Mohon tunggu...
Putri Kharisma N S
Putri Kharisma N S Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Learning Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ex Corporate Menjadi Dosen, Downgrade atau Upgrade?

4 Oktober 2024   18:35 Diperbarui: 6 Oktober 2024   07:55 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi seorang karyawan tetap pada salah satu perusahaan lokal ternama di Indonesia merupakan suatu pencapaian yang mungkin bisa cukup membanggakan. Diberikan amanah pada posisi managerial dengan tim dan tanggungjawab yang besar dapat menjadi tantangan tersendiri, yang tentu di imbangi dengan benefit yang tak kalah menarik. 

Mungkin itu yang menyebabkan banyak pencari pekerja berbondong menuju Ibukota sebagai pusat perekonomian negara, untuk turut berkarya dalam suatu perusahaan di bidang tertentu atau yang kemudian sering disebut sebagai "anak corporate". Lantas apakah semua itu merupakan kehidupan yang indah dan menyenangkan?

Hidup dengan dua zona waktu, office hour dan after office. Ada kalanya keduanya melebur menjadi satu zona waktu, full office hour. Work life balance? Mungkin sudah diupayakan, namun tentu tidak mudah. Waktu untuk diri sendiri, keluarga, teman, kolega, lingkungan, masyarakat, bahkan negara, sudah pasti tidak akan bisa rata terbagi. Jadi, apa yang sebenarnya ingin digapai? apa tujuan akhirnya

Pertanyaan itu yang mungkin saat ini ada di benak beberapa di antara kita yang sedang berkarir di dunia corporate. Bekerja dan hidup hari demi hari untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. 

Namun pernahkah sejenak mencoba untuk berhenti dan merenung, apa manfaat yang sudah kita hasilkan, sesederhana untuk diri sendiri. Apakah kita sudah bisa menjadi pribadi yang terus berkembang setiap harinya? Apakah terhadap lingkungan kita sudah memberikan kontribusi positif, apakah kepergian kita dari lingkungan tersebut akan meninggalkan jejak yang baik dan dirasakan aspek kebermanfaatannya?

Bagi penulis, segala pertanyaan tersebut bermuara pada suatu keputusan sakral, switch career. Sebuah titik balik untuk menyadari bahwa keberadaan diri bisa lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan dan keinginan pribadi, melainkan juga tentang memberikan manfaat bagi lingkungan.

Cukup ekstrim ketika seorang yang sebelumnya berkarir di dunia corporate ingin melakukan pergeseran karir menjadi seorang dosen. Seluruh warga negara Indonesia tahu bahwa bekerja sebagai dosen merupakan jenis pekerjaan kemanusiaan, sebuah pengabdian. Makna pengabdian mengartikan bahwa pekerjaan ini bukan money oriented, namun lebih pada dedikasi dan ketulusan.

Mari coba telaah lebih dalam terkait dengan tugas yang melekat pada pekerjaan menjadi dosen. Pada tahap awal, untuk memulai karir sebagai dosen diperlukan proses upgrade diri utamanya dalam hal keilmuan, dengan persyaratan minimun adalah menyandang gelar magister. Proses peningkatan kualitas diri tidak hanya dilakukan di awal perjalan, namun terus dilakukan selama perjalanannya dalam menekuni karir tersebut. 

Seorang dosen dituntut untuk terus belajar, memperbaharui informasi dan wawasan yang dimiliki, dan terus berpikir kreatif dan kritis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan. Hal ini tentu saja menjadi hal positif bagi diri karena terus dituntut untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi setiap waktunya.

Terkait dengan tugas, pada dasarnya meliputi 3 aspek berupa Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pembelajaran, pengabdian, dan penelitian. Ketiganya didedikasikan seluruhnya untuk orang lain dan penuh dengan kebermanfaatan, baik kepada diri sendiri, keluarga, orang lain, lingkungan, hingga negara.

Kepada diri sendiri, seorang dosen akan merasakan kepuasan batin atas pencapaian kebermanfaatan tersebut, banyak rekam jejak yang bisa ditinggalkan dan hal baik yang bisa dimanfaatkan untuk orang lain.

Kepada keluarga, dosen dapat memberikan keilmuan yang bermanfaat sesuai bidang ilmu yang dimiliki, misal sebagai dosen dengan bidang ilmu farmasi, maka dapat memberikan edukasi terhadap keluarga terkait segala hal tentang obat, seperti cara minum obat yang baik, penyalahgunaan, dan rasionalitas penggunaan obat.

Kepada orang lain dan lingkungan, dosen dapat melakukan sharing knowledge pada setiap komponen yang berkecimpung di dunia pendidikan, ataupun pengabdian secara langsung pada desa desa binaan, yang ujung tombaknya mampu mencetak generasi penerus dan membantu melindungi masrayakat dari paparan misleading information.

Hingga pada akhirnya, aspek kebermanfaatan yang diberikan akan berdampak pula kepada negara, karena keluarga, orang lain, dan lingkungan merupakan komponen penyusun negara. 

Ketika dosen memberikan manfaat kepada golongan-golongan tersebut, tentu manfaat akhir akan dirasakan oleh negara itu sendiri. Terlebih ketika tri dharma perguruan tinggi yang dilakukan mengandung aspek kepentingan nasional bahkan global. 

Misal dalam hal penelitian penemuan obat antibiotik baru yang kaitannya dengan kepentingan kesehatan masyarakat, ataupun kaitannya dengan penelitian kerjasama global dalam hal penanggulangan bencana pandemi. Dampak dari tugas ini bisa sangat luar biasa, terutama ketika dilakukan secara kolaboratif.

Jadi, apakah beralih dari dunia corporate menjadi seorang dosen merupakan pilihan yang tepat? Pertanyaan ini mungkin memiliki jawaban yang berbeda bagi setiap individu. Namun pada akhirnya, terlepas apapun jawabannya, di manapun diri ini berkarya, semoga aspek kebermanfaatan bagi orang lain dan lingkungan menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun