Mohon tunggu...
Putri Rahayu Pangestu
Putri Rahayu Pangestu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya gemar membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Pendidikan Karakter di Masa Remaja Sebagai Pencegahan Kenakalan Remaja

24 November 2024   21:21 Diperbarui: 24 November 2024   21:21 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PERAN PENDIDIKAN KARAKTER DI MASA REMAJA SEBAGAI PENCEGAHAN KENAKALAN REMAJA

Pemerintah telah memahami bahwa pembangunan fasilitas negara akan menjadi sia-sia jika generasi muda, yang merupakan elemen paling penting dalam keberlangsungan sebuah negara, tidak dikembangkan secara maksimal. Generasi muda, khususnya remaja, memiliki peran krusial sebagai penerus bangsa di masa depan. Oleh karena itu, dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui berbagai program pendidikan. Mulai dari program wajib belajar, Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Pintar, hingga program-program lainnya dirancang untuk mempermudah akses masyarakat terhadap pendidikan formal.

Menurut Suprapto dan Ikhsan (dalam Kritiawan, 2015), berbagai jenis beasiswa dan bantuan pendidikan, seperti dana BOS, BSM, DOS, hingga dana CSR, telah disediakan untuk mendukung pengelolaan pendidikan yang lebih demokratis dan akuntabel. Namun, sejumlah budaya dan tradisi yang tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi, rendahnya etos kerja, intoleransi terhadap perbedaan, kerakusan, sikap egois, kecenderungan menyelesaikan masalah dengan kekerasan, pelanggaran hukum, hingga oportunisme, masih menjadi tantangan besar. Fenomena ini mencerminkan bahwa masalah-masalah tersebut merupakan hasil dari proses pendidikan yang belum optimal.

Saat ini, masyarakat cenderung lebih mengutamakan ilmu pengetahuan dibandingkan nilai-nilai moral dan tata susila yang dulu dijunjung tinggi oleh generasi sebelumnya. Dalam konteks masyarakat yang semakin jauh dari nilai-nilai agama, kemerosotan moral pada orang dewasa menjadi hal yang lazim. Sayangnya, perilaku buruk dan tindakan tidak etis dari orang dewasa sering menjadi contoh negatif bagi anak-anak dan remaja, sehingga berkontribusi pada munculnya kenakalan remaja (Suamara, Humaedi, S., dan Santoso, MB., 2017).

Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar berupa krisis remaja dengan karakter kuat. Hal ini tercermin dari lambatnya pembangunan negara serta tingginya tingkat kenakalan remaja, yang menunjukkan kegagalan mereka dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki. Padahal, remaja diharapkan menjadi penggerak pembangunan bangsa di masa depan. Untuk itu, pendidikan karakter menjadi sangat penting demi mencetak generasi berkualitas yang mampu mencegah kenakalan remaja. Pendidikan karakter ini dapat diintegrasikan ke dalam pendidikan formal, nonformal, dan informal untuk membentuk remaja yang memiliki etika, moral, dan tanggung jawab sosial yang kuat tanpa merugikan lingkungan sekitar.

Pendidikan karakter juga berperan sebagai filter terhadap informasi yang tidak sesuai, yang kini mudah diakses oleh remaja melalui sekolah, keluarga, atau lingkungan pertemanan, terutama di era digital dengan arus informasi yang sangat cepat. Informasi ini, jika tidak diolah dengan baik, dapat memengaruhi pola pikir remaja, yang kemudian tercermin dalam perilaku mereka. Karena itu, pendidikan karakter menjadi bagian penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pentingnya pendidikan karakter ini sejalan dengan kebijakan pemerintah, seperti tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Karakter dan Perpres No. 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Kebijakan ini bertujuan mewujudkan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945, sekaligus mengatasi berbagai tantangan bangsa. Pendidikan karakter menjadi fondasi dalam mencapai visi pembangunan nasional, yaitu membentuk masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab sesuai nilai-nilai Pancasila (Supinah dan Parmi, 2011).

Remaja, dengan energi yang melimpah dan jiwa eksplorasi yang tinggi, sering kali sulit diarahkan jika tidak dibimbing secara positif. Kondisi ini membuat mereka rentan terhadap kenakalan remaja. Sebagai solusi, di Kota Bandung, gerakan "Maghrib Mengaji" telah digalakkan. Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada membaca Al-Qur'an, tetapi juga menggali nilai-nilai luhur dan pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan partisipasi yang konsisten, gerakan ini diharapkan mampu mencegah kenakalan remaja sekaligus memperkuat karakter mereka. Lebih dari itu, "Maghrib Mengaji" sebaiknya diterapkan tidak hanya di masjid, tetapi juga di lingkungan yang lebih luas, seperti keluarga, komunitas, dan masyarakat sosial lainnya.

Tulisan ini menyoroti pentingnya pendidikan karakter remaja sebagai salah satu upaya pencegahan kenakalan remaja. Kegiatan pendidikan karakter dapat diinisiasi baik oleh pemerintah maupun masyarakat.  pendidikan karakter dapat menjadi pilar dalam menciptakan generasi muda yang berkualitas dan mendukung pembangunan bangsa di masa depan.

Pembahasan

Masa remaja sering disebut sebagai masa "pemberontakan" karena pada fase ini seorang individu mengalami berbagai perubahan fisik dan emosional akibat pubertas. Perubahan tersebut seringkali disertai dengan gejolak emosi yang tinggi, kecenderungan menarik diri dari keluarga, dan menghadapi berbagai masalah di rumah, sekolah, serta lingkungan pertemanan.

Fenomena kenakalan remaja saat ini menjadi perhatian serius, seperti yang kerap diberitakan di berbagai media. Perilaku menyimpang ini telah melampaui batas wajar dan menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Banyak remaja, bahkan anak di bawah umur, terlibat dalam masalah sosial seperti mencoba rokok, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, tawuran, pencurian, hingga tindakan kriminal lainnya. Tindakan-tindakan tersebut tidak hanya melanggar norma sosial, tetapi juga sering membawa mereka berhadapan dengan hukum.

Kondisi ini menunjukkan bahwa masa remaja, yang seharusnya menjadi periode pembentukan karakter dan pencarian jati diri, justru menjadi fase yang rentan terhadap pengaruh negatif jika tidak mendapatkan arahan dan pendampingan yang memadai dari keluarga, sekolah, maupun lingkungan sosial.

 

Kenakalan remaja pada dasarnya adalah hasil dari kesalahan dalam memproses informasi yang diterima, yang sering kali disebabkan oleh kegagalan dalam menjalani proses perkembangan jiwa mereka, baik pada masa kanak-kanak maupun remaja. Menurut Rijalihadi, kegagalan ini mencakup ketidaksiapan individu dalam menghadapi perubahan fisik, psikis, dan emosi yang terjadi begitu cepat selama masa kanak-kanak hingga remaja.

Lis dan Herlan (2012) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar norma, membahayakan diri sendiri, menimbulkan kerugian materi pada orang lain, atau menyebabkan korban fisik. Perilaku tersebut dapat dibagi menjadi beberapa kategori:

  1. Melanggar status, seperti membolos sekolah, melawan orang tua, atau pergi tanpa izin.
  2. Membahayakan diri sendiri, seperti mengendarai kendaraan bermotor tanpa helm atau dengan kecepatan tinggi, penyalahgunaan narkoba, penggunaan senjata, berkeliaran di malam hari, hingga pelacuran.
  3. Tindakan kriminal, meliputi semua perilaku yang melanggar hukum pidana yang dapat merugikan pelaku maupun orang lain.

Kenakalan remaja bukan hanya menyimpang dari norma sosial dan hukum, tetapi juga menciptakan dampak negatif pada pelaku serta lingkungan sekitar. Ketika perilaku ini diabaikan atau dihadapi secara permisif, ada risiko bahwa perilaku tersebut berkembang menjadi kebiasaan yang sulit diubah dan bahkan terstruktur secara budaya. Oleh karena itu, upaya pencegahan sangat penting untuk mencegah kenakalan ini menjadi pola yang berulang.

Langkah pencegahan bisa berupa pemberian peringatan atau penerapan larangan yang sesuai dengan nilai dan norma masyarakat. Selain itu, semua elemen dalam lingkungan sosial, termasuk keluarga, sekolah, komunitas, dan pemerintah, perlu berperan aktif dalam memberikan pendampingan, advokasi, dan pembimbingan kepada remaja. Dengan begitu, remaja dapat diarahkan untuk mengembangkan potensi positif mereka secara maksimal, sehingga terhindar dari perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Urgensi Pendidikan Karakter pada Remaja

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari 233 juta penduduk Indonesia, sekitar 26,8% atau 63 juta jiwa adalah remaja berusia 10-24 tahun. Periode 2020-2030 diproyeksikan sebagai masa Bonus Demografi bagi Indonesia, di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai 70% dari total populasi. Kondisi ini memberikan peluang besar untuk mempercepat pembangunan bangsa. Namun, jika pembinaan terhadap remaja dan penduduk usia produktif tidak dilakukan dengan baik, potensi ini dapat berubah menjadi beban karena kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas (Effendi, 2018).

Pendidikan karakter menjadi elemen kunci dalam membina remaja sebagai generasi yang akan memegang peran penting di masa depan. Remaja, yang berada pada masa pencarian jati diri, cenderung ingin mencoba hal-hal baru yang mereka lihat atau dengar tanpa mempertimbangkan dampaknya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, pembinaan berupa pendidikan karakter diperlukan untuk mengarahkan mereka menjadi individu yang mampu membawa kemajuan bagi bangsa.

Muhammad Kristiawan menekankan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk membantu remaja mengendalikan diri agar tidak terjerumus pada perilaku negatif, serta menginternalisasi karakter positif yang dapat bertahan secara permanen. Proses pendidikan yang profesional menjadi kunci dalam membentuk karakter peserta didik. Pendidikan karakter ini idealnya diintegrasikan ke dalam pendidikan formal, informal, dan nonformal.

Pada usia remaja, individu berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang membuat mereka memiliki kepribadian yang masih labil. Masa ini merupakan momen krusial dalam pembentukan karakter, yang akan memengaruhi kepribadian mereka saat dewasa (Kristiawan, 2015). Oleh karena itu, pendidikan karakter tidak hanya menjadi sarana untuk mengarahkan perilaku positif, tetapi juga berperan strategis dalam menciptakan generasi yang berintegritas, berkualitas, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Kesimpulan

Remaja, sebagai aset berharga dalam pembangunan bangsa, seharusnya berkontribusi dalam menciptakan lingkungan negara yang aman, nyaman, dan sejahtera, bukan justru terlibat dalam kenakalan remaja yang mencoreng tatanan sosial. Potensi kenakalan memang ada pada setiap remaja, tetapi hal ini dapat diminimalkan melalui pendidikan karakter yang terintegrasi dengan pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan ini berfungsi sebagai panduan agar remaja mampu menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

Salah satu contoh pendidikan nonformal yang relevan adalah Maghrib Mengaji. Program ini bertujuan untuk membentuk karakter Qur'ani di tengah masyarakat, khususnya di kalangan remaja Muslim. Dengan mempelajari dan mendalami nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Al-Qur'an, remaja dapat mengembangkan karakter positif yang mencegah mereka terjerumus pada tindakan yang melanggar norma, seperti kenakalan remaja.

Selain menjaga norma masyarakat, pendidikan karakter semacam ini juga membantu melestarikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Dengan demikian, remaja tidak hanya menghindari perilaku yang merugikan, tetapi juga berperan aktif dalam membangun tatanan sosial yang selaras dengan prinsip-prinsip moral dan etika yang menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun