Mohon tunggu...
Putri Nadiarahma
Putri Nadiarahma Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hobi Travelling

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Novel "Padang Ilalang di Belakang Rumah" Karya NH. Dini

5 Mei 2023   13:30 Diperbarui: 5 Mei 2023   13:35 3410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Identitas Buku 

Judul Buku        : Padang Ilalang di Belakang Rumah

Penerbit             : PT Dunia Pustaka Jaya

Penulis               : Nurhayati Sri Hardini

ISBN                    : 978-979-22-4961-3

Tebal Buku       :  98 halaman

Tahun                 : 1979

Pendahuluan 

Novel Padang Ilalang di Belakang Rumah ini ditulis oleh Nurhayati Sri Dini atau sering disebut NH. Dini. Ia merupakan sastrawan Indonesia yang menulis berbagai jenis sastra diantaranya drama, novel, puisi, dan cerita pendek. 

Namun, NH. Dini lebih sering disebut dengan novelis karena karyanya kebanyakan merupakan novel. Bakat kepengarangannya sangat kental karena ia sudah dibina sejak kecil oleh ayahnya sebab sering memberikan bacaan untuknya. Ia juga sering disebut sebagai pengarang prosa Indonesia yang tersohor. Dan ia juga sering dikenal sebagai pengarang yang secara dalam membahas mengenai perempuan.

 

Sinopsis Buku 

Novel ini menceritakan seorang anak bungsu bernama Dini. Ia memiliki empat saudara yang merupakan kakak-kakaknya, yaitu dua saudara perempuan dan dua saudara laki-laki, diantaranya kakak pertama ialah Heratih, kakak kedua ialah Nugroho, kakak ketiga ialah Maryam, dan kakak keempat ialah Teguh. Mereka juga tinggal bersama simbok yang sudah mereka anggap sebagai keluarga sendiri. Kisah ini terjadi saat Dini masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). 

Keluarga Dini merupakan keluarga yang cukup kaya dan tergolong keturunan ningrat, tetapi sejak Jepang datang yang menyebabkan pergantian sistem pemerintahan yang mengharuskan keluarga harus hidup setara sebagai masyarakat biasa. 

Dengan adanya pergantian sistem pemerintahan sangat terasa berat oleh sang Ibu. Juga mengharuskan mereka untuk mempunya pembantu dengan jumlah sedikit, yang disebabkan oleh keadaan keuangan yang mengalami kemunduran.

Di rumah mereka mengalami beberapa kali perdebatan mengenai padangan akan perubahan zaman. Sang ayah terus mempengaruhi sang ibu, agar untuk merubah cara pandang mengenai kehidupan dengan mengikuti perkembangan zaman yang ada dan meninggalkan lingkungan hasil didikan oleh kedua orang tuanya. 

Dengan begitu, kedua orang tuanya harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Sang ibu pun memiliki keahlian dalam membuat kue dan membatik yang menjadi sumber penghasilan keluarga mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan begitu, sang ibu mulai mengikuti untuk melihat arah kehidupan baru.

Dini memiliki seorang paman yang merupakan adik dari ibunya. Pamannya memiki seorang anak bernama Edi Sedywati. Sang paman sering membawa anaknya berkunjung ke rumah Dini. 

Dini dan Edi sangat akrab sekali, karena mereka berdua suka bermain dan menginap bergantian di rumah masing-masing. Mereka juga senang menonton wayang orang, karena setiap hari sabtu datang mereka dibelikan tiket secara bergantian oleh ayah dan paman untuk menonton wayang orang. Dini merupakan seorang anak diusia yang terbilang belia yang merasakan berbagai macam pahit dan manisnya kehidupan.

Kisah dalam novel ini juga menceritakan terjadinya pemberontakan oleh anak-anak bangsa, yang bisa disebut dengan Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pemerintahan Jepang, yang membuat keadaan menjadi kacau. Dengan situasi yang mencekam, orang tua mereka melarang anak-anaknya untuk keluar rumah. 

Banyak bangkai-bangkai mayat manusia yang bertumpukan yang dilihat Dini saat berangkat sekolah. Bangkai-bangkai mayat tersebut disebabkan oleh tembakan-tembakan oleh tentara Jepang. Setelah beberapa hari setelah kejadian tersebut berlalu, terdengar kabar bahagia bahwa Indonesia dinyatakan merdeka.

Kelebihan Buku 

Buku ini sangat menambah wawasan, maka dari itu buku ini cocok untuk dibaca oleh para mahasiswa. Dengan adanya cerita di dalam buku mengenai peristiwa pemberontakan Pembela Tanah Air (PETA), patut dicontoh untuk anak muda zaman sekarang dengan terus menumbuhkan rasa pantang menyerah. 

Perasaan lucu, romantis dan sedih tertuang dengan baik pada setiap kata yang dituliskan di dalam novel ini. Novel ini juga membuat pembacanya menambah wawasan mengenai bahasa daerah yang disetai arti bahasa daerah tersebut di bagian bawah novel.

Kelemahan Buku 

Buku ini terlalu menceritakan dengan bertele-tele, karena dari pengenalan sampai konflik jarak menjelaskannya sangat jauh. Dan juga terdapat kata yang jarang didengar, seperti "bupet" dan "sepen" yang mengharuskan pembaca untuk mencari tahu apa arti dari kata-kata tersebut untuk memahami isi dari jalan cerita novel tersebut.

Penutup 

Sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia, saya merasa bangga terhadap hasil dari tangan pengarang, yang merupakan sastrawan hebat Nurhayati Sri Hardini. 

Karyanya yang saya baca ialah novel "Padang Ilalang di Belakang Rumah" merupakan seri Cerita Kenangan, yang merupakan autobiografi Nurhati Sri Hardini. Membuat saya menjadi tahu kejadian pada saat Jepang menduduki Indonesia serta kehidupan masa kecil NH. Dini yang sangat penuh dengan rasa sedih, lucu dan romantis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun