Saat mendengar istilah "mengantar jemput anak ke sekolah", kebanyakan dari kita mungkin langsung berpikir tentang ibu-ibu yang sibuk berlari pagi-pagi buta, menyisihkan waktu dari rutinitas mereka untuk memastikan anak-anak mereka sampai di sekolah dengan selamat. Tapi, apakah benar kalau tugas ini hanya tanggung jawab ibu? Yuk, kita bahas lebih lanjut!
Tugas Bersama atau Kewajiban Ibu?
Dalam banyak keluarga, peran mengantar dan menjemput anak ke sekolah seringkali dianggap sebagai kewajiban ibu. Ini bisa jadi karena budaya, kebiasaan lama, atau bahkan stereotip gender yang sudah tertanam sejak lama. Tapi, kalau kita lihat lebih dalam, sebenarnya ada banyak alasan kenapa peran ini seharusnya menjadi tanggung jawab bersama antara ayah dan ibu.
Kenapa Ibu Sering Dijadikan Tanggung Jawab Utama?
Tradisi dan Budaya: Di banyak budaya, peran perempuan di dalam rumah tangga sering kali dianggap sebagai "tugas utama". Ini berarti ibu sering kali dianggap lebih 'cocok' untuk mengurus anak-anak, termasuk mengantar mereka ke sekolah.
Waktu dan Jadwal Kerja: Kadang-kadang, ibu mungkin memiliki fleksibilitas waktu yang lebih besar, terutama jika mereka bekerja dari rumah atau memiliki jadwal yang lebih bisa diatur. Ini membuat mereka lebih mungkin untuk mengambil alih tugas tersebut.
Ekspektasi Sosial: Ada ekspektasi sosial yang menganggap bahwa ibu lebih 'naturally' terlibat dalam urusan keluarga. Ini seringkali berujung pada pembagian tugas yang tidak seimbang, dengan ibu mengambil lebih banyak tanggung jawab dalam hal ini.
Kenapa Peran Ini Harus Dibagi?
Keseimbangan Kerja dan Kehidupan: Jika ayah dan ibu bisa berbagi tugas, maka beban kerja dan tanggung jawab akan lebih merata. Ini bukan hanya membantu ibu, tetapi juga memperkuat hubungan keluarga.
Keterlibatan Ayah: Melibatkan ayah dalam rutinitas harian seperti mengantar jemput anak ke sekolah memberikan kesempatan untuk lebih terhubung dengan anak-anak. Ini penting untuk perkembangan emosional anak dan juga memperkuat ikatan keluarga.
Menumbuhkan Kebiasaan Positif: Jika ayah turut serta dalam aktivitas sehari-hari seperti ini, anak-anak akan melihat bahwa tanggung jawab keluarga bukanlah tanggung jawab ibu semata, tetapi kewajiban bersama. Ini membantu menanamkan nilai kerja sama dan tanggung jawab pada anak-anak.
Bagaimana Mengatur Tugas Ini dengan Bijak?
Komunikasi Terbuka: Cobalah untuk berbicara terbuka dengan pasangan tentang pembagian tugas. Diskusikan siapa yang bisa mengantar atau menjemput anak sesuai dengan jadwal kerja dan preferensi masing-masing.
Penjadwalan yang Fleksibel: Jika memungkinkan, buatlah jadwal yang fleksibel. Misalnya, ibu bisa mengantar anak di hari-hari tertentu dan ayah di hari lainnya. Atau, jika salah satu dari kalian memiliki waktu luang, manfaatkan kesempatan itu.
Dukungan dari Tempat Kerja: Beberapa perusahaan memberikan dukungan berupa fleksibilitas waktu kerja. Cobalah untuk mencari solusi di tempat kerja agar bisa membagi tugas dengan lebih adil.
Mengantar dan menjemput anak ke sekolah bukanlah tugas yang harus dipikul oleh satu pihak saja. Ini adalah tanggung jawab bersama yang seharusnya dibagi antara ayah dan ibu. Dengan membagi tugas ini secara adil, bukan hanya meringankan beban, tetapi juga memperkuat hubungan dalam keluarga dan memberikan contoh positif bagi anak-anak.
Jadi, mari kita ubah pola pikir dan berbagi tugas dengan bijak. Karena, di akhirnya, keluarga yang solid adalah keluarga yang saling mendukung dan bekerja sama dalam segala hal, termasuk mengantar dan menjemput anak ke sekolah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H