Mohon tunggu...
Putri Suciyati
Putri Suciyati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Program Studi S1 Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peningkatan Literasi dan Minat Baca Anak-Anak Melalui Sosialisasi di Kampung Pancoran Buntu 2

4 Juni 2024   08:47 Diperbarui: 4 Juni 2024   09:18 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Literasi adalah kemampuan dalam membaca, menulis, menyimak, dan berbicara untuk  mengetahui  pengetahuan  seseorang  baik  dalam  lisan  dan  tulisan (Puspasari & Dafit, 2021).  Kegiatan literasi kepada anak-anak perlu dikenalkan secara efektif dan menyenangkan sehingga dalam diri anak-anak dapat tumbuh kesadaran untuk membaca atau memiliki minat baca. Minat baca merupakan suatu keharusan yang ditanamkan kepada para generasi bangsa sejak dini. Pentingnya membiasakan diri dengan membaca harus diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini. Membaca dengan sukarela itu berbeda dengan hanya membaca karena kebiasaan. Intinya, minat baca adalah kemauan sendiri untuk membaca (Anugrah et al., 2022). Oleh karena itu, penting untuk mengadakan sebuah kegiatan yang menyenangkan, seperti sosialisasi untuk membantu meningkatkan minat membaca bagi anak-anak.

Salah satu strategi untuk meningkatkan literasi dan minat baca pada anak-anak adalah dengan mengadopsi pendekatan sosialisasi di lingkungan sekitar, seperti implementasi program "Pojok Baca" yang diinisiasi oleh Mahasiswa KKN UINSU 108 di Desa Tiga Panah, kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Program ini bertujuan untuk menciptakan atmosfer yang merangsang minat baca dengan menyediakan akses kepada buku-buku berkualitas serta suasana yang nyaman bagi anak-anak (Manurung et al., 2023). Selanjutnya, terdapat juga penelitian yang menunjukkan bahwa penerapan program calistung memiliki potensi untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi pada siswa kelas rendah, yaitu dengan adanya jam tambahan yang diberikan oleh guru setelah jam pelajaran untuk melaksanakan program calistung dengan metode pembelajaran yang kontekstual dan nyata, kemudian siswa akan dibimbing dengan berbagai bahan belajar seperti buku, kartu huruf, dan kartu angka (Latifah & Rahmawati, 2022).

Metode

Kegiatan PJBL ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang peningkatan literasi dan minat baca anak-anak di Kampung Pancoran Buntu 2 melalui kegiatan sosialisasi. Tahapan metode yang kami lakukan yaitu:

  1. Melakukan koordinasi dengan pihak Kampung Pancoran Buntu 2 untuk mendapatkan izin dan dukungan bagi pelaksanaan sosialisasi.

  2. Melaksanakan kegiatan sosialisasi literasi di Kampung Pancoran Buntu 2 yang dihadiri oleh 39 anak-anak selama 1 setengah jam. Kegiatan ini meliputi doa dan pengenalan anggota, sesi membaca, ice breaking, sesi menulis, wawancara dengan koordinator kampung pancoran buntu 2 dan penutupan.

Hasil Kegiatan dan Pembahasan 

Sehubungan dengan adanya isu tersebut, kami memutuskan untuk mengambil peran aktif dengan melakukan sosialisasi membaca dan menulis. Tujuan utama dari sosialisasi yang kami lakukan adalah untuk meningkatkan minat baca dan literasi anak-anak di Indonesia, dalam hal ini, lebih spesifik anak-anak di Kampung Pancoran Buntu 2 yang sebagian dari mereka bahkan belum bersekolah dan belum mampu untuk mengakses serta mengenyam pendidikan formal. 

Sebelum melakukan sosialisasi, kami terlebih dahulu telah berkoordinasi dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada Pak Andre, yang merupakan salah satu warga di Kampung Pancoran Buntu 2 sekaligus koordinator yang membantu kami dalam mengumpulkan anak-anak sebagai target audience utama kami dalam melakukan sosialisasi.

Dari pertanyaan yang sudah kami ajukan, kami dapat menarik kesimpulan bahwa kurang lebih sebanyak 30% anak anak di Kampung Pancoran Buntu 2 belum bisa menulis dan membaca karena keadaan ekonomi yang sulit yang menyebabkan mereka terpaksa putus sekolah. Bahkan, Pak Andre juga sempat mengatakan bahwa sebagian dari mereka yang tidak bersekolah, belajar dengan hanya mengandalkan mahasiswa-mahasiswi yang datang untuk melakukan sosialisasi pendidikan saja.

Hal ini sejalan dengan fakta yang kami temukan di lapangan saat melakukan sesi belajar, yakni banyak sekali anak-anak di Kampung Pancoran Buntu 2 yang belum bisa menulis dan membaca di usia mereka yang rata-rata sudah seharusnya berada di bangku Sekolah Dasar dan mendapatkan pembelajaran formal dari institusi-institusi pendidikan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun