Kamu pasti sering dengar istilah "aura maghrib" kan? Biasanya, ini jadi julukan buat orang yang punya kulit gelap atau tan skin.
Nah, sebenarnya apa sih makna di balik istilah ini? Kenapa kok bisa booming dan sering dipakai? Yuk, kita bahas lebih lanjut dengan gaya santai tapi tetap berisi.
"Aura maghrib" tuh sebenarnya mengacu pada warna langit waktu maghrib, yang punya nuansa gelap kemerahan. Nah, istilah ini kemudian dipakai buat ngegambarin orang dengan kulit gelap atau tan skin.
Jadi, kalau ada yang bilang "aura maghrib", dia lagi nyindir atau malah muji kulit gelap, tergantung konteks dan cara ngomongnya.
Kenapa Bisa Populer?
Istilah ini mulai ramai di media sosial, terutama di kalangan anak muda. Banyak yang pakai buat bercandaan atau ngasih julukan ke teman-temannya.
Tapi, popularitasnya juga karena banyak influencer dan seleb yang punya kulit tan dan bangga dengan itu. Mereka ngerasa, kulit gelap tuh eksotis dan unik, nggak kalah keren dari kulit putih.
Refleksi Kecantikan Alam
Kulit gelap sebenarnya adalah refleksi dari kecantikan alam. Bayangin aja, warna kulit tan tuh kayak warna sunset yang memukau. Banyak orang yang sengaja tanning biar dapat warna kulit eksotis ini.
Di luar negeri, terutama di barat, kulit tan malah dianggap seksi dan sehat. Mereka ngerasa, kulit gelap itu tanda kamu banyak menghabiskan waktu di luar rumah, aktif, dan punya gaya hidup sehat.
Cermin Diskriminasi
Di sisi lain, istilah "aura maghrib" juga bisa jadi cermin diskriminasi. Di beberapa budaya, kulit gelap sering dihubungin sama hal-hal negatif. Banyak yang ngerasa, punya kulit gelap tuh nggak cantik atau nggak menarik. Ini jelas nggak bener dan nggak adil.
Setiap warna kulit itu unik dan punya keindahan sendiri-sendiri. Diskriminasi berdasarkan warna kulit ini sering disebut colorism, dan ini bisa bikin orang jadi nggak percaya diri dengan kulit alaminya.
Mengubah Narasi
Kita perlu ubah cara pandang kita terhadap istilah ini. Daripada jadi bahan ejekan, kenapa nggak kita jadikan istilah ini sebagai pujian? Mari kita apresiasi keindahan kulit gelap dan tan skin.
Kita bisa mulai dengan ngerayain keberagaman warna kulit, mendukung mereka yang bangga dengan kulitnya, dan ngasih pujian yang tulus.
***
Jadi, "aura maghrib" bisa dilihat dari dua sisi: sebagai refleksi kecantikan alam atau cermin diskriminasi. Semua tergantung gimana kita memaknainya.
Yuk, kita jadi generasi yang menghargai semua warna kulit dan menghilangkan stigma negatif soal kulit gelap. Karena pada akhirnya, kecantikan itu nggak bisa diukur dari warna kulit, tapi dari rasa percaya diri dan bagaimana kita menghargai diri kita sendiri.
Semoga artikel ini bisa membuka mata kita semua tentang pentingnya menghargai setiap keindahan yang ada, termasuk warna kulit. Share artikel ini biar lebih banyak orang yang sadar dan mengubah cara pandang mereka terhadap istilah "aura maghrib"!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H