Mohon tunggu...
Inovasi

Persahabatan Kura-kura dalam Novel "Perahu Kertas" oleh Dee Lestari

21 Februari 2018   09:35 Diperbarui: 21 Februari 2018   09:43 1995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tema cerita yang diangkat dalam novel Perahu Kertas karya Dee Lestari yang sangat mendominasi adalah persahabatan. Selain tema persahabatan terdapat juga kisah percintaan yang terjadi anta Keenan dan Kugy yang terlihat berat, penuh rintangan, dan juga percobaan yang membubuhi kisah persahabatan antara keempat sahabat karib Keenan, Eko, Kugy,dan Noni yang dikemas menjadi satu kisah yang sangat menarik. Persahabatan menjadi tema yang mendominasi novel Perahu Kertas dapat dibuktikan dalam cuplikan novel di bawah ini.

Fiat kuning itu berdesakan dengan mobil-mobil lain yang menyusuri Jalan Dago paa malam Minggu. Kugy dan Keenan di bangku belakang. Eko mengemudi, di sampingnya ada Noni yang tengah bertelepon dengan seseorang.

Noni mematikan ponselnya dengan lega. "Guys, Mas Itok berhasil dapat empat tiket, barian agak depan, sih. Tapi lumayan daripada lu manyun."

Sebagai geng midnight yang professional, kita memang harus punya koneksi kayak Mas Itok. Hidup Mas Itok!" seru Eko.(Halaman 49 baris ke-1)

Dari cuplikan novel di atas dapat dijumpai kata 'geng' yang merupakan kata yang sering digunakan para remaja untuk menyebut persahabatan. Kata tersebut menunjukkan bahwa Keenan, Kugy, Eko dan Noni adalah teman baik yang selalu bersama-sama menikmati malam Minggu. Geng midnight adalah sebutan dari persahabatan mereka. 

Setiap kali malam Minggu mereka memiliki acara menonton di bioskop sampai larut malam bersama-sama. Seorang teman baik akan selalu membantu temannya yang kesusahan.Selain itu, novel Perahu Kertas juga menceritakan kehidupan remaja di bangku perkuliahan yang khas dengan kehidupan kost. Pertemuan Keenan dan Kugy yang pada akhirnya berujung pada saling jatuh cinta, tetapi diantara keduanya tidak saling mengungkapkan satu sama lain dan hanya memendamnya.

Di bawah ini merupakan kutipan dialog antara Keenan dan Kugy yang menunjukkan bahwa mereka adalah seorang mahasiswa.

"Kalau makan siang di kampus-masih berminat?" tanya Kugy.

"Tergantung siapa yang nagjak."

Kugi menggelengkan kepala, "Jawaban yang salah.Harusnya: tergantung siapa yang bayar."

"Jadi, saya bakal ditraktir, nih?"

"Ada satu tempat makan yang wajib dijajal. Jangan ngaku anak kampus deh kalau belum pernah ke sana..."

"Enak banget, ya?"

"Bukan. Murah banget."

"Oh. Pantesan nraktir...," gumam Keenan sambil mengekeh pelan.(halaman 49)

Tokoh pada novel Perahu Kertas adalah Keenan, Kugy, Eko, dan Noni. Mereka berempat menjalin persahabatan bersama-sama. Tokoh yang lain antara lain Ibu Lena, Pak Adri, Jeroen, Joshua yang lebih kerap dip Ojos dalam novel, Poyan, Luhde, dan Wanda serta beberapa tokoh lainnya seperti karyawan kantor.

Tokoh yang pertama adalah Keenan yang mempunyai watak introver, halus, tidak menyukai keramaian, dan berbakat dalam melukis, yang juga diungkapkan oleh tokoh lain di dalam novel ini walaupun bukan dalam bentuk dialog. Bukti dalam kutipan novel di bawah ini.

Diam-diam ia mengamati kedua anak laki-lakinya yang terpaut jarak umur enam tahun, dan menyadari berbeda keduanya. Jeroen yang ekstrover, atletis, diplomatis, senang bergaul dan berorganisasi, adalah cetaka biru ayahnya. Sementara Keenan yang introver, halus, tidak menyukai keramaian, dan lebih senang menyendiri untuk melukis, adalah cetakan biru dirinya.(halaman 15 baris)

Kata 'dirinya' pada kata terakhir di baris kalimat terakhir menunjukkan tokoh lain, yaitu Ibu Leena yang merupakan ibu Keenan yang sedang berkutat dengan pikirannya mengenai tokoh Keenan, anaknya.

Tokoh selanjutnya dalam novel ini adalah Kugy digambarkan sebagai seorang gadis remaja dengan tubuh kecil yang percaya diri, periang, mudah bergaul dan energik dengan penampilannya yang awut-awutan dan terlihat sangat aneh, bahkan ia dijuluki sebagai alien oleh temannya karena 'keanehannya' itu. 

Kugy sangat gemar sekali menulis, entah itu cerpen ataupun dongeng, Ia sangat senang sekali berkhayal dan berimajinasi. Hal ini lalu ia tuangkan dalam dongeng-dongengnya yang membuat Keenan terpesona kepadanya. Cuplikan tokoh Kugy

Noni memandang temannya dengan khawatir. Rambut sebahu Kugy sebagaian naik ke atas seperti disasak setengah jadi. Bajunya mendekati compang-camping, Jaket jins kegombrongan milik Karel yang digondol Kugy detik-detik terakhir sebelum ia berangkat ke Bandung itu pun tentu tidak membantu. Belum lagi jam tangan plastik Kura-kura Ninja yang nyaris tak pernah lepas dari pergelangan tangannya. Lalu sandal khusus kamar mandi dari bahan plastic berwarna pink elektrik seolah menyempurnakan "keajaiban" penampilan Kugy sore itu.

Namun, Kugy berjalan mantap keluar menantang dunia, disambut Eko yang kontan meringkuk-ringkuk tertawa melihat pemandangan nyentrik itu. (halaman 18 baris)

Noni adalah kekasih Eko, dikarakterkan sebagai tokoh penyayang, perhatian dan juga pencemburu. Noni adalah seorang penyayang selalu mengerti tentang sahabatnya. Selalu mengerti dan menerima kekasihnya apa adanya. 

Ia selalu bersikap penuh pengertian ketika Fuad, mobil Eko yang telah sering mogok berbuat ulah. Noni dan Kugy telah bersahabat sejak kecil. Noni serba tahu mengenai sahabatnya, dapat dibuktikan melalui cuplikan novel di bawah ini.

"Kapan mulai beres-beres, Gy? Buku-buku lu yang banyak banget itu dipaket aja ke Bandung, nggak usah bawa sendiri. Bagasi mobilnya Eko kan kecil, nanti ngak bakal muat. Lu bawa baju-baju aja, ya? Tiket kereta api udah pesan, belum? Lagi penuh lho. Ntar terpaksa beli di calo. Sayang duit."

"Non, lu tuh lebih cerewet dari tiga nyokap gue dijadiin satu. Serius."

"Minggu depan, pokonya nggak mau tahu, lu harus udah sampai di Bandung. Mobil Eko udah gua suruh masuk bengkel dulu biar nggak mogok pas ngejemput lu ke stasiun. Habis itu kita langsung keliling buat belanja kebutuhan lu. Kamar lu udah gue sapu-sapu dari kemarin. Pokoknya tahu beres, deh."

"Tapi lu juga lebih rajin dari tiga pembantu gua dijadiin satu."(halaman 6 baris)

Di dalam novel Perahu Kertas Eko adalah kekasih Noni. Sikapnya yang lucu, penyayang, dan periang. Ia suka sekali menjahili Kugy.

Banyak sekali latar tempat di dalam novel Perahu Kertas. Salah satunya adalah Warteg Pemadam Kelaparan. Warung ini adalah warung nasi yang dindingnya terbuat dari bambu. Terdapat pisang susu yang digantung. Warung ini terletak di dekat kampus, Kugy dan Keenan gemar makan di sini karena makanannya murah.

Selain warteg, terdapan banyak latar tempat yang lain yaitu rumah Pak Wayan, Galeri Waskita,

Amsterdam juga menjadi latar tempat dalam novel itu walaupun hanya sekali. Pada bagian permulaan novel, cerita Perahu Kertas dimulai dengan Keenan yang akan pulang ke Indonesia. Ia telah 6 tahun tinggal di Amsterdam. Cuplikan di bawah ini merupakan bukti dari Amsterdam sebagai latar tempat.

Tidaka ada alasan untuk meninggalkan Amsterdam pada musim panas.(halaman 1)

Sebuah kali di dekat rumah Kugy terdapat pada cuplikan novel di bawah ini.

Dua belokan dari rumah Kugy, ada sebuah kali. Meski berair cokelat, arus kali itu mengalir lancar dan tidak mampat seperti kebanyakan kali di Kota Jakarta.(halaman 12)

Kamar kost Kugy. Bukti terdapat dalam cuplikan novel dibawah ini. Di dalamnya terdapat frasa 'meringkuk di kasur sepanjang sore' yang menunjukkan bahwa Kugy sedang berada di kamar dan ia tidur. Karena ia adalah seorang mahasiswa dan kuliah jauh dari rumahnya, maka kamar yang ia tempati untuk tidur itu adalah kamar kostnya.

Tidak ad yang lebih dahsyat faripada gabungan gerimis hujan di luar dan selimut hangat di dalam kamar. Demikian prinsip Kugy. Meringkuk di tempat tidur sepanjang sore sambil bermimpi indah adalah misinya sore itu.(halaman 17 baris ke-9)

Latar tempat stasiun di Bandung. Dibuktikan dalam novel melalui diskripsi oleh penulis yang menggambarkan sebuah stasiun dengan penuh sesak penumpang seperti pada cuplikan novel di bawah ini.

Lautan penumpang kereta api telah melewati tiga sekawan itu sejak sepuluh menit yang lalu, tapi mereka juga belum juga menemukan objek jemputannya. Noni dan Kugy sudah mulai resah.(halaman 20 baris ke-4)

Alur yang digunakan dalam novel Perahu Kertas adalah alur maju mundur. Dari awal penulis menceritakan mulai dari pengenalan para tokoh dan latar belakang tokoh kemudian dilanjutkan dengan pemunculan konflik-konflik seperti Keenan dan juga Kugy yang mulai merasa ada sesuatu yang berbeda pada masing-masing perasaanya dan ketika Keenan tahu bahwa Kugy telah memiliki kekasih, Keenan berusaha menghindar dari Kugy pada waktu itu. 

Kedatangan Wanda yang begitu mencintai Keenan sampai-sampai ia membeli empat lukisan Keenan dan mengatasnamakan temannya sebagai pembeli demi membuat Keenan bahagia tetapi sayangnya Keenan tidak membalas dan betapa hancur perasaan Keenan ketika ia mengetahui kebohongan yang dibuat Wanda. Selain itu, diikuti pula konflik-konflik lain seperti Kugy yang memutuskan hubungannya dengan Joshua, konflik batin Keenan yang ingin memulai lembaran baru di rumah Pak Wayan. 

Kedatangan Luhde, keponakan Pak Wayan yang menghibur kesedihan Keenan karena ayahnya yang tidak mendukungnya serta Wanda yang membohonginya. Pada puncaknya terdapat klimaks yaitu ketika Keenan memutuskan untuk memilih Luhde dan tinggal di Ubud. Sementara itu Rumi juga melamar Kugy ketika mereka liburan di Bali yang membuat Kugy menjadi bingunng, gundah, gelisah dan galau antara iya atau tidak. Bingung memilih Keenan atau Rumi. 

Kugy menerima Rumi sementara hatinya tidak bisa melepaskan Keenan. Sementara Rumi sangat bahagia karena kugy telah menerimanya. Tetapi kebahagiaan Rumi pun terusik ketika ia menemukan surat Kugy untuk Keenan yang terjatuh dari selipan buku istimewa yang diberikan Kugy kepadanya. Rumi pun menyadari bahwa sejak dulu Kugy telah jatuh hati pada Keenan. 

Dengan kecewa dan berat hati ia pun mencoba untuk menerima kenyataannya bahwa hati Kugy bukannlah untuk dia yang sesungguhnya walaupun Kugy menerima cincin pemberiannya. Lalu ia pun meminta penjelasan dari Kugy dan memilih untuk mengakhiri hubungan mereka. Dengan berat hati pula dan dengan perasaan bersalah, Kugy pun rela melepas Rumi. 

Setelah klimaks, muncullah Karel, kakak tertua Kugy yang menasihatinya. Selama du Ubud, Luhde pun merasakan hal yang sama dengan Rumi. Luhde pun meraskan adanya kejanggalan di dalam perasaannya. Ia merasakan bahwa cinta Keenan itu bukan untuk dirinya sehingga ia pun berniat menyudahi hubungannya dengan Keenan.

Pada bagian akhir, diceritakan bahwa Keenan telah menikan dengan Kugy. Tanpa ada perpanjangan cerita bagaimana mereka bisa bertemu kembali setelah masing-masing dari mereka memutuskan untuk berpisah dengan kekasih mereka. 

Hal itu menyebabkan cerita-cerita sebelumnya terkesan diceritakan pada 'hari ini'. Seperti sebuah diari yang menceritakan kembali kisah-kisah di masa lalu dari awal sampai akhir secara runtut. Oleh sebab itu, novel Perahu Kertas menggunakan alur maju mundur.

Dalam novel Perahu Kertas menggunakan gaya bahasa yang ringan, khas gaya bahasa para remaja. Seperti penggunaan kata 'gua' dan 'lu' antar tokohnya walaupun sebagian percakapan tetap menambahkan bahasa-bahasa asing. 

Penulis selalu menyesuaikan gaya bahasa dengan latar tempat dimana tokoh berada dan berasal seperti bahasa Belanda, bahsa Bali, serta bahasa Sunda. Hal itu disesuaikan dengan latar belakang tokoh, Ibu Lena memang seorang bule dari Belanda sehingga tentu saja dalam percakapannya masih menggunakan istilah-istilah Belanda. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan penggalan dialog di bawah ini.

"Keenan! Let op je woorden!" Lena menyambar seketika, "ga niet al te ver." Jangan asal ngomong kamu..."

Sudut pandang dalam novelpenulis memposisikan dirinya sebagi orang ketiga serba tahu. Penulis menceritakan semua kejadian dengan keserbatahuannya mengenai tokoh-tokoh dalam novel Perahu Kertas. 

Penulis tahu persis semua karakter tokoh dan juga apa yang sedang dipikirkan tokoh. Penulis sebagai orang ke tiga karena penulis tidak menyebut 'aku' sebagai tokoh, melainkan menyebut nama masing-masing tokoh dalam novel Perahu Kertas ini.

Untuk kesekian kalinya, Keenan membolak-balik buku tulis itu dengan resah. Semua halaman sudah habis ia baca, bahkan berkali-kali dan tak terhitung lagi.(halaman 278 baris ke-4)

Penulis mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh tokoh. Dalam penggalan paragraf si atas, Keenan tidak mengatakan keresahannya dalam dialognya seperti ini "Aku resah dan gundah," tetapi penulis langsung menceritakan dalam paragraf yang menyatakan bahwa Keenan sedang resah dengan membolak-balikkan halaman sebuah buku tulis.

Unsur Ekstrinsik Novel Perahu Kertas

Dewi Lestari, yang bernama pena Dee, lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Novel Perahu Kertas ini sudah lebih dulu dilansir dalam versi digital (WAP) pada April 2008, dan kini diterbitkan atas kerjasama antara Truedee Books dan Bentang Pustaka. Kehidupannya di Bandung memengaruhi cara Dee menceritakan kisah-kisah Perahu Kertas dengan gaya bahasa layaknya remaja Bandung sebagai kota yang cukup besar dengan menggunakan 'lu' dan 'gua' sehingga lebih dimengerti oleh pembaca.

Naskah yang awalnya ditulis pada 1996 dan sempat "mati suri" selama 11 tahun ini akhirnya ditulis ulang oleh Dee pada akhir 2007, menjadikan Perahu Kertas sebagai novel pertamanya yang bergenre populer. Kecintaan Dee pada format cerbung dan komik drama serial telah menginspirasinya untuk menuliskan cerita memikat ini. Nilai sosial terkandung di dalamnya yaitu kehidupan mahasiswa yang lebih sering memilih makanan yang murah daripada yang mahal.

#love #thegreatest love

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun