seimbang dengan benda mati," ungkap Inna Fishman, salah seorang peneliti asal Salk Institute for Biological Science di La Jolla, California, kepada Live Science, mengutip Selasa (30/8/2016).

Ini menjelaskan alasan kenapa banyak dari mereka memilih baca buku menyendiri dibandingkan terlibat dalam sebuah interaksi. Menurut mereka, benda mati berisikan informasi seperti buku contohnya sudah cukup untuk dijadikan sumber ilmu.

Ketika dirinya mengandalkan cara merespon yang sama terhadap manusia dan benda mati, secara tidak langsung ia telah membangun karakter yang tertutup dan tidak terbiasa dengan masukan orang lain. Benda mati tentunya tidak pernah menentangnya, dan membiasakan diri seperti itu berarti ia juga berharap yang sama soal respon manusia lain padanya 

(Dikutip dari
https://today.line.me/id/article/Ini+Alasan+Si+Introvert+Suka+Menyendiri-ade2171decdd30c15024e104da0d57609f9ecff09c0816f7a4e64e29cf244959)

Artikel tersebut menjelaskan mengenai penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari Salk Institute for Biological Science di La Jolla, California, AS mengenai respon gambar terhadap ekspresi seorang introvert dan ekstrovert. Jadi? Alhamdulillah saya masih normal, karena bukan saya sendiri yang mengalaminya, hehehe. 

Oleh karena itu, jika pembaca sekalian punya pengalaman hidup seperti saya, tak perlu khawatir, bukannya kita tidak normal atau tak suka dengan anak-anak, hanya saja kita tak pandai mengekspresikannya karena tahu sendirilah, berhadapan dengan manusia itu sangat kompleks, banyak kekhawatiran dan resiko yang terjadi. Hehehe. Kita masih punya empati dengan anak-anak kok, bahkan mungkin lebih dalam dari mereka yang senang berinteraksi dengan anak-anak. 


Baiklah, sekian pembahasan sederhana dari saya. Semoga Bermanfaat! Jauhi cemas berlebihan

*Umamehikari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun