Mohon tunggu...
Putri Harum Mahardika
Putri Harum Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Manajemen di Universitas Pendidikan Indonesia, Penulis

Seorang mahasiswa jurusan Manajemen tahun ketiga di Universitas Pendidikan Indonesia, merupakan penulis yang aktif dalam kepenulisan puisi, dan menyuarakan isu sekitar melalui analisis dan riset mini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Covid-19 Bencana Dunia: Bumi Sudah Tua atau Dosa Ekologis Manusia?

19 November 2023   19:23 Diperbarui: 19 November 2023   19:26 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sejauh kita semua menyebabkan kerusakan ekologis kecil", kita dipanggil untuk mengakui "kontribusi kita, kecil atau besar , kepada luka-luka dan kerusakan alam ciptaan ".  Ia sudah berulang kali menyatakan ini dengan tegas dan meyakinkan, sambil menantang kita untuk mengakui dosa-dosa kita terhadap dunia ciptaan: "Bila manusia ... menghancurkan keanekaragaman hayati ciptaan Tuhan; bila manusia mengurangi keutuhan bumi dengan menyebabkan perubahan iklim, dengan menggunduli tanah dari hutan alamnya atau menghancurkan lahan-lahannya yang basah; bila manusia mencemari perairan di bumi, tanahnya, udaranya, dan hidupnya -- semuanya ini adalah dosa ". --Ensiklik Laudato Si-

  Namun, sadarkah kita dengan keadaan saat ini, kehidupan menjadi berjalan dengan begitu harmonis. Awan menjadi lebih jernih dari biasanya, langit menjadi lebih biru dari sebelumnya, senja terlihat begitu jingga disbanding sebelumnya. Saya juga melihat berita dimana hewan hewan terlihat lebih bahagia dan mau muncul di sekitar kita untuk menikmati lingkungan yang selama ini kita gunakan dengan semena mena sehingga tanpa kita sadari, mereka pun turut terusir dari "rumah" tempat mereka tinggal.

  Nah, barulah saat ini semua terjadi, secara sadar maupun tidak sadar, kita pun mulai merubah pola hidup kita menjadi lebih baik. Barulah, kita mulai meninggalkan junk food dan mulai memakan sayuran dan makanan sehat lainnya untuk mencegah virus corona masuk ke dalam tubuh kita. Kita pun mulai menyadari betapa pentingnya menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitar kita. 

 Seperti yang sudah saya bilang tadi, kehidupan berjalan dengan baik dan harmonis, ini jelas terlihat saat kita mulai rajin mencuci tangan, menyapu, mengepel, membersihkan tubuh kita, ,memperhatikan asupan yang masuk ke dalam tubuh kita, dan juga "Tuhan" jelas muncul nyata dalam keadaan saat ini dari dalam diri kita. Ini terlihat dari bagaimana kita menjadi manusia yang jauh lebih peduli akan keadaan sekitar kita, kita menjadi lebih sering menonton berita untuk mengetahui keadaan di dunia luar, kita menjadi mulai membantu sesama kita dengan apa yang kita miliki. 

 Dan salah satu yang luar biasa bagi saya adalah bagaimana orang orang mulai membagikan APD, hand sanitizer, disaat banyak orang yang menimbunnya untuk mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Inilah, salah satu bukti nyata betapa tamaknya kita sebagai manusia. Inilah, keadaan yang membuktikan bahwa benar, kita, manusia menjadi jauh lebih berbahaya dibandingkan virus corona ini sendiri. "Pada akhirnya, jika keadaan seperti ini terus terjadi, bukan corona lah yang membunuh kita, melainkan sesama kita sendiri" --Aming Sugandhi- 

 Sadar atau tidak, setiap orang, setiap jiwa, pasti telah mengambil bagian dalam dosa ekologis ini. Dari bangun pagi, kita mematikan AC , Chlorofluorocarbon (CFC) yang terdapat di dalam AC dapat menyejukkan udara di dalam ruangan, namun dapat meningkatkan suhu diluar ruangan, inilah yang dapat meningkatkan naiknya suhu bumi setiap tahunnya. Lalu, berangkat ke kantor atau sekolah dengan naik kendaraan bermotor, yang mengandung karbon monoksida yang dapat membahayakan tubuh kita sendiri, belum lagi, karbon dioksida yang tidak terolah dengan baik yang dapat meningkatkan polusi udara yang menyebabkan rusaknya lapisan ozon. 

           Bersyukur, SMA Pangudi Luhur Van Lith Berasrama cukup dijangkau oleh siswa dan siswinya dengan berjalan kaki, ini jelas sangat bermanfaat dalam turut mengurangi polusi udara yang terjadi di Muntilan dan sekitarnya. 

   Berlanjut lagi dengan botol plastik yang kita gunakan saat minum, plastik yang kita gunakan saat jajan di kantin sekolah, yang terkadang kita buang sembarangan. Tapi, seringkali, kita lupa bahwa plastik memerlukan waktu 50 sampai 100 tahun untuk dapat terurai dan menyatu dengan tanah. Belum lagi, Styrofoam yang kita gunakan saat jajan waktu eksplor, yang tidak kita sadari, ternyata bahkan tidak dapat terurai dengan tanah. 

   Untungnya, saat ini SMA Pangudi Luhur Van Lith, mulai sigap dengan mewajibkan penggunaan tumbler dalam setiap kegiatan sekolah, dan juga penggantian plastik menjadi kertas sebagai wadah makanan yang dijual di kantin.

   Bicara soal kertas, sebagai anak sekolah, tentu tidak asing bagi kita dalam penggunaan kertas. Bahkan, bisa dibilang, setiap harinya hidup kita berkaitan dengan kertas, mulai dari buku paket, buku tulis, kertas ulangan, dan sadarkah kita bahwa dibalik kertas yang kita gunakan, ada pohon yang ditebang setiap harinya. Bahkan, untuk memenuhinya, diketahui bahwa 15,3 milyar pohon di dunia ditebang setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan manusia.

   Dilanjut dengan kita yang saat ini, mulai tidak bisa hidup tanpa listrik. Padahal masih banyak pembangkit listrik memerlukan bahan bakar fosil sebagai bahan bakarnya. Lalu, seringkali juga, kita membuang sampah seenaknya di kali. Ini terlihat di Kali Lamat, yang semakin hari semakin penuh dengan sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun