Martin Hoffman, seorang psikolog perkembangan, mengembangkan teori empati yang menjelaskan bagaimana empati berkembang sejak masa kanak-kanak hingga dewasa. Hoffman percaya bahwa empati adalah kemampuan untuk memahami dan berbagi perasaan orang lain, yang berkembang melalui proses kognitif dan emosional. Berikut adalah tahap-tahap perkembangan empati menurut Hoffman:
1. Empati Global (0--1 Tahun)
Pada tahap ini, bayi menunjukkan empati yang bersifat refleksif. Mereka bereaksi terhadap emosi orang lain tanpa memahami bahwa emosi tersebut berasal dari luar dirinya. Misalnya, seorang bayi mungkin menangis ketika mendengar bayi lain menangis.
2. Empati Egosentris (1--2 Tahun)
Anak mulai memahami bahwa orang lain adalah individu yang terpisah, tetapi mereka masih cenderung merespons berdasarkan perspektif diri sendiri. Contohnya, jika melihat orang lain sedih, seorang anak mungkin memberikan boneka atau sesuatu yang ia anggap menghibur dirinya sendiri.
3. Empati untuk Perasaan Orang Lain (2--10 Tahun)
Anak-anak mulai memahami bahwa perasaan orang lain mungkin berbeda dari perasaan mereka sendiri. Mereka mulai menunjukkan empati yang lebih spesifik dan sesuai dengan situasi orang lain. Kemampuan ini berkembang seiring dengan peningkatan kemampuan kognitif dan bahasa.
4. Empati yang Tercerahkan (10 Tahun ke Atas)
Pada tahap ini, individu mulai memahami bahwa emosi orang lain dapat dipengaruhi oleh pengalaman hidup atau kondisi yang lebih kompleks. Mereka mampu memikirkan perspektif yang lebih luas dan berempati pada kelompok atau situasi yang tidak langsung mereka alami.
Komponen Utama dalam Teori Empati Hoffman
Hoffman mengidentifikasi empat proses yang berkontribusi pada perkembangan empati: