Besarnya perkembangan musik yang semakin mengglobal membuat banyak talenta-talenta muda bermunculan. Selain itu saat ini banyak sekali penyanyi yang digemari oleh masyarakat, yaitu seperti Rossa, Tulus, Kahitna, Lyodra, Tiara Andini, Ardhito Pramono, Juicy Luicy, Feel Koplo, Guyon Waton, Happy Asmara, Deni Caknan, NDX AKA, dan lain sebagainya. Dalam hal tersebut artinya melalui konser musik yang semakin bervariasi genre musiknya secara tidak langsung telah menjadikan nilai budaya Jawa, Indonesia atau barat dan Korea menjadi memiliki nilai ekonomi karena dapat membuka peluang produktivitas bagi masyarakat.
Bagi Baudrillard tidak ada objek yang memiliki nilai esensial, tetapi nilai guna itu sendiri ditentukan melalui pertukaran (Barker dan Jane, 2016: 177). Hal tersebut artinya membuat makna kultural suatu barang menjadi lebih berarti daripada nilai tenaga kerja atau kegunaannya.
Konser musik menjadi budaya populer yang dirasakan pengaruh kebudayaannya di Indonesia. Terdapat banyak sekali konser musik di Indonesia seperti Jakarta Fair, Berdendang Bergoyang, Pasar Musik, Sound Project, Java Jazz Fest, dan lain sebagainya yang tidak hanya diselenggarakan di Jakarta saja, tetapi juga setiap daerah. Kemudian konser musik ini tidak hanya menampilkan guest star dari Indonesia saja, tetapi penyanyi atau grup musik dari luar juga turut mewarnai konser musik di Indonesia. Seperti belum lama ini boyband dan girlband dari Korea yaitu NCT Dream dan Blackpink telah mengadakan konser di Indonesia selama beberapa hari.
Konser musik sebagai budaya populer ini dapat didefinisikan sebagai budaya komersial yang diproduksi secara massal. Dikatakan sebagai budaya komersial karena konser musik ini menjadi suatu produk kebudayaan yang tidak hanya memiliki nilai hiburan yang tinggi tetapi juga membutuhkan biaya yang cukup besar. Untuk konser musik guest star dari Indonesia sendiri membutuhkan biaya mulai dari Rp 50.000,- sampai Rp 400.000,-.Â
Sedangkan untuk konser musik yang diadakan oleh artis dari luar negeri bisa membandrol harga mulai dari Rp 2 juta sampai Rp 11 juta, harga tersebut tergantung pada tipe tempat duduk yang dipilih. Walaupun dijual dengan harga yang sangat fantastik tetapi masyarakat Indonesia sangat antusias dengan konser musik tersebut. Hal ini dapat dilihat pada konser musik yang akan diadakan oleh grup musik rock asal Inggris yaitu Coldplay pada bulan November mendatang yang tiketnya sudah habis terjual dalam hitungan menit.
Tingginya antusias masyarakat terhadap penyelenggaraan konser musik menggambarkan bahwa konser musik ini memiliki nilai sosial dan komersial yang tinggi. Dalam pandangannya Baudrillard ini bagian yang lebih besar adalah konsumsi tanda yang melekat pada pertumbuhan komoditas kebudayaan, pemanfaatan celah pasar, dan pencapaian gaya hidup. Hal ini disebut dengan pasca modernisasi sebagai hiper komodifikasi dan hiper diferensiasi. Dimana seluruh ranah kehidupan dipenetrasi oleh komodifikasi.Â
Konsumsi terhadap aspek kehidupan tidak lagi lebih sebagai objek tetapi telah berubah menjadi objek konsumsi yang memiliki komoditi. Hal ini juga didorong dengan tumbuhnya budaya negatif di kalangan masyarakat khususnya anak muda, yaitu Fear Of Missing Out (FOMO) sebuah rasa takut ketinggalan dengan trend tertentu atau tidak mau dibilang kurang update. Saat ini media sosial tidak lagi digunakan untuk membagikan informasi tetapi telah mengarah pada flexing.
Sehingga banyak anak muda yang ingin dibilang gaul karena selalu mengikuti trend yang sedang viral. Selain itu banyak masyarakat yang secara cuma-cuma membeli merchandise dari bias idolanya, mulai dari harga ratusan ribu hingga puluhan juta. Padahal jika dilihat dari segi kegunaannya seperti membeli merchandise KPop tidak memiliki nilai kegunaan yang tinggi, tetapi mereka tetap membeli karena adanya unsur budaya Korea.
Keberhasilan masyarakat dalam membeli komoditi melalui pandangan Baudrillard ini memiliki nilai tanda yang memberikan prestise dan menandakan nilai sosial, status dan kekuasaan. Hal ini dapat dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam membeli tiket konser dengan harga yang cukup fantastis. Dengan demikian konser musik sebagai budaya populer ini secara tidak langsung telah melahirkan sebuah kedudukan dalam kehidupan masyarakat.
Melalui penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan zaman telah membawa masyarakat kepada suatu munculnya trend-trend baru dalam kehidupan. Saat ini konser musik menjadi budaya populer yang ramai diperbincangkan oleh masyarakat. Konser musik menjadi tempat untuk melepaskan penat setelah melakukan berbagai aktivitas. Pada akhir pekan banyak masyarakat yang berbondong-bondong untuk menghadiri konser musik di sekitar tempat tinggalnya. Namun saat ini tidak banyak juga anak muda yang terperangkap dalam sikap negatif, yaitu FOMO atau tidak mau tertinggal dengan trend yang sedang viral.
Dimana banyak anak muda yang menghadiri konser musik hanya karena gengsi dan hanya sekedar untuk update story di media sosial untuk memenuhi nilai estetika. Walaupun setiap orang memiliki hak untuk melakukan kegiatan yang disukai tetapi jangan sampai anak muda jaman sekarang kalah dengan gengsinya. Dari pada mengedepankan gengsi lebih baik uang untuk mengikuti konser tersebut digunakan untuk keperluan yang lebih penting serta melakukan hal-hal positif lainnya.Â