Di tengah hiruk pikuk kehidupan, Dahlan (nama samaran) seringkali menjadi perbincangan guru di salah satu sekolah menengah Tangerang. Lebih dikenal sebagai anak nakal dibanding latar belakang yang menyedihkan serta usaha yang gigih untuk ia bertahan hidup hingga membantu keuangan keluarga.Â
Saat itu, Dahlan baru berusia 17 tahun. Ia hanya tinggal bersama ibunya di sebuah rumah kecil. Ayahnya pergi sejak dia kecil meninggalkan dahlan dan ibunya dalam keadaan yang serba kekurangan. Sang ibu, seorang yang terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.Â
Usaha sang Ibu dalam memenuhi kebutuhan keluarga membuat Dahlan merasa terabaikan. "Kadang aku merasa seperti tidak ada yang peduli, kebutuhan rumah memang banyak namun aku juga ingin mendapat perhatian," ungkap Dahlan saat ditemui di warung dekat sekolah.Â
Kondisi ini yang membuat Dahlan bergabung ke dalam pergaulan yang salah. Merokok dan meminum minuman keras menjadi cara Dahlan untuk melampiaskan kenyataan yang pahit, begitu juga dengan teman-temannya. Menurut data yang diunggah oleh Badan Narkotika Nasional, maraknya penyalahgunaaan minuman keras di kalangan remaja sering berkaitan dengan latar belakang kekuarga yang tidak stabil.Â
Kenakalan yang dilakukan olehnya tidak hanya mengganggu aktivitas fisiknya, tetapi juga prestasi akademisnya yang selalu menurun. "Aku capek dengan sekolah., tidak menghasilkan apapun. Lagi pula aku hanya ingin bersenang-senang," ujar Dahlan.Â
Hampir semua guru mengkhawatirkan perilaku Dahlan. "Dahlan salah satu murid yang sulit berkembang, karena kurangnya perhatian dari orang tua dan pergaulan yang bebas," kata Bu Syafa, selaku guru di sekolahnya. Dahlan memang mengakui bahwa dirinya nakal hanya karena perasaan bosan di kehidupannya, orangtua yang sibuk berdampak ke pola pikir Dahlan untuk melakukan sesuatu.
Dalam penelitian Bandura (1989), menjelaskan bahwa keluarga, kelompok masyarakat, dan media massa dapat secara sistematis membentuk pola ingatan yang tergambar dalam kebiasaan bertingkah laku seseorang. Ini dapat dicapai melalui penggunaan teknik peniruan (imitasi) dan pemodelan (modeling).Â
 "Ia dikenal sering mabuk, mencontek, bolos sekolah terus sering ngajak berantem," ucap Ratu, teman sekelasnya. Perilaku yang sering Dahlan tunjukan hanya untuk menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Namun, ada beberapa teman Dahlan yang beranggapan ia adalah anak yang baik "Menurutku, Dahlah itu baik kalau orang lain gak menghina atau memandang dia sebelah mata. Aku sering meminta bantuan ke dia, dengan baik hati selalu dibantu olehnya,"Â
Pada umunya remaja yang mengalami rasa bosan yang intens atau berulang akan mencoba berbagai cara untuk menurunkan tingkat kegelisahan mereka, mencari kesenangan sementara, dan mencoba hal-hal baru tanpa membawa nilai-nilai yang kuat. Hal ini terbukti dari perilaku nakal yang sering Dahlan timbulkan, "Kadang seru liat orang lain marah, aku senang di marahi karena dengan itu aku bisa mendapat perhatian," Dahlan mengakui perbuatannya tidak baik, dengan nada menyesal.Â
Remaja yang merasa tertekan dan bosan dengan keadaan di rumah atau pertengkaran dengan orangtua, cenderung tidak betah tinggal di rumah dan akan mudah untuk memutuskan pergi atau kabur dari rumah tanpa izin dan sepengetahuan orangtua.Â
"Sebetulnya aku gemar melakukan hal yang buruk atau konyol karena saya terlalu bosan, di rumah aku hanya sendiri, mendingan aku pergi main dengan teman-teman rasanya senang sekali," ujar Dahlan. Ia selalu merasa kesepian jika tidak bermain. Orangtua yang membebaskan Dahlan, membuat Dahlan berpikir bermain keluar bersama teman-temannya hingga larut malam adalah tempat pelarian.
"Orangtua Dahlan kurang memperhatikannya, sudah beberapa kali surat panggilan mendatangi sosok ibunda Dahlan tapi kehadirannya tidak pernah datang,". ujar Pak Sembiring selaku Wakil Kepala Sekolah yang menangani kasus kenakalan pada siswa.
"Sebetulnya ibuku tau, karena sejak kecil perilaku Dahlan memang seperti ini. Waktu itu sering dimarahi, semakin bertamah usia ibu menjadi jarang peduli bahkan bilang hidup semauku saja. Tapi gapapa, aku tidak akan menjerumus ke hal yang negatif lainnya seperti narkoba dan seks bebas," ucap Dahlan.
Di balik semua kenakalannya, Dahlan memiliki sisi lain yang tidak diketahui oleh banyak orang. Ia berusaha mencari sekeping rezeki untuk membantu ibunya. Setiap  hari, Dahlan menjual aneka minuman segar dari buah-buahan seperti Mango Sago, Strawberry Milk Sago, Dll. Susah payah ia berdagang mengelilingi kota untuk bisa meraih penghasilan sendiri di usia yang masih muda. Meskipun ia dikenal dengan anak yang nakal, ia tidak pernah malu untuk berjualan. "Hasilnya bisa buat bantu ibu, hingga beli handphone baru," seru Dahlan.
Dahlan tidak hanya memperoleh uang dari hasil dagangannya, ia senang membantu bisnis teman-temannya yang lain. Hal baik yang bisa dicontohkan dari dirinya adalah melakukan bisnis yang baik, jujur, serta membagi hasil kepada orangtuanya.Â
Masa sekolah berakhir, Dahlan sudah jarang berkumpul dengan teman-temannya. Kini ia menjalani kehidupan yang sebenarnya. Dahlan sadar, perlakuannya semasa sekolah memang tidak patut untuk dicontoh, karena itu ia ingin memperbaiki kehidupannya. Memperbaiki apa yang di lakukan, dan memulai kembali kehidupan yang lebih bermakna.Â
Saat ini, Dahlan menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi ternama, selain hasil dari tabungan yang ia capai dari hasil berjualan, ia juga meraih beasiswa. "Kemarin ngerasa kurang tekun sama akademik, mau ditingkatin lagi mulai dari awal di pergutuan tinggi," ucap Dahlan.Â
Dahlan menggunakan pengalaman masa lalunya sebagai sumber inspirasi bagi dirinya sendiri. Dia percaya dapat mengubah hidupnya dengan kerja keras dan dedikasi setelah melihat bagaimana ia berhasil melewati kesulitan.Â
"Meskipun situasi sulit, aku tidak pernah menyerah. Aku bahkan menggunakan kesulitan itu sebagai dorongan untuk terus maju. Aku ingin menjadi contoh yang baik bagi generasi muda lainnya bahwa kita bisa bangkit dari kelemahan kita dan mencapai impian kita," lanjutnya.
Selain itu, Dahlan terus membantu ibunya dengan membantu pengeluaran keluarga. Terlepas dari fakta bahwa dia sedikit lebih mandiri, dia terus memberikan kontribusi dengan cara yang bijak dan tanggap, "Ibu masih butuh dukungan dariku, terutama dalam hal ekonomi, aku juga berusaha untuk memastikan bahwa mereka memiliki kehidupan yang nyaman dan aman. Itu menunjukkan bahwa saya telah mencapai sesuatu yang signifikan," Ucap Dahlan.Â
Dengan komitmen yang kuat dan visi yang jelas, Dahlan berharap dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia percaya bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berubah dan menciptakan perubahan positif dalam dunia sekitarnya.
Demikianlah kisah Dahlan yang menunjukkan kekuatan dan komitmennya untuk membawa perubahan positif dalam hidupnya. Ia menunjukkan bahwa anak-anak dapat mengubah nasib mereka dan mencapai impian mereka dengan kerja keras, komitmen, dan dukungan keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H