3.  Mental Health Warrior atau Generasi Rapuh?
Berbeda dengan generasi sebelumnya, Gen Z lebih terbuka membicarakan isu kesehatan mental. Mereka mengunggah kesadaran bahwa burnout, anxiety, dan depresi adalah masalah yang harus ditangani, bukan diabaikan. Sayangnya, keterbukaan ini sering disalahartikan sebagai kelemahan atau "over sensitive"Â
4. Budaya Kerja: Revolusi atau Kemalasan?
Di dunia kerja, Gen Z memprioritaskan keseimbangan hidup dan kerja (work - life balance). Mereka cenderung menghindari budaya hustle yang didambakan generasi sebelumnya. Namun, ini sering dianggap sebagai tanda kurangnya etos kerja.
Salahnya di mana?
Generasi sebelumnya mungkin sulit menerima bahwa cara kerja Gen Z tidak berbasis "Kerja keras mati-matian", melainkan "Kerja cerdas dengan hasil maksimal". Ini lebih tentang pendekatan baru yang adaptif terhadap kebutuhan zaman.
Kesimpulan: Gen Z bukan tanpa kekurangan, tetapi mereka juga bukan generasi yang harus terus disalahkan. Kritik terhadap mereka sering kali muncul dari perbedaan perspektif dan ketakutan menghadapi perubahan besar. Alih-alih terus menghakimi, dunia perlu memahami bahwa setiap generasi lahir dengan tantangan dan cara unik untuk menanganinnya.
Jadi, salah apa lagi? Mungkin tidak ada yang salah, hanya beda cara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H