Mohon tunggu...
Putri Reni
Putri Reni Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa

berpikir kritis untuk kehidupan Oposisi dan non-diskriminasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Pengagum Bulan, Hanya Sinar Pagi yang Hangat

4 November 2024   20:21 Diperbarui: 4 November 2024   21:59 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan tak lagi  dilihat? Padahal aku tak mau dilupakan, matahari begitu luarbiasa sampai terus pamcarkan sinar nya. hangat nya meneduhkan hati sang petani diladang, sorak surai bersama burung yang dianggab hama, sama saling canda bersama burung sejenisnya. Kira-kira panen nya bakal seberapa banyak ya, kok panas terik seolah kabarkan gembira, namun masi ada malam yang entah kabarkan gulita atau sorak gembira anak-anak pulang solat mahgrib.

Jalan malam selalu dianggab mengerikan, tak terlihat, suram, bahkan sangat menantang jiwa sang preman untuk membegal atau solat taubat dua rekaat?  Azan setiap waktu solat tunaikan solat atau main diwarnet?  Mungkin solat lalu main ke togkronngan lebih keren.

Masih tentang gelap malam, malam ini tenang disertai mimpi yang indah, indah... aku tak solat subuh! Sangking indah mimpinya. Yakin, kuyakin kan diriku agar besok bisa bangun subuh, tapi solat subuh bagaikan mengejar ayam sulit perlu strategi. 

Malam pagitu singkat saat ku menyukai tenang nya malam, ide muncul, mimpi yang biasanya ada di dalam mimpi seolah hadir dimata terbuka, namun kesingkatan malam dipatahkan oleh kata Nabi “nabi tidak suka begadang”.  Alamak saya bukan nabi tapi, begadang benar membuat ku sangat tak hidup sehat, sangat tidak efisien waktu, pagi habis untuk mimpi yang tak tergapai.

Ngomong-ngomong soal waktu, ada waktu senja yang dimana matahari yang begitu panas dikalahkan oleh waktu yang seolah katakan “kamu hebat, namun ini waktunya kamu redub”. Sang matahari yang terus adil, bahkan kata redub tak membuat nya jadi tak bersinar lagi. Warna yang tercipta seolah buktikan rasa keadilan sang pencipta, begitu indah warna yang tak banyak bisa dinikmati oleh para pengejar kertas yang seolah semakin dipuja.

Hidup untuk uang, atau uang untuk hidup. Dua kata. Yang mungkin banyak yang menentang, banyak yang katakan tak sebenrnnya, banyak katakan kebenaran dibalut kebohonngan, hanya demi uang dan rasa hormat. Diatas begitu dingin, perlu uang uantuk membeli banyak hal agar pantas.

Apaitu sabar! Hah? Sudah lelah aku sabar, lelah! Emang sabar nggak cocok diaku!, putus cinta diumur yang benar dewasa sangat memuakan! Akhhh.... aku benar tertipu kata “aku takpernah jatuh cinta!”, bulsyittt, cowo dasarnya emang pembohong! Tolong lah, siapa gitu ngajak sparing. Yang lain emang bisa sabar, gw emang cinta damai tapi gw lebih cinta elu, gmn?; nggak boleh aku harus stabil, ini beneran dah habis sholat tobat diuji kayak gini amat dah! Berat amat yaallah.

Kata cinta yang benar perlu bukti, hanya niat bulsyit, atau benar mau menunggu. Terkesima dengan keyakinanya, bahkan aku sudah mulai yakin ini cinta, dengan yakin ia mempost cewe. It’s okay, kata temen, gw cantik jadi aneh aja kalok aku jatuh cinta oleh nya... tapi bener coy ,ini gw bener putus cinta?

 

Oh ini, putus cinta. Tak lagi kata bulan apalagi matahari, untuk gambarkan luka; langsung lu, gw, sakitnya dan obat nya, apa ya? dah besok juga gw jatuh cinta lagi, tapi apa besok benar bisa membuat ku lupa? Akh banyak orang ganteng yang naksir gw dah! Tapi kenapa gw Cuma mau dia ya...gundah.

Bener kata mamak, cowok sejati bakal memperjuangkan cinta nya, emng gua labil banget dah soal dia doang aja lemah, lemah ini tolong dipatok aja mas, tapi mas D ya... mabuk, mabuk! Yeelah deck, gn doang aja mabuk, belum ngerasain gimana rasanya, nyabu tabi ngg nyabu. Akh gn amat males nulis, tapi pengen nulis. Kampret banget. Oh ini rasanya mencintai sepihak, sepihak banget ya? akhhh padahal harus nya nggak gini, plis ini Cuma skenario allah aja! Pliss kamera mana... break break!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun