Di sekolah, peran guru menjadi sangat strategis dalam mendukung pendidikan karakter. Guru tidak hanya bertindak sebagai pendidik tetapi juga sebagai pemimpin dalam pembelajaran, sehingga nilai-nilai moral dapat ditanamkan melalui aktivitas di kelas. Hubungan sosial yang baik antara guru dan peserta didik, serta antara sesama siswa, juga memiliki pengaruh besar dalam membentuk moral dan karakter.
Pendekatan psikologi dalam pendidikan karakter mendukung keberhasilan sistem ini melalui kegiatan positif yang dapat memperkuat nilai-nilai moral dan etika. Strategi pembelajaran seperti membangun hubungan harmonis di kelas dan menciptakan lingkungan yang mendukung sangat membantu dalam pembentukan karakter peserta didik. Selain itu, peran pendamping, seperti orang tua dan guru, sangat penting untuk memastikan nilai-nilai ini tertanam dengan baik.
Keluarga memegang peranan utama sebagai lingkungan pertama yang memberikan pendidikan moral pada anak. Karakter dan emosi bawaan yang terbentuk dalam keluarga akan tercermin pada cara anak berinteraksi di kehidupan sehari-hari, termasuk di sekolah.Â
Oleh karena itu, kolaborasi antara orang tua dan guru menjadi kunci keberhasilan pendidikan karakter. Orang tua berperan menanamkan dasar nilai moral di rumah, sementara guru melanjutkan dan mengembangkannya di sekolah melalui pembelajaran yang sistematis.
Untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sinergi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat diperlukan. Guru, sebagai penggerak utama dalam lingkungan sekolah, memiliki tanggung jawab besar dalam menanamkan nilai moral dan budi pekerti melalui interaksi sehari-hari dengan siswa. Dengan pendekatan ini, diharapkan generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang memiliki kepribadian unggul, moral yang baik, dan kontribusi positif bagi masyarakat.
2. Permasalahan Krisis Moral dan Pendidikan Karakter
Negara kita menghadapi berbagai masalah yang telah mengakar dan sulit diselesaikan. Salah satu permasalahan yang menjadi perhatian serius pemerintah adalah meningkatnya perilaku menyimpang dari nilai, norma, dan moral di masyarakat. Ironisnya, sebagian besar pelaku penyimpangan ini adalah generasi muda, khususnya anak-anak usia sekolah.Â
Krisis ini muncul akibat kurangnya kesadaran masyarakat dan minimnya pendidikan karakter yang diterima, baik di sekolah maupun lingkungan keluarga. Oleh karena itu, pemerintah semakin gencar mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kurikulum sekolah.
Penyimpangan nilai dan moral yang terjadi di Indonesia mencakup berbagai hal, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, tingginya angka kriminalitas, pelecehan seksual, perundungan (bullying), kekerasan dalam rumah tangga, kecanduan narkoba, kehamilan di luar nikah yang memicu pernikahan dini, hingga kenakalan remaja.Â
Kondisi ini sangat memprihatinkan karena generasi muda yang diharapkan menjadi pemimpin masa depan justru terjebak dalam berbagai bentuk pelanggaran moral.
Melihat fenomena ini, pemerintah terus mendorong penguatan pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan karakter bertujuan membantu peserta didik memahami dan menjalankan norma serta moral yang berlaku dalam masyarakat, sekaligus menghindarkan mereka dari krisis moral. Dengan penanaman nilai-nilai karakter, diharapkan generasi penerus bangsa dapat bertindak secara bijak dan berintegritas.