Mohon tunggu...
Putri Musalamah
Putri Musalamah Mohon Tunggu... Psikolog - Konselor, trainer, SDM dan fasilitator parenting

9 tahun menggeluti dunia pendidikan dan konseling remaja, tertarik dengan ilmu parenting. Kini menfokuskan diri di bidang SDM dan HRD.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aliran Sungai

20 November 2024   13:30 Diperbarui: 20 November 2024   13:34 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krasak...krasak 

Bunyi ranting yang menghantam Tubuh Warso, ranting yang menjulur melukai wajah dan perutnya. Kaosnya tersangkut di salah satu ranting utama, sehingga tubunya ikut tersangkut. Sementara waktu tubuhnya diam tidak terbawa aliran sungai. Matahari mulai terbit, samar-samar terdengar suara ayam yang berkokok. Tiba-tiba terdengar suara lolongan anjing mendekat. Anjing tersebut berusaha meraih tubuh Warso, tapi karena takut air dia hanya mengongong di pinggir sungai.

" Pergi sana, jangan kau makan tubuhku".

Merasa lelah tidak bisa meraih tubuh Warso akhirnya anjing tersebut meninggalkan lokasi. Sempat beberapa kali anjing tadi menggoyangkan ranting, sehingga membuat ranting sedikit bergeser dan menganyutkan tubuh Warso. Kini tubuh Warso kembali hanyut mengikuti aliran sungai.  Selang beberapa lama, tubuhnya tiba di sebuah jembatan. Tubuhnya kembali tersangkut di pilar jembatan, naasnya setelah dia tersangkut seseoranng membuang tumpukan sampah ke sungai. Sampah tersebut tidak di wadahi kresek sehingga menyebar menutupi seluruh tubuh Warso, tersisa kaki saja.

"Bagaiman dia tidak melihatku, aku sebesar ini tapi masih tidak terlihat, dan betapa bodohnya dia membunag sampah di sungai sebanyak ini, pantas saja kini ikan tak sebanyak dulu. Andai mereka tau kelakukan mereka yang merusak itu".

Dua hari tubuh Warso berada ditiang jembatan yang penuh sampah, selama itu pula Warso berharap ada orang yang menemukanya. Dia ingin segera ditemukan dan bertemu keluarganya. Tapi mustahil terlihat orang, bila tumpukan samph sebanyak ini, hanya kaki saja yang terlihat.

Panas semakin terik, debit air semakin berkurang, hujan juga tidak turun beberapa hari ini. Tubuh warso masih setia berada di tiang jembatan, berharap ditemukan.

" Mungkin ini adalah takdirku, selama hidup aku memakan ikan, kini waktunya tubuhku yang akan dijadikan santapan ikan".

Ditengah siang yang panas tiba-tiba awan mendung menyelimuti langit hari itu. Hujan turun begitu derasnya, sampai membuat sungai mulai meluber. Tubuh yang semual tertimbun sampah kini mulai nampak ke permukaan.

"Mayat...mayat ada mayat" ucap seseorang di atas jembatan.

Warso bersyukur, setelah berhari-hari hanyut tak tentu arah kini dia bisa ditemukan. Tempat yang semula sepi kini ramai didatangi orang. Terlihat beberapa orang berpakain kuning turun ke sungai dan berusaha meraih tubuh Warso. Setelahnya, dia masukkan kedalam sebuah kantong berwarna orange juga. Setelah melalu banyak proses, mulai di bawa ke ruangan yang dingin sampai di mandikan. Kini dengan menggunakan mobil tubuh Warso dibawa kembali ke rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun