Adapun penyebab utama dari perilaku menyimpang ini melibatkan berbagai faktor. Lingkungan sosial, pergaulan, kondisi psikologis, dan emosi anak sering kali menjadi pemicu utama.Â
Anak usia remaja, yang masih dalam tahap pencarian jati diri, cenderung memiliki emosi yang labil dan kesulitan menyaring pengaruh buruk dari lingkungannya. Mereka kerap bertindak impulsif tanpa berpikir panjang dan mencoba hal-hal baru tanpa memfilter apakah itu baik atau buruk.Â
Selain itu, didikan orang tua di rumah sebagai fondasi awal pendidikan karakter juga memegang peran penting. Orang tua menjadi pendamping utama dalam membangun karakter dan moral anak sejak dini.
Pentingnya pendidikan karakter telah mendorong pemerintah menjadikannya sebagai salah satu tujuan utama pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 3 undang-undang tersebut menegaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan membentuk watak, moral, dan peradaban bangsa yang bermartabat.Â
Implementasi pendidikan karakter di sekolah dilakukan melalui berbagai aktivitas pembelajaran yang disisipkan dalam kegiatan sehari-hari di kelas. Dengan pendekatan ini, diharapkan pendidikan karakter dapat memberikan bekal moral yang kuat bagi siswa, sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang unggul dan berintegritas.
KesimpulanÂ
Krisis nilai moral dan budi pekerti yang terjadi saat ini memang menjadi keprihatinan besar bagi kita sebagai warga negara Indonesia. Ironisnya, banyak penyimpangan ini justru terjadi pada anak-anak usia sekolah, yang seharusnya menjadi harapan bangsa untuk masa depan. Oleh karena itu, pemerintah semakin serius menggiatkan pembangunan pendidikan karakter di sekolah.Â
Pendidikan karakter dirancang sebagai sistem penanaman nilai-nilai seperti budi pekerti, akhlak, serta kesadaran untuk mengimplementasikan perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya adalah membentuk kepribadian peserta didik yang berintegritas dan bermoral.
Pendekatan psikologi dalam pendidikan karakter di sekolah mendukung proses ini melalui berbagai aktivitas positif. Strategi pembelajaran dirancang untuk membangun hubungan yang baik di kelas, baik antara siswa dengan teman-temannya maupun dengan guru.Â
Interaksi yang sehat ini menjadi fondasi kuat untuk menanamkan nilai-nilai moral dan karakter yang baik. Selain itu, peran keluarga sangat penting, karena karakter bawaan yang terbentuk di rumah akan memengaruhi bagaimana seorang anak menunjukkan emosinya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di lingkungan sosial.
Penyebab terjadinya pelanggaran terhadap nilai dan norma dalam masyarakat dapat ditelusuri ke beberapa faktor, seperti lingkungan, pergaulan, kondisi psikologis, dan emosional anak. Anak usia remaja, khususnya, berada dalam fase pencarian jati diri dan cenderung memiliki emosi yang kurang stabil.Â