1. Latar Belakang
       Komunikasi politik dalam penggunaannya adalah menyatukan gagasan-gagasan politik yang ada dalam masyarakat, baik dalam kelompok, lembaga, perkumpulan, maupun cabang kegiatan politik pemerintah. Menurut Almond dan Powell, komunikasi politik merupakan fungsi politik yang menggabungkan fungsi-fungsi lain yang ada dalam sistem politik, seperti agregasi, artikulasi, rekrutmen, dan sosialisasi. Seiring berjalannya waktu, komunikasi politik sangat membutuhkan peran besar media sosial untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat dengan mudah dan cepat. Media sosial merupakan sumber informasi yang cukup efektif bagi masyarakat mengenai situasi politik yang terjadi saat ini. Media sosial tidak hanya memberikan informasi dan pesan politik kepada masyarakat, namun pemerintah seringkali menggunakan media sosial dalam meningkatkan dirinya melalui pencitraan diri dan secara tidak langsung untuk mempertahankan opini public terhadap apa yang ditunjukan didalam media sosial yang sangat berbanding terbalik.
       Pemilihan Presiden di Indonesia merupakan momen krusial yang akan menentukan arah masa depan negara. Dalam era digital ini, media sosial telah menjadi alat penting dalam kampanye politik, memungkinkan calon presiden untuk menjangkau pemilih secara lebih luas dan efektif. Salah satu calon presiden yang memanfaatkan media sosial secara intensif adalah Prabowo Subianto. Meskipun memiliki citra yang kontroversial di masa lalu, Prabowo berupaya memperbaiki pandangannya di mata publik melalui berbagai strategi komunikasi politik di media sosial. Prabowo Subianto dikenal dengan masa lalunya yang kontroversial, yang membuatnya memiliki citra negatif di sebagian masyarakat. Namun, ia tidak berdiam diri. Prabowo aktif menghadiri berbagai acara publik dan platform media sosial untuk memperbaiki citranya. Misalnya, ia sering tampil di podcast di YouTube dan mengisi acara sosialisasi di berbagai kampus di Indonesia. Mahasiswa, yang merupakan mayoritas pengguna aktif media sosial seperti Instagram dan YouTube, menjadi sasaran strategis untuk mengubah persepsi publik tentang Prabowo.
Salah satu momen penting dalam upaya ini adalah ketika Prabowo tampil di acara "Capres Bicara Gagasan" yang dipandu oleh Najwa Shihab. Dalam acara tersebut, tingkah laku Prabowo yang mengundang tawa, seperti joget yang viral, berhasil mengubah citra negatifnya menjadi lebih positif di mata audiens. Video tersebut menjadi viral di media sosial dan menjadi bahan perbincangan hangat selama beberapa hari. Ini menunjukkan bagaimana gerak-gerik dan komunikasi non-verbal Prabowo bisa mengubah persepsi masyarakat dan memperbaiki citranya. Kampanye politik melalui media sosial terbukti sangat efektif dalam mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap politisi. Namun, media sosial juga memiliki sisi negatif, seperti penyebaran hoaks yang dapat merugikan calon tertentu dan menguntungkan pihak lain. Ketidaktahuan masyarakat dalam menggunakan media sosial secara bijak dapat berdampak buruk pada proses pemilihan presiden.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Media Digital dan Media Sosial
       Dalam era digital saat ini, Media digital memiliki kemampuan dalam menghubungkan individu dari berbagai latar belakang dan budaya, telah mengubah cara masyarakat berinteraksi, berkomunikasi, dan memahami dunia di sekitar mereka (Arianto, 2021). Media sosial, sebagai bagian dari media digital, telah menjadi platform utama di mana interaksi sosial terjadi. Dengan jutaan pengguna aktif setiap harinya, media sosial memungkinkan individu untuk berbagi informasi, pendapat, dan emosi dengan audiens yang luas (Muntazah & Andhikasari, 2022). Namun, sementara media sosial memberikan peluang untuk interaksi yang lebih luas dan demokratis, ia jugamembawa tantangan, seperti penyebaran informasi palsu atau hoax, yang dapat mempengaruhi persepsi dan keputusan individu (Amaly & Armiah, 2021).
       Media sosial telah banyak merevolusi cara kampanye politik. Kaplan dan Haenlein (2010), media sosial menawarkan berbagai platform interaktif yang memungkinkan komunikasi dua arah antara politisi dan pemilih. Tumasjan et al. (2010) hal ini menunjukkan bahwa aktivitas di media sosial dapat mencerminkan dan mempengaruhi hasil pemilu. Dalam konteks Indonesia, Nugroho (2012) bahwa media sosial menjadi alat utama dalam kampanye politik, memudahkan politisi dalam menjangkau demografi pemilih muda yang aktif secara digital.
       Dapat disimpulkan bahwa media sosial merupakan alat yang ampuh dalam kampanye politik modern. Dengan memanfaatkan platform ini secara efektif, politisi dapat membangun komunikasi yang lebih dekat dan personal dengan pemilih, memengaruhi opini publik, dan bahkan mengubah hasil pemilu. Tidak hanya itu penggunaan media sosial dalam kampanye politik juga harus diimbangi dengan tanggung jawab etis dalam mencegah penyebaran informasi palsu yang dapat merusak proses demokrasi.
Â
2.2 Media Sosial Sebagai Alat KampanyeÂ