Oleh Devi Ano Fita, Putri Laraswati dan Laila Meiliyandrie Indah Wardani
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana
Bagaimana praktik implementasi pendidikan yang seharusnya terjadi?
Praktik penerapan pendidikan harusnya merujuk kepada teori pembelajaran serta berlandaskan filosofis yang jelas. Supaya praktik pembelajaran itu diarahkan oleh konsep yang jelas hingga uraian terhadap teori pembelajaran serta pangkal filosofisnya jadi berarti serta beresensi. Salah satu filsafat yang berpengaruh besar bagi dunia pembelajaran adalah aliran pragmatisme. Aliran ini berkeyakinan bahwa kebenaran sebuah teori tergantung kepada bermanfaat atau tidaknya teori tersebut bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga sebuah teori bisa membawa kemajuan bagi peradaban manusia.
Humanisme pembelajaran mengambil mayoritas dari konsepsi progressivisme yaitu keterfokusan pada pelajar, kedudukan pengajar yang tidak mendikte, dan keaktifan pelajar dalam mengikuti aktivitas pembelajaran yang didesain secara demokratis dan kooperatif. Pengaplikasian pragmatisme bagi pendidikan Indonesia dapat terlihat dari rasa hormat serta pelaksanaan atas konsepsi pembelajaran berlandaskan pengalaman serta pembelajaran yang berfokus di pelajar.
Secara empirisme radikal, James mengartikan pragmatise sudah memperkenalkan akibat yang akan timbul dalam pemikiran kontemporer. Di sisi lain, James merupakan pelopor awal yang memperkenalkan pragmatisme serta membuatnya selaku pedoman aliran filsafat. Psikologi sudah mendorong James untuk mengeksplor filsafat hingga dia mulai menekuni berbagai permasalahan agama serta ideologi.
William James menjelaskan pragmatisme adalah perilaku meninggalkan semua prinsip, kategori serta harapan awal dan berpindah ke semua hasil, konsekuensi serta fakta yang muncul. Pragmatisme bertabiat analitis bagi metode filsafat yang dulu karena dinilai sudah salah dalam mencari suatu yang pokok dan absolut.
Pragmatisme pula berpengaruh terhadap pembelajaran via pembaharuan dan perombakan hal lama ke hal baru serta perubahan sekolah formal menjadi homeschooling. Progresivisme berlandasan pragmatisme. Progresivisme memandang pelajar selaku manusia yang progresif dan kreatif. Hal tersebut didapatkan dari pengalaman. Pelajar bisa lebih sukses jika mengikuti kegiatan pembelajaran secara berkelompok dikarenakan hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Guru ataupun tenaga pengajar berperan untuk memotivasi serta memfasilitasi anak didik dengan baik. H. A. R Tilaar (2005: 314) berpendapat jika pemahaman progresivisme pembelajaran menimbulkan pemahaman rekonstruksionisme.
Selaku sebuah proses, pendidikan diartikan menjadi seluruh tindakan yang menghasilkan pergantian sifat, karakter, ideologi, dan perbuatan. Maka dari itu, pendidikan tidak hanya aktivitas transfer ilmu saja akan tetapi membantu pelajar untuk mendapatkan kecakapan, keahlian khusus serta perubahan karakter ke arah yang lebih baik (Mulyasana, 2011).
Progresivisme berlandaskan pemahaman liberal. Pemahaman ini merupakan keyakinan terhadap ketentuan umum serta  bukan mengacu pada hal yang tidak terlihat. Maka dari itu, progresivisme berfokus pada berartinya meningkatkan kesepakatan. Pembelajaran merupakan suatu fasilitas dalam membuat sebuah kesepakatan dimana seseorang menekuni aturan dari kesepakatan bersama.
Secara garis besar pragmatism memberikan dampak positif terhadap dunia pendidikan menurut William James, yaitu: