Analisa Etika Berbahasa Anak Tingkat Sekolah Dasar Sebagai Dampak Tontonan Negatif
Perkembangan teknologi dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini memberikan efek bagi kelangsungan hidup manusia. Komunikasi masyarakat menjadi lebih mudah dengan adanya gadget. Di era sekarang, segala sesuatu dapat diselesaikan dengan cara-cara yang praktis. Perkembangan media eletronik terjadi begitu pesat, seperti bermunculannya berbagai macam bentuk dan kegunaan gadget. Pengguna gadget tidak hanya berasal dari kalangan remaja dan dewasa saja tetapi anak-anak usia sekolah dasar sudah mulai terpapar dengan penggunaan gadget. Gadget mempunyai kelebihan dan manfaat tersendiri di kalangan masyarakat tertentu. Salah satunya gadget dapat memberikan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh anak usia sekolah. Namun, tidak banyak pelajar yang benar- benar dapat menggunakan gadget dengan fitur tersebut. Kecanduan gadget maupun internet merupakan penggunaan secara berlebihan yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari penggunanya, biasanya mengakibatkan keasyikan dan cenderung apatis terhadap sekitar dan mempengaruhi etika berbahasanya. Gadget yang seharusnya dimiliki oleh pelajar biasanya digunakan untuk mengirim pesan, belajar, mendengarkan musik anak-anak, menonton program pembelajaran, mengakses media pembelajaran yang menyangkut dengan pendidikan. Namun, malah di gunakan bermain game secara berlebihan, mengakses hal -- hal yang negatif, dan sebagainya. Penggunaan gadget yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat khususnya anak usia sekolah dasar yang menganggap gadget sebagai hiburan.
Sekolah dasar (SD), menurut Waini Rasyidi (1993) pada hakikatnya merupakan satuan atau unit lembaga sosial (social institution) yang diberi amanah atau tugas khusus (specific task) oleh masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar secara sistematis. Sekolah dasar adalah tempat anak memulai proses belajar setelah taman kanak-kanak. Pada masa usia ini anak anak begitu aktif nya belajar dan penasaran dengan hal baru,dan mudah menirukan trend-trend terbaru yang terjadi pada lingkungan sekitar. Cara berbahasa mereka pun mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Mereka melihat orang yang lebih tua dan mendengar kosakata baru atau mungkin budaya berbahasa yang baru. Bahasa yang bersifat  positif atau bahkan negatif bisa saja dapat mempengaruhi etika berbahasa mereka.Sedari dulu etika adalah suatu pilar penting dalam kehidupan sehari hari karena anak tidak hanya di tuntut pintar namun juga beretika bahasa yang baik. Etika berasal dari kesadaran manusia terhadap nilai, norma, dan aturan yang ada. Etika sendiri sudah ada sejak dahulu. Istilah etik yang sepadan dengan istilah moral, tentunya mengarah pada baik atau buruk, benar atau salah, bahkan munculnya penyimpangan yang disebabkan karena minimnya pemahaman individu mengenai etika yang menjadi pondasi utama dalam kehidupan.
Di lingkungan masyarakat kita banyak anak usia sekolah dasar yang etika berbahasa lumayan rendah. Di dukung oleh perkembangan teknologi saat ini yang semakin maju memberikan beberapa efek yang tidak bisa dihindari oleh para peserta didik. Yang diakibatkan oleh pengaruh penggunaan gadget yang tidak terkontrol dan kurangnya pengawasan orang tua serta pengaruh lingkungan teman sebaya. Misalnya melalui tontonan mereka yang biasa dilihat di youtube, tiktok, dan masih banyak lagi. Bisa juga karena plagiat orang tuanya. Anak usia sekolah dasar akan menerima secara utuh apa yang mereka lihat dan menirukannya. Misalnya: seorang anak yang tidak sengaja melihat atau mendengar seseorang mengumpat dalam berekspresi. Mereka akan menirunya juga dan menjadikannya suatu kebiasaan, dan kebiasaan akan sulit diubah. Karena pada masa anak- anak cenderung rentan dan mudah terpengaruh. Tata kelola bahasa, dalam artian sopan santun dalam berbahasa baik dalam lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah seringkali memperlihatkan dan memperdengarkan bahasa yang mereka dapatkan melalui media teknologi yang berupa HP dan yang lainya.
Keluarga memiliki peran paling penting dalam pengasuhan anak. Kesalahan dalam pengasuhannya dapat memberikan dampak yang sangat buruk. Pembiasaan yang kurang baik yang dilakukan oleh anggota keluarga juga akan menjadi pemicu pembiasaan yang kurang baik juga pada anak. Keluarga adalah hal yang paling penting dalam pengasuhan anak karena anak dididik dan dibesarkan dalam suatu keluarga. Para orang tua sebaiknya mengawasi anak ketika bermain gadget agar tidak terlalu bergantung pada gadget dan tetap mengawasi tontonan atau pun permainan anak serta pembatasan waktu agar anak juga mau bersosialisasi dengan lingkungannya. Selain, dampak buruk terhadap sikap dan etika pengunaan gadget secara berlebihan juga dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan fisik. Gejala yang ditunjukkan adalah tantrum dan sulit diajak berkomunikasi. Dan menirukan bahasa asing yang kurang sopan ataupun bahasa kasar dari gadget mereka karena memang pada usia sekolah dasar ini merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Belajar berbahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, atau pada saat anak menginjak jenjang sekolah dasar. Jadi, perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat.
Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Secara estimologi gadget adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris yangberarti perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus Gadget adalah telepon genggam (telepon genggam) atau telepon seluler (ponsel) atau handphone (HP) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke manamana (portable/mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel wireless). Penggunaan teknologi gadget pada saat ini tidak mengenal umur mulai dari orang dewasa hingga anak-anak usia pendidikan dasar pun sudah menggunakannya. Gadget jika tidak di manfaatkan dengan baik maka akan berdampak negatif namun jika di manfaatkan dengan baik akan berdampak pisitif. Terutama dalam dunia pendidikan masa anak-anak yang di mana mereka semakin canggih dalam menggunakan gadget.
Menurut Handrianto (2013, dalam Juliadi, 2018) mengatakan bahwa, gadget memiliki dampak positif dan juga negatif. Dampak tersebut antara lain adalah:
- Dampak Positif Penggunaan Gadget
- Berkembangnya imajinasi (melihat gambar kemudian menggambarnya sesuai imajinasinya yang melatih daya piker tanpa dibatasi oleh kenyataan).
- Melatih kecerdasan (dalam hal ini anak dapat terbiasa dengan tulisan, angka, gambar yang membantu melatih proses belajar).
- Meningkatkan rasa percaya diri (saat anak memenangkan suatu permainan akan termotivasi untuk menyelesaikan permainan)
- Mengembangkan kemampuan dalam membaca, matematika, dan pemecahan masalah (dalam hal ini anak akan timbul sifat dasar rasa ingin tahu akan suatu hal yang membuat anak akan muncul kesadaran kebutuhan belajar dengan sendirinya tanpa perlu dipaksa)
- Dampak Negatif Penggunaan Gadget
- Penurunan konsentrasi saat belajar (pada saat belajar anak menjadi tidak fokus dan hanya teringat dengan gadget, misalnya anak teringat dengan permainan gadget seolah-olah dia seperti tokoh dalam game tersebut)
- Malas menulis dan membaca (hal ini diakibatkan dari penggunaan gadget
misalnya pada  saat  anak  membuka  video  diaplikasi  youtube  anak cenderung melihat gambarnya saja tanpa harus menulis apa yang mereka cari)
- Penurunan dalam kemampuan bersosialisasi (misalnya anak kurang bermain dengan teman di lingkungan sekitarnya, tidak memperdulikan keadaan disekelilingnya)
- Kecanduan (anak akan sulit dan akan ketergantungan dengan gadget
karena sudah menjadi suatu hal yang menjadi kebutuhan untuknya).
- Dapat menimbulkan gangguan kesehatan (jelas dapat menimbulkan gangguan kesehatan karena paparan radiasi yang ada pada gadget, dan juga dapat merusak kesehatan mata anak).
- Perkembangan kognitif anak terhambat (kognitif atau pemikiran proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya akan terhambat).
- Menghambat kemampuan berbahasa (anak yang terbiasa menggunakan gadget akan cenderung diam, sering menirukan bahasa yang didengar, menutup diri dan enggan berkomunikasi dengan teman atau lingkungannya).
- Dapat mempengaruhi perilaku anak (seperti contoh anak bermain game yang memiliki unsur kekerasan yang akan mempengaruhi pola perilaku dan karakter yang dapat menimbulkan tindak kekerasan terhadap teman).
Sedangkan pengaruh gadget bagi etika berbahasa anak usia sekolah dasar juga perlu di perhatikan. Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah " Ethos", yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan bentuk kebahasaan dan cara berbahasa tertentu yang dianggap dan disepakati sebagai bentuk dan cara yang sopan oleh suatu masyarakat. Etika sendiri merupakan salah satu pondasi penting di masyarakat khususnya etika dalam berbahasa. Banyaknya ragam bahasa yang ada di Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Para guru harus memberikan atau menyuguh kan pendidikan bahasa yang baik dan mudah di terima anak didik. Kerena anak Sekolah Dasar sedang dalam masa imitation (meniru), sebaiknya guru memberikan contoh yang baik sebagai orang tua kedua saat di sekolah. Di era gempuran penggunaan gadget yang semakain maju sangat pesat sangat di perlukan penguatan etika berbahasa pada usia anak sekolah dasar ataupun, MI di negara tercinta kita ini. Perlunya untuk lebih mendisiplinkan anak didik. Seperti: larangan menyela ketika orang yang lebih tua atau guru saat berbicara, dan pembiasan berbicara jujur.
Sebuah penelitian baru saja dikeluarkan American Association of Pediatrics (AAP). Penelitian ini mengambil tajuk "penggunaan media menjadi dominan dalam kehidupan anak-anak zaman sekarang". Media yang paling umum digunakan anak adalah gadget, jumlah anakanak yang menggunakan gadget meningkat hampir dua kali lipat (dari 38 persen menjari 72 persen), dan semakin banyak bayi yang berusia 1 tahun.(Warisyah, 2015). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh The Asian Parent Insight bersama Samsung Kidstime melalui Mobile Device Usage Among Young Kids pada awal tahun 2014 didapatkan hasil yang mengejutkan yaitu sebanyak 98% responden memperbolehkan anaknya menggunakan gadget dengan lama penggunaan lebih dari 1 jam pada setiap kali penggunaan.
Sedangkan mayoritas anak di Indonesia Badan Pusat Statistik mencatat setidaknya 48,2% anak-anak usia 7 -17 tahun sudah menggunakan gadget pada tahun 2019. Sebanyak 74,7% anak-anak mengakses internet hanya keprluan hiburan semata. Dan 54,2% anak- anak mengakses internet untuk keperluan belajar. 51,7% anak-anak mengakses internet untuk mencari berita ataupun informasi. 6,5% anak-anak mengakses internet sebagai sarana mengirim atau menerima surat elektronik (E-maiI). Dan 13,4% anak mengakses internet untuk melakukan kegiatan atau tujuan lainnya.
Tata kelola bahasa, dalam artian sopan santun dalam berbahasa baik dalam lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah seringkali memperlihatkan dan memperdengarkan bahasa yang mereka dapatkan melalui media teknologi yang berupa HP dan yang lainya. Terkadang bahasa-bahasa yang kurang layak untuk di ucapkan bagi peserta didik dalam jenjang sekolah dasar kerap terucap oleh anak-anak seusia mereka ketika tidak dalam pengawasan orangtua atau guru, bahasa-bahasa "error" itu yang sering terucap dari mulut mereka ketika berkomunikasi dengan teman sebayanya. Menurut susiyanti 2019 dampak dari permainan gadget itu sendiri adalah mengganggu saraf motorik halus, menghambat perkembangan interaksi sosial, mempengaruhi pola tingkah laku anak, mempengaruhi pola bicara, mudah emosi, terpapar konten kekerasan dan pornografi, bahaya radiasi, pola makan, obesitas, dan susah tidur
Penguatan nilai-nilai karakter melalui berbahasa sebagai salah satu alternatif pendidikan hendaknya dapat dilaksanakan di mulai dari keluarga yang menjadi acuan pertama anak- anak. Orang tua sangat diharapkan melakukan pengawasan kepada anak ketika menggunakan gadget untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan nantinya. Pendampingan ini di perlukan untuk meminimalisir pengaruh buruk penggunaan gadget pada anak usia sekolah dasar yang masih suka bermain dan tantruman.
Kurangnya attitude anak dalam berbahasa menjadi perhatian masyarakat bahkan kualitas sekolah pun dipertanyakan. Kualitas guru pun ikut menjadi perbincangan di kalangan masyarakat. Banyaknya anak-anak usia sekolah dasar yang sedikit kurang sopan dalam berbahasa setiap hari. Seperti: mengumpat ketika marah karene hal sepele, dan memanggil orang dengan nama hewan, dan masih banyak lagi. Sementara, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dan pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, dasar, dan menengah. Sehingga, guru memiliki peran penting dalam membimbing dan mengarahkan peserta didik sedari usia sekolah dasar, dan tidak hanya bertanggung jawab kepada nilai siswa. Tetapi juga bertanggung jawab atas tata krama peserta didik, perilaku, dan khususnya etika berbahasa peserta didik
Penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk terus merebak dan popular di kalangan siswa disemua jenjang pendidikan. Bahkan anak usia sekolah dasar sudah menjadi salah satunnya. Sekolah menjadi seolah tidak berdaya menghadapi kenyataan ini. Sekolah selalu menjadi kambing hitam dari merosotnya watak dan karakter bangsa.
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan Perkembangan teknologi di Indonesia berkembang sangat pesat terbukti dengan banyaknya pengguna gadget dengan berbagai merek dan tipe tersebar luas diseluruh wilayah Indonesia. Orangtua diharapkan dapat memberikan pengasuhan anak yang terbaik, memberikan gadget kepada anak sesuai dengan kebutuhan serta memberitahu anak mengenai bahaya penggunaan gadget. Dampak dari penggunaan gadget terhadap akhlak dan moral siswa antara lain siswa akan menjadi kurang patuh, malas belajar, dan dampak paling negatif adalah anak yang suka meniru perilaku yang kurang baik dari tontonan yang kurang mengedukasi. Dalam mengatasi pengaruh buruk dari gadget terhadap anak usia sekolah dasar orang tua di harapkan lebih bijak dalam membagi waktu untuk buah hati. Misal dengan meluangkan lebih banyak waktu dengan anak, belajar bersama, agar terjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan anaknya. Bukan hanya itu di sekolah pendidik juga perlu memotivasi peserta didik agar rajin belajar dan memberikan nasihat agar selalu patuh pada perintah guru dan orang tua dalam tanda kutip perintah yang baik, yang dimana dapat membangun karakter anak siswa menjadi lebih baik agar bisa tercapai tujuan pendidikan yang ingin diraih.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H