" Malam begini? Cari perkara ya kamu".
" Kenapa memangnya?".
" Bahaya So disana banyak penunggunya, bisa diambil tumbal kamu" ucap Minto.
" Kalau tidak cari ikan makan apa istri dan anakku besok".
Warso meninggalkan Minto yang masih sibuk mencari belut sawah. Warso mencari ikan sehari dua kali. Di sore hari dan malam hari, waktu ini adalah waktu yang dianggap banyak ikan. Hari itu Warso belum mendapat ikan satupun, sehingga dia berusaha untuk mendapat ikan.
Waktu menunjukkan pukul 9 malam, biasanya mereka akan kembali pulang kerumah karena besok paginya harus pergi bekerja menjadi kuli panggul di pasar. Tetapi karena seharian belum mendapat ikan dia berniat mencari ikan lebih banyak di sungai besar.
" Waduh airnya sudah naik, aku cari di pinggiran sini saja" ucap Warso setibanya di pinggir sungai.
Sesaat setelah turun ke sungai dia merasa ada yang aneh, ada benda bergerak di pinggir pohon pisang. Pohon pisang yang sengaja ditanam dipinggiran sungai agar buahnya lebat. Warso mendekati bungkusan yang bergerak itu. Saat sudah dekat dia menjadi ragu, bungkusan apakah gerangan. Penasaran ingin mengatahui bungkusan itu, dia memberanikan dirinya untuk membuka. Bungkusan itu di ikat sangat kuat, susah payah Warso membukanya.
Saat berhasil  membukanya, betapa terkejutnya dia seekor kucing keluar meloncati kepala Warso. Warso yang kaget akhinyra kehilangan keseimbangan dan jatuh ke sungai. Alat setrum yang masih menyala membuat Warso tersengat aliran listrik. Susah payah dia berusaha untuk menepi tapi apa daya sengatan listirk membuat tubuhnya kaku. Sekujur tubuhnya seperti di tusuk-tusuk dengan jarum pentul yang sangat banyak. Nafasnya tersengal-sengal sampai dadanya terasa sangat sakit, seolah ada karung beras yang menimpanya. Tak lama setelah mengalami proses yang menyakitkan Warso jatuh kedasar sungai tak berdaya dan meninggal dunia.
Selama dua hari tubunya berada di dasar sungai, di hari ketiga tubuhnya mulai hanyut mengikuti derasaya aliran sungai. Berbagai macam bentuk batuan sudah Warso temui. Kini tubunya berada jauh dari rumahnya, terbawa derasanya aliran sungai.
" Gawati ranting pohon bambu kenapa orang membuangya di sini".