Mohon tunggu...
putrinaura
putrinaura Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kopi Sahabat dalam Keheningan

1 Desember 2024   08:12 Diperbarui: 1 Desember 2024   08:19 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa yang terletak di kaki gunung, di situlah pak ahmad dan keluarganya tinggal. Pak Ahmad adalah seorang petani yang rajin bekerja di ladang, sementara istrinya seorang penjahit yang sering menerima pesanan dari tetangga dan anaknya masih berumur 5 tahun. Mereka hidup bahagia meski tak kaya, karena mereka selalu bersyukur atas apa yang ada.

Setiap pagi, pak Ahmad duduk di teras rumah dengan secangkir kopi hitam pekat di tangan. Udara pagi yang sejuk seakan berpadu dengan aroma kopi yang hangat, menciptakan suasana damai yang menyelimuti. Biasanya, begitulah cara pak Ahmad memulai hari-harinya, dengan secangkir kopi yang menjadi teman setia dalam setiap langkah kehidupannya. Sudah bertahun-tahun kebiasaan ini menjadi bagian dari rutinitasnya. Kopi baginya bukan hanya sekadar minuman; kopi adalah sahabat dalam keheningan, teman yang menemani saat-saat sendirian di pagi hari. Namun, ada sesuatu yang berbeda pada hari itu. Pagi ini, pak Ahmad merenung lebih lama. Ia teringat pada sebuah hadis yang pernah didengarnya beberapa waktu lalu."Selama aroma biji kopi ini tercium di mulut seseorang, maka selama itu pula malaikat beristighfar untukmu." 

Pak Ahmad teringat benar hadis itu, yang dibicarakan oleh temanya saat mereka ngopi bareng di warung dekat ladang. "Kopi," kata temanya itu, "bukan sekadar minuman untuk menyegarkan tubuh, tetapi bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selama kita minum kopi dengan niat yang baik, kita akan mendapat keberkahan, bahkan malaikat beristighfar untuk kita."

Kata-kata itu terus terngiang di telingapak Ahmad, dan ia pun mulai berpikir lebih dalam tentang makna dari hadis tersebut. Selama ini, ia hanya menganggap kopi sebagai minuman yang menyegarkan, bukan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Tapi, di sisi lain ia masih ragu dengan hadits tersebut. Karena ia hanya sekedar mendengar dari temanya. Karena keraguanya itu akhirnya pak Ahmad memutuskan untuk bertanya kepada salah satu ustadz termasyhur di desanya dan beliau juga termasuk teman pak Ahmad.

 Pada suatu sore yang cerah, pak Ahmad memutuskan untuk mengunjungi seorang teman lamanya, yakni Ustad Ali, yang dikenal sebagai seorang yang bijaksana. Ustad Ali adalah seseorang yang sering memberikan pencerahan spiritual melalui cara yang sederhana, termasuk dalam hal-hal yang tampaknya biasa, seperti kopi. Pak Ahmad sampai di rumah Ustad Ali, dan setelah berbasa-basi sejenak, ia mulai mengutarakan pertanyaan yang mengganggu pikirannya. "Ustadz, saya ingin bertanya. Beberapa waktu lalu, saya mendengar sebuah hadis dari teman saya, ia berkata bahwa ada hadits yang menyatakan selama aroma biji kopi ini tercium di mulut seseorang, maka selama itu pula malaikat beristighfar untuk kita. Saya sering minum kopi, tapi apakah benar kopi bisa menjadi sarana untuk mendapatkan berkah seperti itu?" tanya pak Ahmad, penuh rasa ingin tahu.

Ustad Ali tersenyum bijak. "Memang benar,pak. Ada hadits yang mengatakan hal itu, tetapi hadits ini hadits maudhu'(palsu). Di dalam kitab TADZIR AN-NAS dan TAZKIRAH AL-NAS halaman 177, dan halaman 117 disebutkan bahwa : Sayyid Ahmad bin Ali Bahr Al Qudaimi berjumpa dengan Nabi Muhammad dalam keadaan terjaga, ia berkata kepada Nabi . 

"Wahai Rasulullah, aku ingin mendengar hadits langsung darimu tanpa perantara orang lain."

Nabi Muhammad kemudian bersabda :

" Selama bau kopi ini masih tercium aromanya di mulut seseoranf, maka selama itu pula malaikat akan beristighfar untuknya ."

Inilah hadits yang di dapat oleh AHMAD ALI BAHR AL-QUDAIMI,

Maka bagaimana bisa riwayat ini kita terima?

inilah KHURAFAT yang beredar di kalangan orang-orang sufi . tidak ada satu pun manusia di muka bumi yang dapat bertemu dengan nabi secara sadar (terjaga bukan tidur) setelah nabi meninggal dunia terkecuali seorang PENDUSTA / orang yang telah hilang AKAL nya.

(Mohammad Jaenuddin:2021) 

Perihal hadits maudhu' ini cukup kita ambil sisi positifnya saja bahwa sesuatu yang tampaknya sederhana, seperti minum kopi, bisa menjadi amal yang berpahala jika dilakukan dengan niat yang baik. 

Pak Ahmad terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Ustad Ali. "Jadi, minum kopi dengan niat yang baik bisa mendatangkan berkah?" tanyanya lagi.

"Ya," jawab Ustad Ali. "Ketika kita menikmati kopi dengan penuh kesyukuran, menghargai nikmat yang diberikan oleh Allah, dan memanfaatkannya untuk mendekatkan diri pada-Nya, maka kopi itu bukan hanya sekadar pemuas dahaga atau penghilang lelah.

Pak Ahmad merasa terkesan. Ia belum pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Bagaimana sebuah kebiasaan sederhana seperti minum kopi bisa berubah menjadi sesuatu yang bernilai spiritual jika dilakukan dengan niat yang benar?

"Jadi, bagaimana caranya agar kita bisa minum kopi dengan niat yang baik, Ustaz?" tanya Pak Ahmad, ingin mendapatkan petunjuk lebih lanjut.

Ustad Ali tersenyum lembut. "Pertama, kamu harus mensyukuri nikmat Allah yang diberikan. Ketika kamu memegang cangkir kopi, sadari bahwa itu adalah anugerah-Nya. Kopi itu adalah hasil dari kerja keras banyak orang---petani kopi, pengolahnya, dan mereka yang bekerja untuk menyediakannya untukmu. Ketika kamu menyeduh kopi, ingatlah bahwa itu adalah bentuk dari rezeki yang diberikan oleh Allah. Kedua, niatkan minum kopi sebagai bentuk syukur kepada Allah, agar tubuhmu tetap sehat, agar kamu bisa melaksanakan tugas dan kewajibanmu dengan baik."

Pak Ahmad mendengarkan dengan seksama. Ia merasa ada pencerahan dalam setiap kata yang keluar dari mulut Ustad Ali. Selama ini, ia hanya melihat kopi sebagai pelengkap aktivitas sehari-hari, tanpa menyadari bahwa ada dimensi lain yang lebih dalam jika ia menyikapinya dengan lebih bijaksana.

"Apakah ada hal lain yang bisa kita lakukan agar kopi ini menjadi amal, Ustaz?" tanya Pak Ahmad.

"Selain niat yang baik, kamu bisa mendoakan orang-orang yang menyediakannya untukmu. Doakan para petani kopi, para pengusaha yang memproduksi kopi, dan semua orang yang terlibat dalam proses penyediaan kopi. Dengan begitu, kopi yang kamu nikmati menjadi berkah bagi mereka juga," jawab Ustad Ali.

Pak Ali merasa tercerahkan. Ia sekarang menyadari bahwa kebiasaannya minum kopi bisa menjadi sebuah ibadah jika disertai dengan niat yang benar. Kopi, yang selama ini dianggapnya hanya sebagai minuman biasa, ternyata bisa menjadi sarana untuk memperoleh berkah dan mendekatkan diri pada Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun