Kesimpulan
Remaja, sebagai aset berharga dalam pembangunan bangsa, seharusnya berkontribusi dalam menciptakan lingkungan negara yang aman, nyaman, dan sejahtera, bukan justru terlibat dalam kenakalan remaja yang mencoreng tatanan sosial. Potensi kenakalan memang ada pada setiap remaja, tetapi hal ini dapat diminimalkan melalui pendidikan karakter yang terintegrasi dengan pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan ini berfungsi sebagai panduan agar remaja mampu menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Salah satu contoh pendidikan nonformal yang relevan adalah Maghrib Mengaji. Program ini bertujuan untuk membentuk karakter Qur'ani di tengah masyarakat, khususnya di kalangan remaja Muslim. Dengan mempelajari dan mendalami nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Al-Qur'an, remaja dapat mengembangkan karakter positif yang mencegah mereka terjerumus pada tindakan yang melanggar norma, seperti kenakalan remaja.
Selain menjaga norma masyarakat, pendidikan karakter semacam ini juga membantu melestarikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Dengan demikian, remaja tidak hanya menghindari perilaku yang merugikan, tetapi juga berperan aktif dalam membangun tatanan sosial yang selaras dengan prinsip-prinsip moral dan etika yang menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H