Mohon tunggu...
Putri Indah Lestari
Putri Indah Lestari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswi Manajemen Pendidikan angkatan 2019 Universitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Secercah Pencerahan untuk Kebangkitan Pendidikan

4 Mei 2020   12:00 Diperbarui: 4 Mei 2020   12:11 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gedung yang hampir roboh karena kayunya sudah mulai menua, serta gedung yang ketika musim hujan tiba membuat kehujanan dan ketika musim panas membuat kepanasan karena gentingnya banyak yang berlubang. Kalau gedungnya saja seperti itu, bagaimana anak-anak ini bisa nyaman ketika belajar?

Pernah dengar atau membaca kata-katanya bung Hatta yang ini "Aku rela dipenjara asalkan bersama buku. Dengan buku aku bebas". Mau dipenjara atau tidak, anak-anak yang menuntut pendidikan di pelosok negeri juga jarang memiliki buku. 

Ada paling hanya gurunya yang punya atau beberapa anak saja dengan jumlah buku yang pas-pasan. Kata orang buku itu jendela dunia, lantas jika keadaannya seperti itu bagaimana cara mereka melihat dunia? Apakah mereka harus terpenjara dalam gelapnya kebodohan tanpa tahu berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang? Sungguh keadaan yang mengenaskan. 

Permasalahan tentang buku saja sudah sangat mengenaskan, lantas bagaimana dengan permasalahan teknologi disana? Mungkin masih banyak anak-anak disana yang belum mengenal teknologi. 

Belum lagi ditengah-tengah pandemi covid-19 ini, pemerintah mengharuskan anak-anak dengan belajar secara online. Belajar secara tatap muka saja sudah susah, apalagi secara online. Apakah mereka tidak perlu belajar? Dengan adanya pandemi ini, saya berharap kalian tidak patah semangat untuk terus belajar ya.

"Simpanlah tas dan bukumu, lupakan keluh kesalmu, libur tlah tiba, libur tlah tiba, hatiku gembira" Ketika libur semester tiba, hal petama yang kita pikirkan pasti berlibur. Sepertinya anggapan kita ini kurang selaras dengan anak-anak pelosok negeri ini. 

Karena bagi mereka, masa liburan ialah masa yang paling tepat untuk membantu orangtuanya. Banyak dari mereka yang bekerja dengan tujuan untuk meringankan beban orangtuanya. 

Mungkin ada yang kerja di kawasan eksploitasi pertambangan, membantu ibunya berjualan di pasar, atau ada juga yang membantu ayahnya berlayar.

Tapi dari sekian banyaknya permasalahan, ironisnya masih ada saja orangtua yang lebih memilih untuk menjadikan anaknya sebagai kuli dan buruh daripada harus bersekolah. Bagaimana anak-anak ini dapat berkembang, jika tempat pertamanya untuk memperoleh pendidikan saja sudah mengajarkan hal yang kurang baik. 

Alasan klasiknya karena kekurangan biaya, padahal pemerintah sudah menyediakan banyak peluang yang dapat diambil seorang anak sehingga dapat bersekolah tanpa harus terbebani biaya pendidikan. Untuk itu mari kita tersadar, bahwa pendidikan itu sangat bermakna, dengan pendidikan inilah kita dapat keluar dari jeratan kesengsaraan, keluar dari gelapnya kemiskinan, dan mampu keluar dari dalamnya jurang kebodohan. 

Tulisan ini bukan kritikan atau sindiran untuk siapapun. Lewat tulisan ini, mari bersama-sama kita majukan pendidikan di negeri ini. Karena untuk memajukan pendidikan tidak hanya diperlukan peran pemerintah, namun juga memerlukan aspirasi dari seluruh masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun